Chapter 40

3.5K 345 271
                                    

Kelopak mataku terlipat, hingga nampaklah seberkas sinar yang berebut masuk ke dalam retina. Butuh beberapa kerjapan untuk membuat mataku menjadi fokus. Ruangan asing menjadi pemandangan pertamaku. Aku pun memiringkan kepala, menyadari bahwa aku sudah tidak lagi berada pada kondisi mengerikan itu. Dan juga menyadari bahwa aku masih hidup.

Tetapi, kondisiku sekarang jauh lebih baik dari sebelumnya. Tak ada keperihan luar biasa yang bersumber dari kaki atau pun rasa sesak di dada.

Namun denyutan yang begitu terasa membuatku harus melarikan tangan ke sumber sakit, kepala. Tetapi, belum sampai menyentuhnya, aku merasakan tangan yang tak bebas karena terlilit sesuatu. Aku memandangi tanganku, dipenuhi oleh selang. Bukan hanya tangan, hidungku tersambung oleh peralatan medis, kepalaku penuh perban, pakaianku berganti warna menjadi biru dan kakiku mati rasa! Oh tidak, jangan katakan kalau aku di--

"Queen? Astaga, Queen, akhirnya kau sadar," Aku menghadapkan kepalaku ke depan, dimana suara itu berasal.

Ia menghampiriku, Zayn. Wajahnya kusut, di bawah matanya jelas terlihat lingkaran hitam, rambutnya berantakan.

"Oh Tuhan, syukurlah. Kukira aku akan kehilanganmu," Suaranya parau. Ia mengambil tanganku, menciumnya lembut. Aku dapat merasakan sesuatu yang basah di punggung tangan.

"Aku tidak ingin kehilangan anggota keluargaku lagi, Queen. Kau satu-satunya yang kupunya dan seharusnya aku lebih..."

Aku mengabaikan semua perkataannya. Pikiranku melayang kemana terakhir kali aku masih sadar. Saat masih bersama Harry. Aku tak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan para medis itu untuk sampai ke tempat kejadian peristiwa. Harry dan aku sama-sama kehilangan kesadaran sebelum ambulans datang-- atau siapapun itu yang membawa kami ke rumah sakit ini.

"Berapa lama aku berada di sini?" tanyaku dengan nada lemas dan tatapan kosong.

"2 hari,"

Jadi aku tak sadarkan diri selama 2 hari? Bagaimana dengan Harry? Apa ia sudah sadar lebih cepat dariku?

"Dimana Harry?" Aku bertanya langsung setelah pria itu terlintas di kepalaku.

Reaksi Zayn sungguh membuat hatiku tak tenang. Ia menghela napasnya panjang dan pelan, menggaruk pelipisnya dan beralih mengusap puncak kepalaku. Namun, aku buru-buru menepisnya.

"Dimana Harry?" tanyaku sekali lagi yang masih diberi respon yang sama. Tak ada jawaban. Aku masih lemah, tak memiliki banyak tenaga. Melihat reaksi Zayn membuatku sedikit naik darah. Tidakkah ia melihat kondisiku dan langsung menjawabnya saja?

"Jawab aku, dimana Harry?! Apa dia masih hidup?!" pekikku secara tak sadar. Mendengar kerasnya suaraku, matanya melebar meresponnya.

"Geez, tenang, Queen. Dia masih hidup, oke?" Zayn menaikkan satu oktaf suaranya sambil mengacak rambut frustasi.

"Dimana dia sekarang? Bawa aku ke ruangannya." ucapku buru-buru mengangkat setengah tubuhku, tapi sial, semua anggota tubuhku terasa kaku. Dan dengan cepat Zayn menahanku agar tak bangkit dari kasur.

"Kau belum bisa menemuinya, Qu--"

"Kenapa?"

"Karena kau tidak boleh meninggalkan ruanganmu. Kau baru saja sadar dari kritis--"

Empty // HARBARA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang