"Queen? Kau di sana?"
Suara Harry menarikku kembali ke dunia nyata. Dunia yang kejam dan tak adil. Setetes air mata kembali jatuh mengenai sepatuku. Membuatku kehilangan kata-kata.
"Y--ya, ini aku."
Terdengar helaan napas dari seberang sana. "Syukurlah, aku takut kalau kau akan pingsan lagi." Harry terkekeh.
"Ada apa?" lanjutnya.
"Seminggu ini kau menghilang."
Tak terdengar suara apapun dari ponsel untuk beberapa detik. "Maafkan aku." Harry menghela napasnya lagi, "Aku minta maaf untuk semuanya. Karena tidak menjagamu, meninggalkanmu sendiri. Aku minta maaf karena Megan melukaimu."
Kakiku melangkah pergi melewati pintu-pintu yang terbuka, berusaha menjauh dari ruang tengah agar lebih leluasa berbicara dengan Harry. "Tak apa, aku tak mempermasalahkan itu. Justru aku dan Zayn ingin berterima kasih karena telah membantu kami melunasi hutang. Aku tak tahu kalau kau serius dengan ucapanmu. Jika kau tak membantu, mungkin aku dan Zayn akan tinggal di pinggir jalan."
"Itu tak masalah, aku senang bisa membantu."
"Kalau aku ada uang, aku janji akan melunasinya tapi--"
"Hei, sudah kubilang tak usah mempermasalahkannya. Lupakan saja. Lagi pula kita impas, oke? Kau berterima kasih, aku meminta maaf."
Tanpa sengaja, senyum simpul terlukis di wajahku. Harry terdengar begitu semangat, beda dari biasanya.
"Baiklah. Oh ya, bagaimana kabar Chris? Apa dia sudah membaik?"
"Yeah, dia sudah jauh lebih baik. Chris sempat dipindahkan ke rumah sakit lain untuk mendapatkan perawatan khusus. Dan hari ini kurasa dia akan pulang ke rumah."
Aku mengangguk, meski Harry tak melihatnya. "Kalau begitu besok aku akan menjenguknya."
Harry terdiam. Aku juga. Suasana canggung telah mencair. Dan aku harus mengatakan semua yang ingin kusampaikan sekarang juga.
"Harry, kenapa kau bersembunyi? Kenapa Liam tak bisa memberitahuku keberadaanmu?" tanyaku mengubah topik yang lebih serius.
Dan lagi, tak terdengar apapun dari seberang sana. Aku yakin Harry tengah berpikir keras. Tetapi, aku tak keberatan jika Harry tak ingin memberitahu alasannya. Itu adalah haknya.
"Terlalu rumit untuk menjelaskannya lewat telepon. Kau bisa tanyakan itu nanti pada Liam."
Bahuku meluruh lemas, bibirku pun tertekuk ke bawah. "Baiklah."
"Harry, ada hal penting yang ingin kusampaikan." Akhirnya kata-kata itu meluncur dari mulutku. Setelah seminggu lamanya fakta ini menjadi rahasia, akhirnya Harry akan segera mengetahuinya. Aku begitu takut akan reaksinya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empty // HARBARA [Completed]
Fanfiction[18+ BEBERAPA PART MATURE CONTENT DI PRIVATE] Berawal dari pertemuannya di sebuah pesta, Queen Malik harus terus berhadapan dengan Harry Styles. Pria dingin, penuh misteri dan tak berhati. Tuntutan tugas membuat Queen harus lebih banyak menghabiskan...