Firasat

81 6 0
                                    

"Tante,saya mau permisi sebentar ya.Nanti saya kesini lagi,ada acara mendadak." Fajar meminta ijin kepada Mama Tata dan memandang wajah Tata yang belum terbangun dengan senyuman kecil.

"Loh,gak nunggu Tata nya bangun dulu?" Mama Tata mendekati Fajar dan sesekali memandang wajah anaknya yang lemas.

"Nggak Tante,kasihan dia masih nyenyak banget tidurnya." Fajar mengusap lembut pipi Tata kemudian berpamitan dengan Mamanya dan berlalu dari ruangan tempat Tata dirawat.

Ia bergegas menuju parkiran rumah sakit dan melaju kencang menuju ke sebuah kafe tempat ia mengadakan perjanjian dengan seseorang.

■■■

Tepat satu jam setelah Fajar pergi,Tata mengalami kejang-kejang.Matanya membulat menghadap ke atas,hidungnya terus-menerus keluar darah,nafsanya mulai tersengang-sengang,sungguh pagi yang diselimuti kengerian.Mama dan Ayahnya hanya bisa berdoa dibalik pintu ruangannya.Tak sanggup sesuatu yang buruk terjadi kepada putri mereka satu-satunya.

Di dalam ruangan,Tata masih berjuang melawan komplikasi penyakitnya.Padahal kemarin ia terlihat sehat-sehat saja,kenapa pagi ini malah terjadi hal seperti ini?

Dokter memasang berbagai alat untuk terus mendukung kehidupan Tata.Mengandalkan kemampuan dari ahlinya dan dengan kuasa Tuhan.

"Tante! Om! Tata kenapa?!" David berlari kencang mengahampiri Mama dan Papa Tata disusul dengan Angela dibelakangnya yang terlihat sangat cemas.

"Tante takut." Angela langsung memeluk Mama Tata dan raut wajahnya ikut ketakukan,berharap-harap cemas di pagi yang seharusnya gembira ini.

"Fajar dimana?!" Sontak pertanyaan Angela mengalihkan pandangan David dari pintu kaca yang buram itu.

"Vid! Telfon Fajar sekarang!!!" Angela bersuara sangat gemetar dan masih memeluk erat Mama Tata.Sementara Ayahnya hanya menunduk lemas di kursi tunggu.

David pun menghubungi Fajar dengan cemas dan berharap ia bisa dengan cepat datang kemari.

■■■

Di sebuah kafe yang masih sangat sepi,duduklah Fajar dengan seorang gadis yang cantik,terlihat seumuran dengannya.

"Thanks ya.Tata pasti seneng banget." Fajar menatap puas rangkaian bunga matahari yang ia pesan lewat gadis itu,Jessy.

"Apapun itu gue pasti bantuin lo,asal Tata seneng." Jessy yang merupakan teman semasa kecil Tata menepuk pelan pundak Fajar.

"Ini teh nya mbak,mas." Pelayan cantik itu menaruh dua cangkir teh di atas meja mereka dan tanpa sengaja Fajar malah menjatuhkannya.

"Astaga,maaf mbak,nanti saya ganti rugi deh." Fajar berlutut membersihkan sisa-sisa pecahan cangkir.

"Tidak apa-apa mas,terimakasih." Pelayan itu bangkit berdiri setelah selesai membersihkan pecahan cangkir dengan dibantu oleh Fajar kemudian ia berlalu menuju ke belakang.

"Lo kenapa Jar?" Jessy menatap Fajar heran.

"Perasaan gue tiba-tiba gak enak." Fajar mengelus-elus dadanya dan mengacak-acak rambutnya.Ia terlihat sangat cemas.

Tiba-tiba,ponselnya berbunyi membuyarkan rasa cemasnya.Segera ia angkat panggilan dari David.

"Kenapa Vid?" Fajar bertanya dengan nada yang dibuat biasa saja.

"Tat Jar Tata.." Diseberang sana,David tak mampu melanjutkan kata-katanya,ia menangis.

Fajar tak bergeming bahkan saat Jessy mengguncang-guncangkan tubuhnya.Ia segera bangkit berdiri dan menuju parkiran kemudian melesat cepat ke rumah sakit dengan meninggalkan Jessy yang diliputi rasa bingung.Jessy pun segera menyusul Fajar setelah ia menyelesaikan semua urusan di kafe itu.

Di perjalan menuju rumah sakit,Fajar sangat shock.Dirinya terus melajukan motor dengan kecepatan tinggi bahkan sampai berani melanggar rambu-rambu lalu lintas.Ia tidak peduli,ia hanya ingin cepat sampai di rumah sakit dan berharap Tata sedang baik-baik saja.Kembali ia teringat dengan kenangan yang sudah ia lewati dengan Tata,hal itu pula membuatnya semakin cemas dan ketakukan.

"Taa,jangan pergi dulu.Jangan tinggalin Fajar dulu."

Hanya kalimat itu yang terus ia gumamkan di dalam hatinya.Dengan perlahan,matanya mulai dibanjiri oleh air.

Matahari Belum MenyerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang