Pukul 9 pagi. Matahari muncul di tempat singgasananya, memberi kehidupan untuk manusia dengan memancarkan cahaya hangatnya.
Terhitung sudah dua minggu sejak kejadian mengerikan itu. Tetapi kini, aku menjalani kehidupan dengan sangat baik. Senang rasanya bisa kembali normal. Pergi kuliah, mengerjakan tugas, dimarahi Mr. Ludwig—well, seperti biasa—dan yang terpenting, menghabiskan waktu bersama Zayn dan teman-temanku. Pepatah benar, ada pelangi setelah hujan.
"Queen, temanmu sudah di depan!" teriak Zayn dari bawah. Aku yang mendengarnya langsung menyahut dengan balik teriak dan menyuruhnya untuk menungguku.
Tak mau lebih lama berkutat di depan cermin, aku menyelipkan rambut ke belakang telinga, mengulas senyum. Tak banyak kosmetik yang menempel di wajah, hanya sekedar bedak tipis, mascara, dan lipgloss—yang cukup membuatku terlihat sedikit lebih segar.
Aku segera mengambil tas dan berlari kecil menuruni anak tangga. Langsung menemukan Zayn yang menyantap sarapan di dapur.
"Aku pergi," Zayn menyeka ujung bibirnya dengan tisu seraya bangkit memelukku.
"Hubungi aku jika dia berbuat macam-macam padamu. Aku akan menendang bokongnya,"
Aku tertawa, "Okay, Sir."
Zayn ikut tertawa, tetapi masih belum melepaskan pelukan. "Zayn? Aku harus segera pergi."
"Uh? Oh—" Ia langsung melonggarkan dekapannya sehingga aku bisa bernapas lega. "Ya, aku hampir lupa. Hati-hati."
Sebelah alisku kemudian terangkat saat Zayn mengulas senyum kecutnya. Kenapa terlalu berlebihan? Aku hanya menghabiskan hari Sabtu-ku bersama Harry saja. Ia bertingkah aneh seakan aku akan pergi ke luar negeri. Ck.
Aku menggeleng-gelengkan kepala seraya melenggang pergi. Kudapati Harry tengah berdiri menyandarkan tubuhnya di badan mobil—seperti biasa.
"Kenapa lama sekali?" gerutu Harry tak suka.
Aku membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya, begitu juga dengan Harry. "It's a girl thing."
"Okay, i get it."
Hari ini, tepatnya hari Sabtu pukul 9.15, aku pergi bersama Harry yang mengajakku entah kemana—dan aku tak peduli itu—untuk menghabiskan waktu bersama. Dua hari yang lalu kami sempat ke dokter kandungan, seperti permintaan ayah dari anak di perutku ini. Dan sama seperti yang dokter sebelumnya katakan, kandunganku baik-baik saja. Dia saja yang terlalu keras kepala.
Oh, aku lupa memberitahu kalian kabar baik mengenai Harry. Pria itu akhirnya memutuskan untuk kembali melakukan aktivitas di kampusnya—dalam artian yang sebenarnya. Setelah kabur dengan urusan kampus selama hampir 2 bulan, Harry akhirnya menampakkan batang hidungnya di depan kelas. Dan hebatnya lagi, Harry selama ini telah menyelesaikan laporan observasi yang kukira tak akan pernah selesai! Ya, bahkan Mr. Ludwig hampir terkena serangan jantung saat Harry menyapanya. Hebat, bukan?
"Kau lapar?"
Aku menoleh kala suara Harry menginterupsi lamunanku. Kedua bahuku terangkat secara bersamaan, "Kind of."
"Apa itu artinya iya?"
Aku kembali mengendikkan bahu, "Kind of."
"Berhenti mengucapkan kata-kata itu."
"Kind of,"
"Queen!"
"Okay, okay. I'm joking." Tawaku lepas begitu saja saat Harry menunjukkan ekspresi kesalnya. Mulutnya berbentuk seperti kerucut lalu memutar bola matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empty // HARBARA [Completed]
Fanfic[18+ BEBERAPA PART MATURE CONTENT DI PRIVATE] Berawal dari pertemuannya di sebuah pesta, Queen Malik harus terus berhadapan dengan Harry Styles. Pria dingin, penuh misteri dan tak berhati. Tuntutan tugas membuat Queen harus lebih banyak menghabiskan...