Queen's POV
"Sekali lagi, aku turun berduka cita atas tewasnya pahlawan kalian itu."
Amarahku seketika memuncak. Entah dari mana datangnya keberanian ini, tetapi aku langsung berdiri, menghampiri wanita sialan itu dan menarik tubuhnya sehingga ia kini berhadapan denganku.
"Jaga ucapanmu! Harry tidak selemah dirimu, kau tahu itu?"
Tiba-tiba saja ia menamparku keras dan mendorong tubuhku, terjatuh hampir menabrak Gwyneth yang masih terduduk di lantai. "Siapa kau berani menyentuh tubuhku, hah?!"
"Queen Malik, kau kira siapa? Harry tidak mungkin mati begitu saja, kau kira aku percaya ucapanmu tanpa bukti—"
PLAAKK
Tamparan keras itu mendarat lagi di pipi kananku. Oh, pipiku sudah hampir mati rasa.
"Kau tidak akan bisa melihat pria brengsek itu lagi karena setelah ini kaulah yang akan kubunuh."
Aku mendongak, menatapnya tajam. Ia pikir aku takut? Tidak akan. Meskipun mataku berkaca-kaca, bukan berarti aku percaya akan kata-katanya. Harry masih hidup. Aku percaya itu.
Gwyneth meraih tanganku, mengusapnya pelan. Berusaha meredam emosiku. Tidak, bukan aku yang harus dibunuh. Tapi, jalang inilah yang harus dimusnahkan.
Aku hendak berdiri namun suara ledakan dari luar sana yang dapat menulikan telinga menghentikan niatku. Kami semua tersentak kaget. Gwyneth sedikit menjerit. Mataku mengarah ke luar jendela. Terlihat banyak orang di luar sana. Terjadi kebisingan. Dan suara ledakan lainnya menyusul secara berturut-turut. Wait, itu bukan ledakan melainkan suara senjata berapi.
"Oh fuck!!!" seru wanita pirang itu lalu berjalan ke arah pintu, mengintip kemudian kembali menutup pintunya.
Jantungku berdebar kencang kala suara pistol dan kebisingan semakin mendekat. Gwyneth menggenggam tanganku erat, ia sudah berlinang air mata.
Tak lama kemudian pintu gudang ini dibuka secara paksa, dan detik itu juga wanita pirang ini menarik tubuhku ke arahnya, melingkarkan tangannya di leherku dengan pisau lipat yang entah sejak kapan sudah berada di tangannya.
Satu orang masuk ke ruangan ini, menodongkan pistol ke arahku—mungkin lebih tepatnya si wanita pirang. Mataku seketika sedikit berbinar saat melihat pria dengan sedikit luka di dahinya dan tubuh atletisnya datang untuk menolongku dan Gwyneth. Liam!
"Menjauh dan turunkan senjatamu atau pisau ini akan membelah lehernya!" Benda dingin yang ia tempelkan di leherku semakin terasa begitu tajam. Tetapi Liam tak menuruti perintahnya. Wajahnya semakin menegang dan ia mengambil satu langkah maju dengan perlahan.
"Kubilang menjauh dan turunkan senjatamu!" Di luar dugaan, wanita ini menggoreskan pisaunya di pipi kananku yang masih mata rasa dengan gerakan cepat. Sontak, aku merintih kesakitan ketika tajamnya pisau mengiris pipiku hingga mengeluarkan cairan darah.
"SYDNEY!! JANGAN COBA-COBA MENYENTUHNYA ATAU AKU BENAR-BENAR AKAN MENEMBAKMU!" Liam berteriak nyaring. Ia kembali mengambil langkah maju dengan hati-hati. Wanita yang rupanya bernama Sydney itu pun melangkah mundur.
"Don't move, Liam!!"
"Lepaskan dia, Syd! Percuma saja, semua rekanmu telah tewas. Menyerah saja dan--"
"Kubilang jangan bergerak atau--"
DOORRR...
Lengan atasku kembali tersayat oleh pisau lipat kecil itu dibarengi dengan ambruknya tubuhku dan Sydney. Seseorang telah melepaskan pelatuknya, menembak kaki kiri Sydney. Kalau saja meleset satu senti lagi maka peluru itu akan menembus kakiku, bukan kaki Sydney.

KAMU SEDANG MEMBACA
Empty // HARBARA [Completed]
Hayran Kurgu[18+ BEBERAPA PART MATURE CONTENT DI PRIVATE] Berawal dari pertemuannya di sebuah pesta, Queen Malik harus terus berhadapan dengan Harry Styles. Pria dingin, penuh misteri dan tak berhati. Tuntutan tugas membuat Queen harus lebih banyak menghabiskan...