Diantara Dua Pilihan

82 5 0
                                    

"Kak David ayo main bareng Dinda!" Gadis kecil itu berlari-lari di halaman rumah yang luas itu.

"Gak mau ah." David terlihat bete dan cemberut.

"Ayo kak!!" Kita ke taman aja mainnya gimana?" Dinda menarik tangan David yang sedang cemberut setengah mati.

"Ih kamu nanti aku dimarah mama tau!" David marah-marah dan pergi berlalu dari Dinda.

"Yaudah,aku mainnya sendirian aja." Dinda keluar dari gerbang rumah tanpa pengawasan.

Dinda yang sedang berjalan melamun tak melihat dari arah berlawanan ada mobil yang sedang berlaju kencang.

"Aaaaaaaaaaa."

Brakkk!!!!!

Hancur.Dinda tak sadarkan diri sementara sopir mobil itu langsung pergi.Sebuah tabrakan lari yang sama sekali tidak diharapkan.

Seketika orang-orang ramai menuju ke depan rumah David.Mama David begitu shock melihat keadaan putri kecilnya yang tidak sadarkan diri dan penuh luka darah.Dinda yang masih berumur 4 tahun itu harus kehilangan nyawanya di depan rumahnya sendiri.Papa,Mama memarahi David.Mereka masih belum menerima kepergian Dinda dan terus menerus menyalahkan David.Hal itu membuat David jarang di urus oleh kedua orang tuanya,seperti anak tiri.Menginjak bangku SMP,David memilih pergi ke rumah neneknya hingga sekarang.

■■■

"Kenapa tidak ada keluarga yang menengok anak ini ya?" Suster itu bertanya kepada temannya ketika sedang mengecek keadaan David.

"Entahlah." Temannya itu melihat David dengan perasaan kasihan.

Setelah kedua suster itu pergi,tinggallah David sendirian.Tak ada keluarga,tak ada teman bahkan tak ada pacar.Sepertinya ia hidup sendirian di dunia ini.Sungguh malang nasibnya.

■■■


"Tataaaaaa!!!!" Sorak gembira teman-temanku ketika aku memasuki ruangan kelas kembali.

"Yaampun sayangg kita kangen bangettt." Mereka semua memelukku erat.

"Hahaha kalian ini,aku juga kangenn." Aku membalas pelukan hangat mereka.

Syukur banget hari ini aku sekolah dengan lancar.Penyakitku tidak rewel,semoga saja bisa terus seperti ini.

"Ta,ikut ke perpus gak?" Tanya Bella sembari mengambil tumpukan buku yang akan dikembalikannya.

"Eh,boleh-boleh." Aku pun langsung mengikuti Bella menuju perpustakaan.

Kangen banget rasanya bisa ke sekolah lagi dengan tenang tanpa harus ribet memikirkan penyakitku kambuh.

"Tunggu bentar ya Ta,gue mau kembaliin buku dulu." Kata Bella yang meninggalkanku di meja baca.

Aku sedang fokus dengan buku sejarah.Aku sangat suka tentang cerita-cerita perjuangan pahlawan,apalagi dilengkapi gambar.Uh dijamin betah banget bacanya.

"Eh tau,David cogan masuk rumah sakit!" Bisik seorang siswi yang sedang berada di sebelahku kepada temannya.

"Serius lo?! Ih David kenapa?" Temannya terdengar penasaran.

"Katanya sih gara-gara jatoh pas balapan liar.Si Rio jadi pendiem gitu sekarang semenjak David masuk rumah sakit.Lagi koma katanya!" Siswi ini sangat heboh bak agen gosip hot.

"Astaga kasihan banget David! Apalagi dia cuma tinggal sendiri." Temannya terdengar sangat prihatin.

Aku yang merasa curiga sekaligus merasakan perasaanku tidak enak,langsung pergi dari perpustakaan tanpa memperdulikan Bella.Aku langsung mencari Rio,akan aku cari sampai ketemu!

"David kenapa?!" Aku menahan lengan Rio ketika aku berpapasan dengannya di tangga menuju lantai atas sekolah,sepertinya dia akan ke rooftop.

Rio hanya diam,matanya berkaca-kaca.

"Jawab gue!!" Aku mulai membentak.

"Lo peduli sama David?" Pertanyaannya membuatku ikut bertanya-tanya pada diri sendiri.

"David kecelakaan,dia koma.Semuanya salah gue nyuruh dia buat ikut balapan liar." Rio menaiki tangga untuk menuju rooftop sekolah dan aku mengikutinya dari belakang.

"David..." Aku mulai berkaca-kaca mendengar kata-kata Rio.

"Dia hidup sebatang kara.Orang tuanya dendam sama dia, adiknya meninggal karena tabrak lari dan David dianggap sebagai penyebabnya.Waktu SMP,David pindah ke rumah Neneknya tapi begitu masuk SMA,neneknya meninggal." Rio menempelnya tubuhnya di dinding dan ia sangat amat terlihat bersedih.

"Kenapa dia gak pernah cerita ke gue.." Aku menunduk,menangis dan sama sekali tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Rio.

"Dia orangnya tertutup." Rio menatap langit siang itu dengan silau dan pandangannya terlihat sendu.

"David suka sama lo.Jika boleh,gue harap lo bisa balas perasaan David.Dia butuh seseorang sekarang." Rio mendekatiku yang masih menunduk,kemudian ia pergi meninggalkanku sendirian disini.

Aku bungkam.Haruskah aku membalas perasaan David? Aku sama sekali tidak mau mengulang kesalahanku yang menerima seseorang karena kasihan.Aku tidak mau kisahku dengan Andrew akan terulang lagi.David memang baik.Tapi hatiku masih gamang antara David dan Fajar.Kenapa kisah ini menjadi sangat rumit??

Aku harus pilih siapa?Keduanya terasa sangat sulit.

Matahari Belum MenyerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang