SH-11

18.3K 978 7
                                    


Selamat membaca!!!
.
.
.
.
.
Dengan tangan yang tak lepas dari perut buncitnya Riana berjalana tertatih di pinggir trotoar,matahari terik menyengat kulit nya tak ia hiraukan.

Hati nya berkecamuk memikirkan perdebatan dengan Ethan tadi. Kristal bening di pipi pun seakan tak mau surut. Hati nya tetap menolak dan sangat kecewa atas apa yang terjadi hari ini.

Dia memang menyadari dan cukup tau atas apa yang dia katakan dan lakukan. Bukan kah memang Dane sudah menolak bayinya sendiri dan bahkan ia menyuruh Riana untuk menggugurkan darah dagingnya sendiri.

Tapi sekuat dan seegois apapun Riana menentang perkataan Ethan dia tidak bisa mengubah kenyataan bahwa Dane memang ayah biologisnya.

"Aaaaagghhhh....hiks-hisk kenapa harus seperti ini ya tuhan....?"teriak Riana fruatasi dia sudah tidak peduli lagi dengan lingkungan sekitarnya dengan orang-orang yang memperhatikan nya.

Riana memegang kepalanya yang berdenyut keras, keringat dingin mulai bercucuran seketika kesadaran nya pun menghilang. Tapi dia tidak merasakan nyeri di pinggungnya saat dia tidak bisa lagi menahan keseimbangan tubuhnya dari kesadaran, dan akhirnya gelap.

***


Dane pov.

Selama empat bulan ini aku tidak bisa tenang memikirkan Riana, setelah kejadian dimana aku menyuruh nya untuk menggugurkan bayiku aku sangat merasa bersalah dan sampai sekarang pun aku tidak pernah bertemu dengan nya aku terlalu takut akan kenyataan ini dan aku memang pengecut yang hanya bisa mengambil keputusan tanpa memikirkan ulang kembali dampaknya.

Selama ini Ethan menyelidiki yang sudah terjadi antara aku dan Riana, sekarang dia sudah mengetahun kebenaran nya. Tadi siang dia menyuruhku untuk datang ke taman kota yang ada di daerah sini.

sebenarnya aku tinggal di kota besar jakarta dan kantor pusat ku juga di sana hanya saja papa menyuruhku untuk tinggal di sini selama setahun kedepan karena kantor anak cabang yang sedang bermasalah, sekaligus mengajarkan Ethan tentang bagaimana cara kerja perusahaan kami.

Tapi tidak sepenuh nya aku mengurusi perusahaan papa karna bukan nya sombong aku sudah mempunyai perusahaan sendiri, meski masih di bawah papa tapi itu milikku dan tanpa campurtangan dari keluarga.

Setelah aku sampai di taman kota aku mencatri Ethan, dan ternyata dia sedang bersama seorang wanita.dari balik pohon aku menguping pembicaraan mereka setelah lama mendengarkan aku kaget ternyata wanita itu adalah Riana.

"Bukan,dia bukan ayah dari bayiku."

"Jika bukan Dane siapa lagi? Tidak mungkin kan bayi itu tumbuh sendiri? Itu hal ilusi."

"Terserah."

Lalu ku lihat Riana beranjak pergi meninggalkan Ethan dengan tangan yang tak lepas dari perutnya, sekarang perutnya sudah terlihat membuncit. Ada rasa bahagia juga penyesalan yang menjadi satu.

Bahagian karena Riana benar-benar menjaga dan merawat anakku yang sempat aku tolak kehadirannya. Dan menyesal atas perbutan dan perkataanku sendiri yang membuat aku harus jauh dari mereka.

"Kak Dane cepat kejar Riana, aku hawatir" ucap Ethan tiba-tiba mengagetkan ku dari lamunan.

"Sejak kapan kau di sini?"

"Sudah lah jangan banyak tanya sekarang kakak kejar Riana, atau kakak akan menyesal" tegas Ethan padaku.

Aku pun mengangguk dan segera pergi menuju mobil. Sengaja aku memelankan laju mobil ku dari belakang Riana. dia terus berjalan sampai di pertengahan dia berhenti dan memengang kepalanya.

Aku bergegas keluar dan berlari menghampirinya, dan benar saja sedikit saja terlambat tubuhnya pasti akan ambruk ke atas aspal jalanan.

Dengan sigap aku menangkap tubuh lemah Riana, dan dia sudah tak sadarkan diri. Aku segera menggendongnya dan membawanya ke dalam mobil dia ku baringkan di belakang dan aku lajukan mobilku dengan kecepatan penuh menuju klinik terdekat.

Sungguh aku sangat takut dan hawatir dengan keadaannya dia begitu pucat.

Sesampainya di klinik aku segera meminta pertolongan pada para medis dan mereka membawa Riana ke UGD.

"Maaf pak, bapak tunggu di luar saja biar kami yang menangani"

Langkah ku terhenti hanya sampai di depam pintu ruangan.

"Tuhann... selamatkan lah mereka" batinku.

***



Author pov.

Setengan jam Dane menunggu akhirnya dokter keluar dari ruangan Riana, dane langsung menghampiri dokter itu.

"Bagaimana keadaan mereka dok?" Tanya Dane khawatir.

"Anda tengan saja tuan, istri anda sudah lebih baik dia hanya kelelahan dan sepertinya terlalu banyak pikiran. Tapi saya ingatkan agar jangan membebaninya terlalu berat karena itu akan berdampak buruk bagi kandungan nya."

"Boleh saya menemuinya dok?"

"Silahkan" ucap dokter dan berlalu pergi setelah memberi tahu.

Dane membuka pintu ruangan Riana matanya tertuju pada sosok yang terbaring lemah di atas brangkar dengan mata terpejan dan mukanya yang pucat.

Dane melangkah mendekati Riana dan ia duduk di tepi ranjang. Matanya menelusuru wajah cantik alami Riana dan pandangan nya pun terhenti di perut Riana yang membuncuit
Dane mengulurkan tangannya menyentuk perut buncit Riana dan ketika telapak tangannya menempel ia merasakan tendangan dari bayi nya.

Seulas senyum terbit di wajah dane, melihat dan merasakam bagaimana respon dari bayinya. Meski masih di dalam kandungan tapi seolah-olah ia tau bahwa ayahnya datang menjenguk.

"Maafkan ayah nak, ayah sudah menyakiti ibumu dan juga kamu" lirih Dane

"Ayah janji akan bertanggung jawab atas dirimu dan juga ibumu nak" ucap Dane sambil mengelus perut Riana dengan penuh kasih sayang.

Matanya beralih menatap kembali wajah pucat Riana.
Dia sangat berterima kasih pada Riana yang mau mempertahankan bayi mereka dan merawatnya.

Wajah Dane menunduk, terus mendekat sampai di kening Riana ia memberikan kecupan lembut penuh penyesalan dan kerinduan.

"Maafkan aku Riana..."gumam Dane.







Tbc....

Haii... aku update lagi 😊
Maksih atas dukungan vomentnya saya sangat bangga pada klaian. Makasih juga sudah mau membaca cerita abal-abal ini hehee..

Jejal kalian adalah dukungan untuk saya😃

Salam sayang untuk kalian 😙😙😙😙😙

Sekeping HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang