"Tata,kita duluan ya." Ucap teman-temanku yang memilih untuk pulang duluan daripada menemaniku ke perpustakaan.
"Iya,hati-hati ya." Aku melambaikan tangan dan mengambil jalur jalan menuju perpustakaan.
"Ga pulang Tata?" Ucap Ibu penjaga perpustakaan yang akrab dengan Tata.Maklumlah Tata rajin ke perpustakaan (baca: semenjak jomblo).
"Eh Ibuk,nggak bu lagi males." Tata langsung menuju lorong-lorong rak buku.
"Nah itu bagus kayaknya." Tata menjinjitkan kakinya untuk mengambil novel yang ada di dibagian paling atas rak buku.
"Kenapa mesti tinggi bangethh." Tata berucap terkekeh sembari meraih novel tersebut.
Tiba-tiba seseorang yang tinggi mengambilnya duluan.
"Nih." Itu David.Dia berdiri disamping Tata dan menjulurkan novel tadi.
"Eh,makasih." Tata sedikit tersipu.
David.Lelaki yang berdiri disampingnya kini.Menatapnya hangat.Tubuhnya tinggi,atletis,enak kayaknya dipeluk wkwk.Rambutnya astaga keceh badai pengen banget ditarik.Yang jelas bukan cowok pomade 2 liter.But,dia kayak playboy.
"Tata." David membuyarkan lamunan Tata tentang dirinya.
"Eh,maaf-maaf." Tata menjadi malu.
"Suka baca novel?" Tanya David tiba-tiba
"Suka." Tata menyahut singkat.
"Ta,aku pengen nanya serius." David meraih tangannya untuk duduk di bangku yang disediakan di perpustakaan.
"Apa?" Tata menyahut sembari membuka-buka halaman novel.
"Aku boleh deketin kamu gak Ta?"
Jleb!Pertanyaan David membuat dirinya tak bergeming.Hingga merasakan kaku disekujur tubuhnya dan ia mulai merasa pusing,sangat pusing.
"Ta,Tata kamu gak apa-apa?" David terlihat khawatir.
Saat itu juga,Darah mengalir kembali dari hidung Tata.
"Ta,lo mimisan!" David terlihat sangat panik.
"Nih." Dia memberi Tata tisu yang disimpannya di dalam tas.
"Makasih." Ucap Tata setelah membersihkan darahnya.
"Kamu sakit?" David masih terlihat panik.
"Nggak,udah biasa gini kok,hehe." Tata menyengir seolah tidak terjadi apa-apa.
"Sebaiknya kamu pulang deh,biar bisa istirahat." Saran David sembari menepuk pundaknya.
"Iya." Tata bangkit dari duduknya,memberikan novelnya kepada David dan pamit kepada Bu Karin, penjaga perpustakaan.
Meninggalkan David yang diliputi tanda tanya.
"Lah tuh cewek jutek amat dah." Dia ikut bangkit dan menaruh novel itu di tempatnya semula.
"Eh ganteng,sini dulu." Bu Karin memanggil David untuk datang ke mejanya.
"Kenapa ya Bu?" David heran.
"Pengen deketin Senja ya?" Bu Kinan merayunya.
"Eh si ibuk mah." David malu-malu.
"Hati-hati,dia nyakar kayak kucing." Bu Kinan menakut-nakuti David.
"Ibu kira si Tata kucing garong apa hahaha." David mulai tertawa,manis.
"Tapi ya kayaknya agak sulit sih deketin Tata sekarang,secara dia baru putus,masih belum bisa move on katanya." Bu Kinan setengah berbisik.
"Hem,resiko bu." David berdehem penuh makna.
"Good luck aja deh." Bu Kinan yang masih muda itu menepuk-nepuk pundak David.
***************************
"Tata,kamu kenapa hidungnya berdarah?!" Mama memergokiku di toilet ketika aku membersihkan darah di hidungku.
