Bertemu dengan teman-teman di sekolah membuat perasaanku lebih baik.Yah,meskipun aku harus berpura-pura bahagia.Namun,aku percaya sedikit demi sedikit aku akan bisa melupakan Fajar.Setiap pagi aku masih bisa melihat Fajar.Melihat dia yang menaiki tangga di kelasnya.Saat istirahat aku masih bisa melihat Fajar.Melihatnya yang pergi ke kantin bersama teman-temannya.Saat pulang pun aku masih bisa melihat Fajar.Melihatnya di parkiran kemudian hilang secepat kilat.
Aku pulang mengendarai motorku dengan tatapan kosong.Bagaimana tidak,aku melihat teman seangkatanku yang berboncengan dengan pacarnya tepat di depanku.Seketika aku teringat Fajar lagi.Teringat saat dia begitu bawel dan bandel ingin mengendarai motor padahal tangannya masih patah.Teringat akan motor Fajar yang mogok dan kami harus mendorongnya ketika liburan ke pantai.Teringat akan,ah Fajar.
"Godaan Ta,tahan." Aku bergumam.
Pasangan di depanku berpelukan.Si cowok menggenggam tangan pacarnya dengan lembut sembari mengeratkan pelukan pacarnya di pinggangnya.
Sama seperti Fajar.Dia akan begitu ketika membonceng aku.Jika aku lagi males pelukan,dia akan ngebut,alhasil aku sontak memeluknya sangat erat,dia jahil.Ah,aku harap ini hanyalah kejailannya yang kelewatan sehingga dia pura-pura putus denganku dan nanti sampai di rumah,aku mengecek hp,dan dia akan mengajakku balikan lagi.Kau sangat penuh imajinasi Ta.
Aku memutuskan untuk menyalip mereka berdua.Daripada teringat akan kenangan bersama mantan.Bukankah sebaiknya begitu?
Aku mengurung diri seharian di kamar.Tidak mau makan,bahkan aku telah kehilangan air mataku.Sesak.Sakit.Terlampau sakit.
Tiba-tiba ada seseorang yang mengetok pintu kamarku.
"Fajar!!" Aku cepat-cepat membukakan pintu.
"Eh kok lo si Jes." Aku mendengus kesal,ternyata itu Jessy.
"Otak lo Fajarrr aja isinya." Dia meninju kecil kepalaku.
"Gimanain." Aku kembali menghempaskan tubuhku ke kasur.
"Mama lo bilang,seminggu ini lo gak mau keluar kamar.Makan pun jarang." Ucapnya sembari menyalakan TV.
Aku tidak menjawab,hanya menghela nafas dengan keras dan duduk di atas ranjang.
"Ini apaan nih?udah bakar aja semua!" Dia mulai menelusuri setiap sudut kamarku.Melihat bunga yang diberikan Fajar ketika aku ulang tahun dan melihat binga matahari dari Fajar yang telah mengering.Lalu mulai mengambilnya dan membuangnya di tempat sampah.
Aku bangun dari ranjang,berdiri,dan memungutnya lagi,menaruhnya di tempat semula.
"Bahkan lo gak rela buat buang semua barang-barang yang pernah dikasih mantan lo." Jessy terlihat emosi.
"Yaudah gini aja deh ya.Gue beli semua barang-barang dari mantan lo itu.Terserah lo mau nya berapa,gue bayar." Dia memberikan solusi.
"Kenangan itu gabisa diganti pake uang Jes." Aku tersenyum memandang dreamcatcher yang terpasang di pintu kamarku.Itu dari Fajar.
"Gimana lo bisa move on Tata sayanggggg???" Jessy mengguncang-guncangkan tubuhku.
"Lo pernah kan ngerasa cinta banget sama mantan lo?bahkan lo mau ngapain aja kan dulu demi dia?" Aku balik bertanya padanya.
Raut wajah Jessy menjadi kelam.
"Jangan lo ingetin gue dengan dia lagi.Gue udah bahagia punya pacar gue yang sekarang." Dia menatap ke luar jendela kamarku.
"Itu yang gue rasain sekarang Jes." Aku menatapnya.
"Trus Andrew?Kenapa secepat itu lo move on dari dia?" Kali ini Jessy sedikit heran.
"Gue baru sadar.Meskipun Andrew mantan gue.Tapi gue gak banyak lewatin hal-hal indah sama dia.Bahkan pegangan tangan aja gue gak pernah.Beda sama Fajar.Gue banyak lewatin hal bareng sama dia.Dia buat hidup gue lebih punya warna.Dia yang buat gue yakin sama diri gue.Biarkan gue melupakan Fajar dengan lambat Jes,dia sangat berarti buat gue." Aku mulai berkaca-kaca dan suaraku mulai parau.
"Sekarang gue ngerti.Lo harus kuat tanpa dia ya sayang.Lo harus bisa wujudin semua mimpi lo meski gak ada dia.Lo cantik,masih banyak hati yang nunggu lo di luar sana." Jessy memelukku.Pelukan seorang sahabat.
Yah,Aku dan Jessy sudah berteman sejak kecil,kami begitu dekat.
"Sekarang lo ikut gue." Jessy menarikku keluar kamar.
"Kemana ih?" Aku sedikit memberontak.
"Tante,Aku sama Tata mau ke taman dulu yaaa." Jessy meminta ijin kepada mama dan langsung menerobos gerbang rumah.Entah mau dibawa kemana aku.
"Hati hati nak,jangan pulang malem!" Mama berteriak dari dalam rumah.
"Oke tante!!" Jessy berteriak dari luar.
***********************
Hujan turun.Kami berteduh di bawah pohon di taman.
"Lo ngapain neduh?" Tanya Jessy.
"Lo gila apa,ini hujan nanti gue bisa sakit." Aku cemberut sembari melindungi tubuhku dari hujan.
"Main hujan.Lepasin semua masalah lo." Jessy mendorongku.
"Lo gila apa Jes?!!" Aku marah.
"Percuma,lo udah basah Ta." Dia tertawa.
Ah dasar Jessy sialan!Aku jadi basah kuyup kayak gini.Tapi,aku mulai berteriak.Mulai melepaskan semua bebanku yang tertahan membuat dadaku sesak.
"Fajarr tau gak sih Tata masih sayang sama Fajar!!!Tata gak bakal nyerah bikin Fajar bahagia!!Tata sayang sama Fajar!!!" Aku berteriak,menangis,namun tak ada yang tau karena hujan.
Jessy mendorongku lagi.Kami bermain hujan.
Tiba-tiba hidungku keluar darah,aku pusing banget.
"Ta,ta lo kenapa?!" Jessy mulai khawatir.
"Nggak kenapa-napa Jes.Gue udah biasa kayak gini.Tenang aja." Aku membersihkan darah yang keluar dari hidung dengan baju ku sehingga membuatnya penuh dengan noda darah.
"Mending kita pulang sekarang." Jessy menarikku.Dan aku mengikutinya.
Jessy mengantarku sampai di kamar.Dia terus-terusan meminta maaf dan berjanji akan menungguiku sampai aku tertidur.
Aku pun meyakinkannya bahwa aku tidak kenapa-napa.Namun,pusing di kepalaku mengharuskan ku untuk segera tidur.Aku terlelap dengan gundah.Dengan sakit kepala yang terus menggerogoti diriku.
Apalagi ini Tuhan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari Belum Menyerah
Teenfikcesepuluh tahun berlalu.Semuanya terasa sangat berbeda.Kalung itu kini berada di leher wanita itu.Dia menggendong anaknya yang masih berumur 2 tahun.Anak perempuan yang sangat cantik.Dan suaminya sedang memperhatikan mereka dari lantai atas kamarnya.K...