SH-32

11.7K 525 24
                                    

Minal aidin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin...

Selamat membacaa!!!!
.
.
.
.
.
Sampai di rumah sakit dengan langkah yang tergesa dane segera berlari menuju ruangan Andre, tadi pagi saat ia menerima telpon dari Om sekaligus dokter yang memeriksa kesehatan Milli kemarin ia sangat tidak sabar ingin segera mengetahui hasil dari pemeriksaan nya.

Tanpa mengetuk pintu lagi dane menerobos masuk.
Tampak Andre yang sedang membolak-balik beberapa lembar kertas di depan nya, dan tidak menyadari bahwa Dane kini sudah duduk tepat di hadapan Andre.

"Bagaimana Om hasilnya?" Suara berat Dane membuat Andre sedikit terlonjak namun dia bisa kembali menguasai dirinya.

"Ah, Dane kau mengagetkan saja" jawab Andre dengan nada suara yang berusaha di normalkan.

"Om saja yang melamun, dari sejak aku masuk kesini Om tidak menyadarinya. Memang apa yang sedang Om lihat di kertas itu?" Tanya Dane sambil melirik kertas yang masih di pengang Andre.

"Ini hasil pemeriksaan Milli" jawab Andre. Sembari menyodorkan kertas hasil pemeriksaan milli pada Dane.

Dane mengambil lembaran kertas yang di berikan Andre dan membacanya dengan seksama. "Om, ini gak mungkin ini pasti salah kan om?" Dane bertanya dengan raut wajah yang tidak bisa di baca.

"Om minta maaf d
Dane, tapi hasilnya memang seperti itu. Ini adalah hasil pemeriksaan dari rumah sakit kita dan yang satu lagi dari rumah sakit tempat teman Om bekerja, dan hasilnya masih tetap sama" jawab Andre.

Dane menggeleng pelan. "Gak Om, aku tidak percaya mana mungkin Milli bisa terkena penyakit seperti ini dia masih terlalu kecil Om" penjelasan yang Andre berikan tidak membuat Dane percaya begitu saja.

"Dane, tapi ini memang kenyataannya penyakit seperti apapun akan ada jika tuhan yang menginginkan. maaf karena Om tidak bisa berbuat banyak hanya tuhan lah yang lebih berkehendak."

"Apa masih ada cara untuk menyembuhkan penyakit ini om?."

"ada, tapi kemungkinan nya sangat kecil dan lagi cara itu hanya bisa di lakukan ketika Milli sudah benar-benar siap untuk melakukan pengobatan nya."

"Maksud om apa? Dan dengan cara apa penyakit Milli bisa di sembuhkan?." tanya Dane lagi dengan kekhawatiran yang meliputi hatinya ia juga tidak bisa mencerna penjelasan Andre.

"Om tidak bisa menyembuhkan tapi ada cara untuk memperlambat kerja leukimia yang menggerogoti tubuh Milli."

"Apa pun cara nya lakukan om, yang terpenting Milli bisa sembuh.!"

Dane tidak menyangka bahwa putri nya akan menderita penyakit yang benar-benar mematikan.

"Dengan transpalasi sumsum tulang belakang. Dan kita butuh pendonor yang cocok"

"Lakukan Om apapun itu."

Andre menghela nafas dan menggeleng pelan." Maaf Dane tapi operasi itu baru bisa di lakukan dua tahun usia Milli."

"Apa?.. tidak ada cara lain 9m selain ini?" Dane tidak habis akal apa pun yang terjadi putrinya harus sembuh walau dengan mengorbankan dirinya sendiri dia akan melakukan nya.

"Tidak ada Dane, tapi Om akan berusaha mencari solusi agar Milli bisa bertahan." Andre mencoba menenangkan Dane meski ia sendiri tidak tahu akan seperti apa nantinya.

"Kenapa penyakit ini bisa menyerang Milli, Om, dia masih terlalu kecil." Dane menagis.

Katakan lah dia cengeng, ya memang benar adanya walau bagaimana pun dia adalah seorang ayah yang memang bisa merasakan sedih juga di saat orang yang ia sayangi terluka.