"Cuma kelelahan ma." Aku tersenyum seolah baik-baik saja.
"Nanti ke dokter ya,jangan bandel!" Mama mulai terlihat panik.
"Iyaiya." Aku pasrah dan langsung menuju kamarku.
Aku duduk di atas ranjang,memikirkan semua masalah yang datang akhir-akhir ini.Terlalu bertubi-tubi.
Tiba-tiba handphoneku berbunyi.Ada pesan masuk.
David : udah baikan?
Aku agak malas membalas pesannya.Jadi aku cuma membacanya saja kemudian memilih untuk tidur.
Baru aku memejamkan mata,handphone ku berbunyi lagi.
David : Kok read aja?sibuk ya?hm gws :)
"Ah ni cowok." Aku mendengus sebal kemudian mematikan handphoneku agar dapat beristirahat dengan nyaman.
"Ta,Tata bangun,ayo ke dokter." Suara mama membangunkanku sore itu.
"Hoam,aduh males ma." Aku berbaring lagi.
"Sudah jangan bandel,biar cepet sembuh kamu." Mama masih terlihat panik.
"Iyadeh iya." Aku mulai bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit,Aku tidaj tahan mencium aroma obat-obatan,sangat menyengat.Melihat orang-orang sakit dimana-mana tergeletak dan orang-orang yang datang dengan perasaan bersedih membuatku tidak suka dengan rumah sakit,itu sebabnya aku selalu menolak jika diajak ke tempat mengerikan ini.
"Senja Matahari." Namaku dipanggil untuk segera menemui dokter yang akan menanganiku.Sempat perasaanku tidak enak dan takut,namun aku mencoba untuk tenang.
Aku menjalani serangkaian proses pengecekan dan ditanya ini itu oleh dokter.Melihat alat-alat nya saja membuatku merinding ketakukan.
Kini,aku sedang menunggu hasil lab,cukup lama dan membuatku sangat bosan.
Namaku dipanggil lagi dan menghadap dokter lagi.
"Senja." Dokter yang cukup berumur ini menatapku hangat,mulai terbesit rasa kasihan.
Aku mulai tegang.
"Yang kuat ya." Kini dokter memandangi Mama dan Ayah juga.
"Senja mengidap kanker darah sudah stadium lanjut." Seketika Aku,Mama,dan Ayah tak bergeming.Mereka langsung memelukku dan menangis.Aku sangat shock.What?Kanker darah?gamungkin.
"Dokter bohong." Suaraku parau.
"Ini benar Senja.Saya sarankan untuk melakukan serangkaian pengobatan kemoterapi untuk kebaikan Senja sendiri." Dokter mulai memandang kami bertiga dengan perasaan kasihan.
"Kamu harus semangat ya biar bisa sembuh.Saya banyak menangani pasien kanker.Tapi,karena mereka semangat,mereka bisa sembuh." Dokter itu mulai menyemangatiku.
Namun,semuanya itu sama sekali tidak berpengaruh untukku.Aku sangat-sangat tidak menyangka.
Di sepanjang perjalanan pulang,aku hanya terdiam.Memikirkan sampai berapa lama lagi aku akan tinggal di dunia ini.Apa aku bisa sembuh?
Handphone ku berbunyi.Ada pesan masuk.
David : Tata?udah baikan?
Tata : I'm Fine.
Sulit sekali rasanya jika aku masih ngotot menyatakan diriku baik-baik saja.
"Kanker." Aku bergumam sangat pelan dan pipiku mulai dibasahi air mata.Aku takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari Belum Menyerah
Novela Juvenilsepuluh tahun berlalu.Semuanya terasa sangat berbeda.Kalung itu kini berada di leher wanita itu.Dia menggendong anaknya yang masih berumur 2 tahun.Anak perempuan yang sangat cantik.Dan suaminya sedang memperhatikan mereka dari lantai atas kamarnya.K...