"David..." Aku melangkah pelan memasuki ruangan ICU tempat David dirawat.
Tidak ada jawaban.David belum sadar.
Aku berdiri disampingnya.Menatap tubuhnya yang terlihat lemas dan penuh bekas luka yang mulai mengering.Entah kenapa,air mataku menetes perlahan.Perasaan kasihan,sepi dan takut mengaduk rasaku.
Kemudian aku menarik kursi yang ada di pojok ruangan dan duduk menemani David yang masih belum sadar.Lama-lama aku merasa sangat lelah dan akhirnya terlelap juga.
"T..a..Ta.." Ucap David terbata-bata sembari menggerak-gerakkan tangannya yang terasa sangat sulit dan sakit.
"Hmm." Aku terbangun dari tidurku dan mataku membulat ketika melihat David sudah sadar.
"Astaga,David!!" Aku cepat-cepat berdiri dan memanggil dokter.Berharap David akan baik-baik saja.
Aku menunggu di ruang tunggu dengan sangat cemas.Entah kenapa aku merasakan ini,padahal awalnya aku sangat cuek pada David.
Beberapa saat kemudian,dokter keluar dan membawa kabar gembira,David sudah sadar.Aku memasuki ruangan ICU dengan langkah meragu.Aku takut apa yang aku lakukan akan membuat David baper dan terjadi salah paham.Namun,aku putuskan untuk tetap masuk.
"Tata.." Ucap David lemah.
"Iyaa gue disini Vid." Ucapku menatapnya iba.
"Taa,jangan tinggalin gue." David menggenggam lembut jemari tanganku.Itu sukses membuatku mematung.
"Hmm."Aku hanya bisa tersenyum padanya,agar ia tidak kecewa.
Tiba-tiba handphone ku berbunyi,telepon dari Mama.Aku lupa,ini sudah malam dan aku harus kembali ke rumah.
"Vid,lo istirahat aja ya.Gue udah disuruh pulang." Aku bangkit dari dudukku dan bersiap untuk keluar.
"Taa,besok kesini ya.Temenin aku." Tuhan,nadanya bicara sangat menyentuh,kasihan David.
"Iyaa." Aku hanya tersenyum dan pamit kepadanya untuk segera pulang.
Apakah aku jahat?Pantaskah aku menemani David?Aku benar-benar takut jika David sampai salah paham pada perhatianku.Aku tidak ingin menyakiti siapa-siapa lagi.
■■■
Suasana sekolah hari ini sangat istimewa.Bagaimana tidak,hari ini adalah pembagian raport."Kenapa lo Ta?dingin banget tangan lo." Ucap Malina ketika berdiri di sampingku saat pengumuman kejuaraan.
"Ah?hm cuma tegang." Aku mengusap-usap telapak tanganku tegang.
"Sante aja,lo pasti bisa jadi juara umum lagi kok." Malina dan Malini meyakinkanku.Mereka memegang kedua tanganku.Aku benar-benar merasa terharu dengan si kembar ini.
Semakin dekat pengumuman juara umum jurusan bahasa,aku semakin tegang.Rasanya ingin muntah,mual banget.
Sudah memasuki 3 besar,aku semakin tak dapat berkata-kata.Tubuhku menggigil.Aku tak tahu kenapa aku sangat ambisius sekali dengan juara umum ini.Mungkin,aku tidak ingin kehilangan lagi.
"Juara Umum 1 jurusan bahasa...."
"......Jatuh kepada...."
"....SENJA MATAHARI!"
Rasanya sumpah lega sekali.Rasanya ingin menangis.Ketika semua yang kamu pertahankan lepas dan pergi,namun kali ini kamu dapat mempertahankannya.Speechless.

KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari Belum Menyerah
Teen Fictionsepuluh tahun berlalu.Semuanya terasa sangat berbeda.Kalung itu kini berada di leher wanita itu.Dia menggendong anaknya yang masih berumur 2 tahun.Anak perempuan yang sangat cantik.Dan suaminya sedang memperhatikan mereka dari lantai atas kamarnya.K...