***

Dengan langkah gontai Dane melanglah menuju kamar kedua anaknya.
Saat membuka pintu kamar ia di suguhkan pemandangan yang semakin membuat nya sedih. Merasa gagal sebagai sorang ayah itu yang di rasakan Dane.

Ia memeriksa tubuh Milli yang kini memiliki lebam di bagian kaki dan lengan kirinya.

  Cklek!! 

Pintu terbuka, Riana menatap Dane dengan rasa bingung melihat kesedihan di wajah Dane.

Ia menghampiri Dane masih dengan rasa bingung nya.
"Kenapa?--" belum selesai kalimat yang Riana tanyakan Dane sudah terlebih dahulu memeluknya.

"Kamu kenapa Dane? Apa yang terjadi?" Tanya Riana lagi.

"Milli..." jawab Dane lirih.

"Milli kenapa?.." Riana semakin bingung dan bertanya tanya atan sikap Dane. Tapi ia berusaha tenang menunggu penjelasan dari Dane.

Dane memberikan kertas hasil pemeriksaam Milli kepada Riana, dan ia mulai membacanya. Raut wajah Riana berubah kaget saat mengetahui isi dari pemeriksaan Milli. Riana menatap Dane meminta jawaban pasti namun Dane memalingkan wajahnya dan kembali memeluk Riana.

Jika saja Dane tidak menopang tubuhnya mungkin sekarang ia sudah jatuh, merasa kaki nya lemas seperti jely.

Dane membimbing Riana mendekat pada Milli yang kini masih terlelap dalam tidurnya. Tangis Riana pecah saat melihat lebam di tubuh Milli,ia sendiri baru melihat nya.

"Kenapa seperti ini Dane.. kenapa harus Milli.. hiks..hiks dia masih terlalau kecil." Dane semakin mengerat kan pelukan nya. Berusaha memberi ketegaran pada Riana atas apa yang menimpa putri mereka.

"Semua akan baik-baik saja, Milli akan sembuh.. aku akan cari jalan keluar agar Milli bisa sembuh." ucap Dane sembari meyakinkan dirinya sendiri.



***

"Kanker..."  Dane menjawab pertanyaan Cathrina.

Ya setelah mendapat kabar dari Andre bahwa cucu perempuannya sakit Cathrina langsung mendatangi rumah Dane. Dan mendapati Riana yang sedang menangis dalam diam sembari memeluk Milli yang kini juga tengah menangis.

"Kanker...?" Cathrina membeo dia masih tidak percaya dengan apa yang Dane ucapkan.

Dane hanya mengangguk menjawab pertanyaan Cathrina. "Kanker apa?" Tanya Cathrina lagi dengan suara yang mulai bergetar.

"Kanker darah/ leukimia" Dane kembali menjawab pertanyaam Cathrina.

"Apa Om mu punya silusi dari masalah ini?"

"Om Andre bilang dia tidak bisa menyembuhka karena yang bisa menyembuhkan hanyalah tuhan, tapi penyakit itu bisa di perlambat dengan cara transpalasi sumsum tulang belakang, dan operasi itu bisa dilakukan ketika usia Milli dua tahun dan kita harus menemukan pendonor yang cocok selama kita masih bisa mempertahankam Milli sampai usia yang di tentukan."

"Kau ayah nya, pasti kau cocok dengan Milli"

"Aku tidak cocok dengan Milli mah bahkan Riana dan Malik juga." Jawab Dane putus asa.

"Kenapa bisa seperti itu? Kalian adalah keluarganya. Kalau begitu seluruh anggota keluarga harus di periksa besok kita akan melakukam pemeriksaan nya." Ucap Cathrina tidak percaya.

"Entah lah mah, hanya tuhan yang tau."jawab Dane sekenanya dengan nada lirih nya.

Riana hanya diam memperhatikan percakapan ibu mertuanya dan juga suami nya. Terlalu rumit untuk masalah ini. Tuhan...kenapa harus putriku?? Jika bilrh alihkan lah penyakit itu padaku, aku rela tuhan...." ucap Riana membatin.










Tbc...

Maaf ngaret baru bisa update sekarang, soalnya kemaren masih sibuk banget. Kalo di part ini gak nybung koment ya 😆 tapi semoga kalian mengerti maksud di part ini hehee.. 

Salam sayang 😙😙

Sekeping HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang