Dua jam ini berlalu cukup lama, bahkan semua mahasiswa telah menahan matanya agar tak tertutup karena kantuk yang menyerang. Dan akhirnya, Dr. Frank melangkahkan kaki keluar ruangan, membuat rasa kantuk hilang seketika.
Aku memasukan semua buku yang berserakan di meja ke dalam tas, menggendongnya di bahu lalu keluar dari barisan meja. Harry yang sedari tadi sudah tak tahan dengan ocehan Dr. Frank langsung beranjak pergi dari kelas hingga pria tersebut sudah hilang dari pandanganku.
"Queen!" Teriakan nyaring dari suara yang khas melengking di telingaku. Siapa lagi kalau bukan Bella.
Aku memutar tubuhku ke belakang menghadap wanita yang barusan memanggilku, "Hei, what's up?"
"Astaga, kau kemana saja? Dua hari ini aku mencarimu kemana-mana. Kau bahkan tidak pernah membalas semua pesanku," oceh Bella sembari mengguncang tubuhku.
Kehebohan Bella mampu membuat beberapa mahasiswa yang masih berada di kelas memusatkan perhatiannya pada kami berdua. Dengan cepat, aku menutup mulutnya agar ia tak menyemprotku dengan kata-katanya lagi.
"Shhh! Pelankan suaramu, Bella. Kau tidak sadar suaramu itu sangat membahana, huh?"
Ia melepaskan tanganku dari mulutnya lalu menunjukkan cengiran polosnya, "Baik, baik. Sekarang, katakan kemana saja kau dua hari ini? Kau jadi lebih sering menghabiskan waktu dengan Harry."
Aku mendengus mendengar perkataan yang keluar dari mulutnya, "Hei, kau lupa seminggu ini aku terus bersamamu dan Calum? Lagi pula, kemarin kau yang menghilang, bukannya aku."
Bella memutar matanya ke atas, memikirkan sesuatu. "Ah, kalau kemarin aku memang tidak masuk karena harus mengantar ibuku ke bandara. Lalu, aku berusaha menghubungimu berkali-kali tapi kau tidak mengangkatnya."
"Kemarin aku tidak sempat memegang ponsel karena harus menggantikan pekerjaan Mom di restoran. Kau tahu kan dia baru saja keluar dari rumah sakit, jadi aku—"
"Queen, cepatlah." Rupanya Harry kembali masuk ke dalam kelas menginterupsi perbincangan kami.
Bella yang melihat kehadiran Harry langsung merubah mimik wajahnya. Ia terlihat lebih... gugup dan takut, i guess.
"Ya-yasudah , Queen, aku pergi dulu. Jangan lupa menghubungiku lagi, o-oke?" Setelah berucap Bella langsung menghilang dari kelas sehingga aku dan Harry bisa langsung pergi menuju tempat tujuan utama kami.
Di sepanjang perjalanan tidak ada yang berbicara baik aku maupun Harry. Sebenarnya, kami belum menentukan tempat apa yang cocok untuk kami observasi. Harry tidak mungkin mengajukan pendapatnya, karena aku yakin pria itu hanya ingin terima-jadi.
"Menurutmu, tempat mana yang harus kita observasi?" tanyaku memecah keheningan.
Harry nampak berpikir sejenak tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan, "British Museum? Kurasa tempat itu cocok untuk menganalisa sejarah-sejarah di Inggris."
Aku mengangguk menyetujuinya, "Kau benar. Tapi, kau tahu kan Museum itu sangat terkenal. Bukankah itu akan sulit untuk kita meminta izin pada pengurus yang ada disana?"
Ia mengangkat kedua bahunya, "Apa salahnya mencoba?"
Lantas aku hanya mengangguk-anggukan kepala. Merasa bosan, aku menyalakan radio agar suasana tak terlalu hening. Meski tanpa seizin dari si pemilik mobil, tetapi pria itu rupanya tak marah.
Laju mobil perlahan melambat dikarenakan macet yang cukup panjang. Aku mendesah pelan seraya menyandarkan tubuhku di kursi mobil. Kenapa di saat ada kepentingan seperti ini harus ada kemacetan?
"Oh fuck!" umpat Harry entah terhadap apa.
Pun kepalaku menengok ke samping, mendapati Harry yang membanting tangannya pada stir mobil. "Kau kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Empty // HARBARA [Completed]
Fanfic[18+ BEBERAPA PART MATURE CONTENT DI PRIVATE] Berawal dari pertemuannya di sebuah pesta, Queen Malik harus terus berhadapan dengan Harry Styles. Pria dingin, penuh misteri dan tak berhati. Tuntutan tugas membuat Queen harus lebih banyak menghabiskan...