Chapter 28

3K 331 60
                                    

Harry's POV

Pintu kamar milik Chris sedikit retak setelah aku meninjunya. Meninggalkan warna kebiruan di bagian kepalan tangan. Emosiku meluap. Tindakan yang barusan kulakukan sangat bodoh. Bagaimana bisa aku menyuruh Queen untuk meninggalkanku?

"FUCK!!!" Aku menjambak rambut frustasi, mengusap wajah kasar. Merutuki perbuatanku.

Memohon bahkan berlutut untuk seseorang bukanlah hal yang lumrah bagiku. Semua orang yang mengenalku tahu itu. Dan ini kali pertamanya aku melakukannya, untuk Queen. Aku tak tahu alasan apa yang membuatku untuk menundukkan kepalaku di hadapannya. Ada bisikkan yang bersumber dalam diriku untuk memohon padanya, bagaimana pun caranya agar wanita itu tetap berada di sampingku di saat aku membutuhkannya.

Aku tak bisa menyimpulkan bagaimana perasaanku terhadap Queen. Aku peduli padanya. Aku mengkhawatirkannya. Dan aku terus memikirkannya sepanjang hari. Hanya itu yang kurasakan, tidak lebih. Apakah aku menyukainya? Mencintainya? Aku sungguh tak tahu perasaan macam apa ini. Semalaman aku mencoba menemukan jawabannya, tetapi pertanyaan itu tak kunjung terjawab.

Selalu ada ketenangan setiap kali wanita itu berada di sampingku, melihatnya tersenyum membuat hatiku damai. Bahkan aku selalu menikmati momen-momen dimana kami selalu berdebat. Sejak Ibunya meninggal, Queen merasuki pikiranku. Begitu besar rasa kepedulianku padanya. Tetapi yang kutahu, wanita itu membenciku.

Tapi, aku tak mempermasalahkannya. Semua orang berhak membenciku karena sifat biadabku ini.

Dan kini, aku hanya bisa bergeming, mendengar derap langkah kaki Queen yang perlahan semakin samar. Aku terpaksa melakukannya. Bayangan akan tertembaknya Chris beberapa hari lalu berputar di kepalaku. Bagaimana jika Queen adalah incaran selanjutnya?

Membuatnya semakin membenciku akan mempermudahnya untuk menjaga jarak dariku. Itu satu-satunya cara yang terbaik untuk membuatnya tetap aman.

Aku bergegas keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil. Menguntit Queen dari belakang, memastikannya baik-baik saja. Ia baru saja pingsan, tak mungkin aku benar-benar membiarkannya sendirian. Walau nyatanya sekarang ini ia sedang sendirian.

Dari dalam mobil, pemandangan dari jarak 50 meter menunjukkan Queen tengah terduduk di kursi jalan sambil sesekali terisak. 20 menit setelahnya, ia masuk ke dalam taksi kuning. Kakiku terus menginjak pedal gas, mengikuti kemana perginya taksi ini.

Rupanya ia langsung pulang ke rumahnya. Menunggu sampai wanita itu benar-benar masuk ke dalam rumahnya, barulah aku mengendarai mobil ini ke rumah sakit. Melihat kondisi Chris yang tak ada perubahan.

Di sana, terdapat Gwyneth yang duduk di samping Chris, termenung. Ia menyadari keberadaanku.

"Dimana dokter?" tanyaku datar dari ambang pintu.

"Ayahmu belum sadar. Kondisinya menurun sejak kemarin malam. Kau kemana saja, Harry?" Ia menghampiriku dengan langkah lunglai. Matanya sembab.

"Haruskah kau mengetahui kegiatanku?"

Ia mengangguk pelan, berjalan ke tempat semula. Duduk di samping Chris dengan kepala yang tertunduk. "Kau benar. Aku tidak memiliki hak untuk mengetahui aktivitasmu."

Aku terdiam. Hening untuk dua menit lamanya.

Melihat keadaan Chris seperti ini membuatku teringat akan masa laluku yang suram. Ibuku, Mom Anne mengalami hal yang sama seperti Chris. Rongga dadaku mulai sesak.

"Kau melakukan transaksi dengan bank sebesar 6000 pounds. Boleh aku tahu untuk apa kau menarik uang sebanyak itu?" tanya Gwyneth.

"Apa urusanmu? Itu uangku. Aku berhak mengambilnya dan mempergunakannya kapan pun aku mau."

Empty // HARBARA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang