Chapter 5

4.1K 396 13
                                    

Di pagi buta ini, aku mengirimkan pesan pada Calum jika aku butuh tumpangan dan kalau tidak keberatan aku akan berangkat ke kampus bersamanya. Dan syukurlah aku memiliki teman dengan hati yang baik. Meskipun tempat tinggalnya tak jauh dari kampus, ia akan tetap menjemputku. Ah, I love you, Calum.

Sebenarnya aku jarang sekali pergi atau menumpang dengan orang lain. Karena seperti yang kalian ketahui, aku hanya pergi ke kampus menggunakan sepeda, dan terkadang dengan Zayn. Tapi, setiap kali aku pergi bersama Zayn, pasti aku terlambat. Itu karena jadwal kuliahku dan kerja Zayn yang berbeda sehingga aku harus menunggu Zayn sesuai dengan jadwal kerjanya.

Seharusnya hari ini aku pergi dengan Harry, namun aku tahu pria tak sopan itu pasti tidak akan memenuhi perjanjian yang sudah disetujuinya itu. Tidak ada yang bisa diharapkan dari pria itu.

"Mom, apa hari ini kau akan bekerja?" tanyaku seraya menuruni anak tangga sambil menguncir rambut.

Mom tidak menoleh, ia tetap sibuk dengan aktifitas menyiapkan sarapannya itu di dapur. "Ya, seperti biasa. Aku akan pulang pukul delapan malam. Apa Zayn masih tidur?"

Aku mengikatkan kemeja flanel di sekitaran pinggangku lalu ikut membantu Mom, "Yeah. Haruskah aku membangunkannya?"

"Tidak perlu. Dia butuh istirahat," Mom meletakkan sepiring pancake di meja makan kemudian mulai mondar mandir menyiapkan peralatan makan.

"Mom, kau terlihat pucat. Apa kau sakit?" tanyaku lagi dengan cemas.

Oh, Ibuku tercantik ini pasti mengeluarkan alasan jika ia hanya kelelahan saja.

"Hm? Tidak, aku hanya lelah saja. Tapi tak perlu dipikirkan,"

Benar 'kan?

"Ku rasa kau membutuhkan cuti, Mom. Aku tidak ingin melihatmu kelelahan seperti ini," ucapku sambil mengusap lengan atas Mom. Aku tidak suka jika Mom mengeluarkan semua tenaganya untuk bekerja.

Aku tahu sejak Dad meninggal, Mom-lah yang menjadi tulang punggung keluarga. Penghasilannya pun tak cukup untuk memenuhi kebutuhan kami semua. Itulah sebabnya Zayn memutuskan untuk bekerja, tetapi tetap saja gajinya tidak seberapa untuk menutupi semua keperluan yang kami butuhkan. Terlebih lagi hidup di London memerlukan biaya yang terbilang mahal.

Mom berhenti dari aktifitasnya lantas berdiri menghadapku dengan mengulas senyum, "Baiklah akan aku usahakan."

Aku mendorong tubuhku untuk masuk ke dalam pelukan Mom. Baru beberapa detik berpelukan, ponselku bergetar dan mengharuskanku untuk mengurai pelukan. Terdapat nama Calum di layar ponselku. Ia pasti sudah sampai.

"Kau tidak sarapan?"

"Tidak Mom, Calum sudah di depan, aku pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik, oke? I love you." Aku mencium pipi Mom kemudian mengambil tas yang ku letakkan di kursi. Sejurus kemudian aku keluar dan langsung mendapati Calum dengan mobil sport berwarna putih susunya.

"Tumben sekali kau berangkat denganku, ada apa?" Belum sempat menempatkan bokongku di kursi, Calum sudah melontarkan pertanyaan.

"Yeah, seseorang merusak sepedaku," balasku selagi Calum menghidupkan mesin lalu mengendarai mobilnya.

"Ku kira orang sepertimu akan menjaga pemberian ayahmu,"

"Seharusnya begitu. Aku gagal menjaga hadiah terakhir dari Dad. Tapi... ya, sudahlah." jawabku pasrah.

Sekarang kalian tahu 'kan penyebab aku marah besar pada Harry saat ia merusak sepedaku. Yap, karena sepeda itu adalah pemberian Dad sebelum ia meninggal. Dan sekarang benda itu sudah hancur.

Empty // HARBARA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang