Sedotan tipis ini membantuku menyeruput kopi hitam yang baru saja kupesan. Memandang sibuknya kota London, aku menyandarkan tubuhku di sandaran kursi. Cuaca yang cukup berangin membuatku tertarik untuk mampir ke cafe dan berlama-lama di sini sampai kopi panas ini habis.
Tempat duduk yang berada di luar cafe juga mendukungku untuk merenungkan banyak hal. Pasalnya, tempat duduk di luar jauh lebih sepi dibandingkan dengan yang di dalam.
Sekali lagi, aku menyeruputnya sampai tenggorokanku merasakan sensasi hangat dan nikmatnya rasa kopi ini. Sepuluh menit lagi kelas akan dimulai dan aku memang memutuskan untuk membolos pada mata kuliah linguistik yang sangat kusukai. Yah, bolos sekali tidak akan membuatku mendapat surat drop out bukan?
Kejadian kemarin malam benar-benar membuatku gila. Semua yang kami lakukan, setiap gerakan dan sentuhan yang Harry berikan masih terputar jelas di kepalaku. Dan aku sungguh tak percaya jika aku benar-benar melakukan kegiatan intim itu dengan seorang Harry Styles. Pria yang tidak pernah ingin kutemui lagi. Aku sudah dibuat gila olehnya. Dan setelah merenungkannya semalaman, aku memastikan kalau aku sudah masuk ke dalam tahap jatuh cinta pada pria itu. Astaga!
Setelah kegiatan saling memuaskan itu selesai, aku maupun Harry tertidur hingga fajar. Ia mengantarku pulang dan dengan susah payah aku berjalan layaknya wanita normal. Pasalnya, bagianku yang berhasil dirobek oleh Harry membuatku kesusahan berjalan. Rasanya begitu nyeri. Dan lagi, Harry berhasil meyakinkan Zayn kalau aku jatuh sakit dan terpaksa menginap di rumahnya. Zayn tentu saja percaya karena melihat tubuhku yang lemas nan lunglai. Di situ, aku merasa sangat bersalah pada Zayn.
Pikiranku mulai kacau. Saat Zayn mabuk, aku mengabaikannya. Dan setelah itu, aku malah bercinta dengan Harry. Aku tahu, aku memang jalang yang tak pantas disebut sebagai adik dari Zayn Malik. Aku tahu itu. Harga diriku sudah tak ada lagi.
Dan lagi, Harry yang mengatakan kalau ia tidak memakai pengaman membuatku semakin stres. Mengapa ia begitu teledor dan gemar membuat masalah? Aku bisa mati jika saja ada kehidupan di rahimku. Dammit. Seharusnya aku tak melakukannya.
Terlalu banyak masalah yang bercabang di kepalaku. Pekerjaan belum kudapatkan, dan sekarang aku sudah memiliki masalah baru. Laporan observasi bahkan belum kusentuh sama sekali, dan kini aku malah bersantai di cafe. Bodoh.
Namun, aku ingat saat Harry mengatakan kata-kata yang sukses membuat jantungku ingin meledak. Setiap kali aku mengingatnya, pipiku pasti akan bersemu merah. Aku tahu, ia pasti mengatakan itu setiap kali bercinta dengan wanitanya. Aku saja yang terlalu bodoh untuk jatuh cinta pada pria yang jelas-jelas akan menyakitiku.
"Excuse me, can i sit here?" Aku mendongak saat seseorang bicara padaku, mendapati pria yang tengah menjepit ponsel di antara telinga dan bahunya serta membawa setumpuk map yang entah apa isinya.
"Oh, yeah, sure." jawabku santai tak lupa mengulas senyum. Lantas ia duduk di kursi yang berhadapan denganku lalu sibuk bicara dengan ponselnya.
Rambut dari pria berkacamata itu menarik perhatianku karena warnanya yang cokelat keemasan. Wajahnya lumayan tampan. Dari gayanya berpakaian dapat kutebak kalau pria ini adalah pria dengan dompet yang cukup tebal.
Tak mau ikut campur, aku mengalihkan pandangan ke jalanan yang masih terlihat sibuk. Tapi aku tak bisa menolak setiap kata demi kata yang keluar dari mulut pria itu. Ia nampak gelisah dan stres selagi membongkar isi mapnya. Sehingga aku sedikit menguping pembicaraannya. Oke, ini memang lancang.
Satu menit kemudian ia mengakhiri pembicaraan dan melempar ponsel tersebut ke meja dengan kasar, hingga menyenggol kopiku dan membuatnya jatuh. Alhasil, sebagian celanaku terkena tumpahan kopi yang sialnya masih panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empty // HARBARA [Completed]
Fanfiction[18+ BEBERAPA PART MATURE CONTENT DI PRIVATE] Berawal dari pertemuannya di sebuah pesta, Queen Malik harus terus berhadapan dengan Harry Styles. Pria dingin, penuh misteri dan tak berhati. Tuntutan tugas membuat Queen harus lebih banyak menghabiskan...