Pagi ini, aku mendapat tumpangan dari kakakku, Zayn. Ia mengantarku sampai di depan kampus meski awalnya ia tetap mengoceh tidak jelas. Karena awalnya kukira Harry akan kembali menjemputku seperti kemarin, tetapi kenyataannya tidak. Yah, aku memang terlalu percaya diri. Dan itulah mengapa Zayn terus menggerutu karena dibuat terburu-buru olehku.
Aku masuk ke dalam kelas dengan memeluk buku-buku tebal dan menyelempangi tas di bahu kanan. Cukup bersyukur karena aku datang tepat waktu. Melihat Bella sudah duduk manis di tengah barisan, aku pun mengambil tempat duduk di sampingnya.
"Astaga, Queen, akhirnya kau datang juga!!" pekik Bella begitu antusias ketika aku menempatkan diriku di sampingnya.
Terulas senyum di wajahku, "Aku mendapat pencerahan."
"Dari pendeta di gereja rumahmu?"
"Uh? Ya, kurasa. Kau merindukanku?"
Tiba-tiba saja Bella memelukku erat sambil mengguncang tubuhku yang langsung membuatku kesulitan menghirup oksigen, "Tentu saja! Aku merasa hampa empat hari tanpamu. You are my best friend!!"
Wajah Bella memancarkan rona bahagia hingga aku bisa melihat deretan giginya yang rapi. Tanganku menepuk punggungnya pelan lalu mengurai pelukan, "Aw, aku begitu tersanjung mendengarnya. Tapi, tumben sekali kau mengakuiku."
Aku malah mendapat satu jitakan darinya yang membuatku meringis, "Dasar kau ini."
Tak mau memperpanjang masalah, aku hanya menyengir manis. Tak lama kemudian, Mrs. Puff masuk ke kelas. Ya, dosen wanita itu sama menyebalkannya seperti di film Spongebob.
Pembelajaran kini sudah berlangsung sekitar 30 menit dan semuanya berjalan dengan lancar. Tetapi ada sesuatu yang sedikit mencuri konsentrasiku. Harry tidak hadir dalam kelas penting ini. Aku tak tahu dimana keberadaannya dan aku tak tahu mengapa pula aku harus memikirkannya.
Tapi, bukankah baru pagi tadi ia bersamaku? Apa memang ia tak pernah masuk ke kelas seperti yang biasa ia lakukan? Astaga, sejak kapan Harry memenuhi pikiranku?
Aku mendekatkan kepalaku ke arah Bella yang tengah fokus mengikuti penjelasan Mrs. Puff lalu berbisik, "Psst, Bella, apa Harry tak pernah masuk ke kelas?"
Ia menoleh dibarengi tatapan bingung, "Hmm... Dia sepertinya memang jarang masuk ke kelas. Terakhir dia datang kesini saat pergi bersamamu empat hari yang lalu."
Aku kembali menyandarkan punggungku di kursi. Jadi selama aku tak masuk, ia juga ikut tak hadir di kelas? Mendengarnya membuatku sedikit... kecewa? Eh, untuk apa aku kecewa? Ya ampun.
"Memangnya kenapa? Astaga, apa jangan-jangan sekarang kau mulai menyukai Harry?"
Aku memutar bola mataku jengah, "Ayolah, tentu saja tidak. Kau lupa kalau dia teman sekelompokku?"
"Kita lihat saja nanti. Tapi, tak apa, aku akan menyetujuinya. He is a hot guy, you know?" Bella menyeringai. Oh, apalagi maksud seringaiannya itu?
**
Kelas hari ini berakhir pukul 13.07 dan kini aku tengah merapikan buku-buku yang tergeletak di meja. Bella berdiri di sampingku, menungguku untuk keluar bersama.
"Bella, besok malam kau ada acara tidak?" Aku berdiri dan berjalan beriringan dengannya.
"Tidak. Kenapa?"
"Bagaimana kalau besok malam kau menginap di rumahku? Aku kesepian. Kau tahu, Zayn selalu pulang malam dan aku sendirian di rumah. Bagaimana?"
Matanya berbinar-binar di tambah senyuman yang semakin merekah di wajahnya, "Tentu saja! Aku tak sabar ingin melihat Zayn, ya ampun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Empty // HARBARA [Completed]
Fanfiction[18+ BEBERAPA PART MATURE CONTENT DI PRIVATE] Berawal dari pertemuannya di sebuah pesta, Queen Malik harus terus berhadapan dengan Harry Styles. Pria dingin, penuh misteri dan tak berhati. Tuntutan tugas membuat Queen harus lebih banyak menghabiskan...