SH-19

15.2K 712 9
                                    

Author pov.

Selamat membaca!!!
.
.
.
.
.
Riana mematung matanya menatap tak berkedip pada sosok yang berdiri di hadapannya dan seorang wanita yang menggandeng lengan laki-laki itu.

"Dane, kau....-"  Ander menghentikan ucapannya dan melirik pada wanita di sebelah Dane.

"Eum.. om kami pulang dulu ya, ayo Lia" sela Riana dan menarik tangan Nathalia untuk segera pergi dari ruangan itu.

"Tapi kak, kita kan tadi mau makan... pak dokter kan berjanji mau mentraktir makanan kita nah kan sekarang ada kak Dane kita makan bersama aja kak.." rengek Nathalia.

"Iya kita makan, nanti kaka yang membayar, pak dokter sedang ada pasien" ucap Riana dan berlalu meninggalkan ruangan itu bersama Nathalia.

"kak Dane, ayo ikut.." teriak Nathalia yang terus berjalan mejauh karena di tarik oleh Riana.

Dane hanya diam mematung memandang punggung Riana yang semakin menjauh.

"Apa maksud ini semua Dane? Kenapa kau bersama wanita ini?" Tanya Ander bingung.

Dane tidak menjawab, lalu ia berlari mengejar Riana,meninggalkan amAnder dan wanita yang tadi menggandengnya.

Di parkiran Dane melihat mobil keluarganya yang akan melaju meniggalkan rumah sakit itu. Namun Dane segera berlari menghampiri mobil itu.

"Riana buka pintunya.." teriak Dane sambil menggedor kaca mobil.

Riana tak menggubris dia memalingkan wajah dan berusaha menahan laju air matanya yang mendesak. Semenjak hamil ia jadi lebih cengeng dan sensitif sekali.
"Kak Riana, kak Dane manggil kaka.. Lia buka pintunya yah" ucap Nathalia.

"Jangan Lia, jalan Pak" pinta Riana.

"Riana buka pintunya, pak buka pintunya"  Dane masih menggedor dan berteriak.

"Kak Riana, kak Dane kasihan"..

"Diam Lia!!!" Bentak Riana. Nathalia langsung terdiam dan bergeser menjauh. Riana meng hela nafasnya dan menyuruh sopir untuk segera pergi dari parkiran itu .

"Jalan pak, sekarang" perintah Riana.

Dendi pun menuriti perintah Riana dan melajukan mobilnya. Dane terus menggedor dan mengejar mobil itu namun tidak berhasil.

Nathalia terdiam setelah di bentak oleh Riana. Dia tidak berbicara sepatah katapun dan itu membuat Riana merasa sangat bersalah karena shok dengan kejadian barusan Nathalia yang menjadi sasaran emosinya.

Riana mengulurkan tanganya dan merangkul Nathalia dalam pelukannya. " Lia, kakak minta maaf ya udah bentak kamu.. tadi kaka lagi emosi" ucap Riana.

Lia masih saja diam tak bergeming." Lia maafin dongg, kalo kamu maafin kaka bakalan traktir kamu makan sepuasnya, gimana?" Bujuk Riana.

Lia menggeleng." Kita pulang aja kak,ia pengen makan di rumah aja" ucap nya.

"Huff.. yaudah tapi kamu maafin kaka ya.."

"Iya aku maafin" ucap Nathalia tulus. Riana memeluk Nathalia erat, meskipun Nathalia tidak senormal Riana tapi ia juga masih punya hati, dan untuk masalah ini dia bisa merasakan lewat tatapan Riana.


***


Dane mengerang frustasi, merutuki kebodohannya sendiri, kenapa dia bisa lupa kalau hari ini ia berjanji akan mengantar Riana memeriksa canlon bayinya sendiri.

"Bodohh..." umpat Dane.

Dia berbalik kembali ke rumah sakit,masalah Riana biar nanti ia jelaskan di rumah saja. Sekarang ia harus mengurus wanita itu dulu.

Sekeping HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang