Selamat membaca....!!!
.
.
.
.
.
.
Dua minggu berlalu, kasus tentang kecelakaan yang Riana alami kini mulai menemui titik terang. Namun masih belum bisa menemukan siapa pelakunya saat ini. Ya ternyata benar mobil yang Riana tumpangi sengaja di celakai, rem mobil nya di putus dan dengan sengaja di tabrak sehingga mobil itu terbanting masuk ke dalam jurang.Dane sudah menduganya, dan kini ia baru ingat bahwa yang tidak menyukai Riana itu adalah Fany, karena dulu ia sempat mengancam nya. Dan sampai sekarang ia masih mencari tahu di mana keberadaan Fany, namun belum ada bukti kuat untuk menetapkan Fany sebagai dalangnya. Tapi setidak nya jika Fany di temukan ia bisa mengetahui kebenarannya.
Lamunan Dane teralih saat pergerakan kecil Riana mengusik nya. Keadaan Riana sekarang masih mengkhawatirkan, belum lagi saat ia mengetahui kalau ia mengalami kelumpuhan.
.
.
.
Flashback... dua hari yang lalu.....Riana dengan perlahan membuka matanya, ia mulai kembali tersadar, sementara Dane masih belum menyadarinya karena ia fokus pada laptopnya. Tak sehari pun ia absen menjaga Riana, sampai ia mengerjakan urusan kantornya di rumah sakit.
"A-ai-r" ucap Riana lemah.
Dane mendongakan kepalanya menatap Riana, ia segera menghampirinya dan memberikan air pada Riana.
Seulas senyum terbit di bibir Dane, ia sangat bersyukur Riana telah sadar.Setelah menghabiskan satu gelas air Riana kembali membaringkan kepalanya. Matanya masih mengerjap-ngerjap berusaha menetralkan pandangan nya yang silau. Dane masih bergeming sambil memperhatikan Riana lebam di wajah nya mulai sedikit pudah dan sudah tidak bengkak lagi.
"Riana...!" Panggil Dane terbata, sementara yang di panggil menatap lekat paa mata biru pekat Dane.
Riana menghembuskan nafas nya pelan."berapa lama aku tidur?!" Tanya Riana dengan suara pelan nya.
"Dua belas hari." jawab Dane dengan senyum yang tak pudar. ia masih tak percaya bahwa Riana sudah sadar, dan bisa bercakap kembali dengan nya.
Setelah kantuk di matanya sudah mereda Riana berusaha untuk bangun, ia merasa pinggang nya pegal. Ia mengernyitkan dahi nya dalam, merasa bahwa ada yang aneh dengan tubuh nya.
"Dane.." panggil Riana.
"Kenapa?" Tanya Dane.
"Kaki ku-kakiku tidak bisa di gerakan.." ucap Riana, ia menoleh menatap Dane seolah bertanya..
Tanpa berkata Dane memeluk Riana, menenggelankan kepala nya pada dada bidang nya. Riana bergerak tak nyaman dengan sikap Dane ia berusaha melepaskan dekapannya.
"K-kenapa?" Tanya Riana lagi cairan bening sudah menggenang di pelupuk matanya, sebenarnya ia sudah memiliki jawaban dari pertanyaan nya sendiri namun ia hanya ingin bahwa ini mimpi.
"Om Andre bilang, kau mengalami kelumpuhan akibat dari kecelakaan itu, tapi masih bisa di sembuhkan dengan Terapi." Sergah Dane langsung tidak ingin membuat Riana sedih.
Riana menghentikan gerakan nya untuk bangun dari baringan nya. Tatapan nya seketika kosong, tak sepatah kata pun ia keluarkan dari bibir pucat nya.
"Kamu pasti sembuh Ri,kamu jangan khawatir.. aku janji akan melakukan apa pun demi kesembuhan mu."
Riana tidak bisa membendung kesedihan nya lagi, tak terasa air matanya meluncur begitu cepat. "Kenapa seperti ini Dane, apa salahku???" Riana bertanya lebih kepada dirinya sendiri.
Isakan kecil mulai keluar dari bibir Riana, kilasan kejadiana itu masih teringat di benak nya. Bagaimana tatapan tajam seseorang yang sangat ia percaya berubah menjadi kebencian.
Sosok yang selama ini ia anggap orang yang menyayanginya dengan tulus ternyata bisa berubah menjadi kejam. Bagaimana kata-katanya menusuk relung hati Riana, yang ternyata selama ini ia memiliki perasaan lebih padanya. Menganggap nya sebagai pilihan hatinya.
****
tok..tok..tok...!!!
Ketuka pintu mengalihkan perhatian Dane, tak lama Cathrina muncul dan masuk ke dalam, ia tersenyum pada Dane sambil menjinjing kantung plastik yang sepertinya berisikan makanan.
"Bagaimana sekarang?" Tanya Cathrina membuka percakapan.
"Riana masih belum stabil mah, sepertinya ia masih belum bisa menerima keadaan." Jawab Dane.
Helaan nafas berat Cathrina terdengar jelas, ia meletakan kantung plastik yang ia bawa di atas meja bulat di pinggir ruangan. "Sebaik nya kau makan dan setelah itu kau pulang lah beristirahat, biar mama yang menjaga Riana." Ucap Cathrina mengalihkan kegundahan hati Dane. Insting seorang ibu lebih tajam, ia tau hanya dari raut wajah putranya saja sudah menunjukan bahwa Dane benar-benar membutuhkan seseorang untuk menguatkan nya dari semua cobaan yang ia alami.
Dane menggelengkan kepalanya pelan. Ia tidak ingin meninggalkan Riana barang sebentar saja, bahkan jika ia akan ke kamar mandi pun ia menunggu Riana tidur baru setelah nya ia pergi.
"Aku tidak bisa meninggalkan Riana mah." tolak Dane sekenanya.
"Kau tidak bisa seperti ini, anak-anak mu menunggu Dane, setidak nya kau menjenguk mereka." Ucap Cathrina.
Hampir saja ia melupakan kedua putra dan putrinya. Jika saja Cathrina tidak mengingatkan mungkin ia akan benar-benar melupakan anak nya. Tidak ia tidak boleh egois, ia harus bisa membagi waktu nya. Sudah hampir dua minggu juga ia tidak pulang karena ia tidak ingin meninggalkan Riana.
"Baiklah, aku akan pulang. Tapi nanti malam aku akan kembali ke sini." Akhirnya Dane menekan ego nya sendiri.
"Yasudah tapi sebelum nya kau makan dulu, mama sudah membawakan makanan untukmu." Ucap Cathrina menawarkan..
Dane mengangguk dan beranjak duduk di depan meja bundar itu, ia mulai menyantap makanan yang di bawakan oleh ibunya meski pada kenyataan nya ia sama sekali tidak berselera.
Pikiran nya masih berkecamuk dengan jawaban dari pertanyaan _siapa yang memcelakai Riana??!_
"Aku akan mendapatkan pelaku nya Riana.." batin Dane.
Tbc....
Slam sayang 😙😙😙
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekeping Hati
عاطفيةhamil adalah satu kata yang paling di inginkan setiap wanita yang sudah berpasangan dan hidup dalam kebahagiaan. tapi bagaimana dengan dia yang tidak memiliki pasangan, dia sendirian, janin itu tumbuh tanpa pertanggung jawaban... akan kah dia menye...