Suara serak yang terdengar rapuh dari Dr. Thomas menghiasi pendengaran sebagian mahasiswa yang berusaha keras memusatkan perhatiannya ke depan. Ya, itu dikarenakan Dr. Thomas yang sudah sangat tua untuk menjadi dosen dan mengajar dengan metode kuno serta suara yang kecil. Mungkin hanya mampu didengar oleh mahasiswa yang memiliki pendengaran yang sehat. Bahkan aku sering merasa was-was jika pria tua itu masuk rumah sakit karena jatuh terpeleset hanya untuk bangun dari kursi singgasananya.
Aku menggeser sedikit tubuhku ke samping, berniat mengajak Bella mengobrol. Dan belum sempat menyenggol bahunya, Bella sudah lebih dulu menolehkan kepalanya karena menyadari pergerakanku.
"Kau mau mengobrol denganku? Kalau iya, aku juga ingin. Kenapa ia sangat membosankan?" Mata Bella mengarah pada Dr. Thomas yang sedang berdiri di samping papan tulis dengan tubuh yang sudah membungkuk.
Aku mengendikkan bahu acuh, ada topik penting yang ingin kubicarakan padanya. "Aku ingin menceritakan sesuatu padamu, tapi berjanjilah untuk tidak banyak bertanya dan memotong ucapanku, oke?"
Ia mengangguk dan semakin merubah posisi duduknya berdekatan denganku, seakan begitu siap dengan ceritaku. Baik, aku memutuskan untuk menceritakan masalah hutangku yang memalukan ini pada sahabatku sendiri. Aku memang belum menceritakan hal ini padanya karena masih merasa malu, namun lama kelamaan aku sangat terbebani dengan menyimpan masalah ini seorang diri. Dan aku membutuhkan solusi darinya.
"Jadi, setelah Ibuku meninggal seseorang mengirimkan surat berupa tagihan hutang dengan jumlah yang sangat banyak ke rumahku dan aku harus melunasinya dalam sebulan ini atau rumahku akan disita oleh mereka. Dan kemarin aku bertemu seorang pria bernama Justin. Ia merupakan fotografer di sebuah majalah dan membutuhkan model untuk pemotretannya karena modelnya mengalami kecelakaan. Ia menawariku untuk menjadi modelnya dengan bayaran tinggi untuk sekali pemotretan."
"Wait what?!" Suara Bella hampir saja membuat Dr. Thomas menolehkan kepalanya ke arah kami, namun aku buru-buru membungkam mulutnya dengan tanganku.
"Shhh! Jangan berisik, Bells." ujarku setengah berbisik. Orang yang duduk di sebelahku memerhatikan kami berdua dengan tatapan bingung sekaligus tidak suka.
Bella menepis tanganku dari mulutnya lalu bersuara kembali namun dengan suara yang lebih kecil, "Kenapa kau tidak pernah memberitahuku masalah seperti ini, huh?!"
"Karena aku malu untuk memberitahu hal ini pada orang lain." bisikku lagi.
"Aku ini temanmu, kau tahu? Aku sudah menganggapmu sebagai saudariku. Ck, kau ini. Berapa hutangmu itu? Mungkin aku bisa membantumu."
"6000 poundsterling."
Mata Bella seketika melebar selebar-lebarnya, "Apa?! Kau bercanda."
"Tidak, aku serius. Dan permasalahannya, jika Zayn sampai tahu aku akan mengikuti pemotretan untuk majalah, maka ia akan memarahiku habis-habisan. Ia sangat menakutkan kalau kau ingin tahu."
"Astaga, Queen aku kira aku-- aku-- ugh begini saja, lebih baik kau menerima tawaran Justin itu. Kita bisa mengurus Zayn nanti. Itu urusan mudah. Kapan kau akan melakukan pemotretan?"
"Besok."
"Baiklah, karena besok libur dan semua tugasku sudah selesai, maka aku akan mengantarmu."
Aku menghela napas lega lalu memeluk Bella dari samping, "Terima kasih banyak."
**
Keesokan harinya, tepat pukul 1 siang Bella menelponku, menyuruhku bersiap-siap karena ia akan segera menjemputku. Aku memang sudah siap dari satu jam yang lalu. Penampilanku juga biasa saja, hanya memakai tanktop putih lalu dilapisi jaket hitam dan jeans berwarna senada. Sengaja sesederhana mungkin agar Zayn tidak curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empty // HARBARA [Completed]
Hayran Kurgu[18+ BEBERAPA PART MATURE CONTENT DI PRIVATE] Berawal dari pertemuannya di sebuah pesta, Queen Malik harus terus berhadapan dengan Harry Styles. Pria dingin, penuh misteri dan tak berhati. Tuntutan tugas membuat Queen harus lebih banyak menghabiskan...