"What the hell are you doing, Harry?!" pekikku usai wanita tersebut meninggalkan kami yang masih berdiri di pelataran parkir.
"Itu bukan urusanmu. Jangan ikut campur." tegasnya seraya berjalan mendahuluiku.
"Dengar, aku sama sekali tidak ingin ikut campur dengan urusanmu itu. Tapi tidakkah kau sadar apa yang telah kau lakukan? Kau baru saja melakukan kekerasan terhadap perempuan." ujarku lagi.
Aku memang benar-benar tak ingin mengurusi urusan bodohnya itu, namun melihat betapa kasarnya Harry pada wanita itu membuatku cukup geram.
Harry segera membalikkan tubuhnya dan melangkah menghampiriku yang berada di belakangnya, "Apa kau tidak dengar apa yang dia katakan? Dia pantas mendapatkannya."
Aku memutar bola mataku tak tahan jika harus berdebat dengannya lagi, "Ugh, terserah kau saja."
Harry menajamkan tatapannya, "Do not rolled your eyes in front of me."
Sontak aku melebarkan mata mendengar perkataannya, "Apa-apaan kau ini? Berlebihan sekali. Sudahlah, lebih baik kita pulang saja. Aku sudah tidak berselera untuk makan."
Harry yang merasa cuek pun mengikuti ucapanku, kembali ke mobil dan mengantarku pulang.
Sesampainya di rumah, pria itu langsung menancap gas, menghilang dari daerah rumahku. Aku melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Dan tempat ini terlihat sepi, padahal hari ini Mom tidak bekerja. Kemana perginya?
Aku meletakkan tas di sofa ruang tengah, sembari menyusuri dapur mencari keberadaan Mom yang belum kunjung terlihat. Beberapa kali aku meneriakkan namanya, tapi ia tak juga muncul.
Dan tak lama dari itu, aku mendengar seseorang membuka pintu. Menampakkan wanita yang sedari kucari dengan wajah sedikit pucat dan sekantung plastik yang ia jinjing di tangannya.
"Mom? Kau dari mana?" tanyaku seraya menghampirinya yang kini meletakkan barang bawaannya di meja ruang tengah. Tak lupa ia melepaskan jaketnya.
"Kau sudah pulang sayang?" Ia memelukku singkat kemudian pergi ke dapur mengambil segelas air lalu kembali ke tempat semula, ruang tengah.
"Seperti yang kau lihat. Kau dari mana, Mom?" tanyaku lagi.
Mom meneguk airnya hingga setengah lalu mendudukkan dirinya di sofa, membuatku mengikutinya. "Apotek. Aku baru saja membeli obat, kau tahu kan obat yang dokter berikan itu sudah habis."
Aku mengelus lengan atas Mom kemudian memeluknya dari samping, "Kau terlihat pucat, Mom. Jangan terlalu lelah, oke?"
Aku dapat merasakan senyum Mom yang merekah di wajahnya tanpa melihatnya, "Baiklah."
"Aku menyayangimu, Mom." Aku mencium punggung tangan Mom selagi ia mencium puncak kepalaku.
"Aku juga, Queen."
**
Hari ini, di bawah langit yang sudah berwarna oranye, aku dan Harry kembali terjun ke jalan kota London yang padat untuk mencari museum yang mau menerima permintaan kami. Dan kini, kami sudah berdiri di depan gedung museum yang kokoh.
The Sherlock Holmes Museum. Tempat ini memang tak terlalu ramai seperti kemarin dan aku menaruh harapan besar pada museum ini. Karena faktanya, kami sudah menyambangi 3 museum dan ketiganya menolak permintaan kami.
Ketika sampai, kami segera masuk ke dalam kantor pengurus dan menyerahkan surat izin kami kepada pengelola museum. Kali ini, wanita tua yang berkacamatalah pengelolanya. Ia sekilas membaca surat tersebut dan megulas senyum.
"Kalian yakin ingin mengobservasi disini?" Wanita itu melipat kertas kemudian meletakannya di meja depan hadapan kami.
Aku mengangguk mantap, "Ya. Kuharap kalian mau menerima surat ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Empty // HARBARA [Completed]
Fanfiction[18+ BEBERAPA PART MATURE CONTENT DI PRIVATE] Berawal dari pertemuannya di sebuah pesta, Queen Malik harus terus berhadapan dengan Harry Styles. Pria dingin, penuh misteri dan tak berhati. Tuntutan tugas membuat Queen harus lebih banyak menghabiskan...