Five - First

1K 235 50
                                    

"Lo mau lagi,Ra?" Tawar Sera sambil mengupasi apel segar itu untuk gadis yang sedang terbaring diranjang itu.

"Engga"

"Okay"

"Gue mau,Ra" rewel Marsel sambil memasang puppy eyesnya.

"Jijik Sel"

"Parah lo Ra"

"Apanya?"

Marsel berdecak sambil mendekap kedua lengannya didada, "Mata lo rusak"

"Rusak apanya?" Tanya Sera tidak terima.

"Dari sabang sampai merauke ngga ada yang jijik sama gue,cewenya maksud gue" ujar lelaki bertubuh jangkung itu.

"Iyain aja Ra,Marsel mana waras si" Aira menengahi. Sedangkan Sera dan Marsel saling mengolok satu sama lain dalam diam.

'Brak' pintu kamar ruangan itu tiba-tiba terbuka.

"Loh Jeff?"

"Lo dari mana aja kampret, gue tadi sempet nyasar tau waktu nyari kamar Aira. Untung ada perawat yang bantu gue" omel Sera panjang lebar dan hanya dibalas tatapan datar dari Jeff.

"Yang penting lo udah sampe kamar Aira" jawabnya.

"Gila, ketularan dinginnya Gio lo Jeff?" Marsel tertawa.

Jeff hanya menghela nafasnya lalu segera melempar tubuhnya diatas sofa. Tubuhnya lelah. Perjalanan dari jakarta ke singapur memang tidak terlalu jauh,tapi bagaimana jika ia baru saja menyelesaikan ujian tengah semester dan selesai itu harus take off ke singapur. Gila. Otaknya bahkan belum sempat dingin rasanya. Apalagi mendengar cerita Gio melalui telfon tadi. Rasanya otaknya sudah mumet.

"Kenapa lo,Jeff?"

"Otak gue berasap rasanya"

"Apadah lo otak pake berasap" . Jeff hanya diam menenggelamkan wajahnya disofa.

"Oiya,Atha mana?" Tanya Aira menengok kesekitar ruangannya. Hanya ada Marsel,Sera dan Jeff. "Gio juga?"

Sera dan Marsel saling berpandangan sebentar lalu mengalihkan pandangan mereka pada Jeff yang ada disofa.

"Gue tau lo pada ngeliatin gue" ujar Jeff bersuara dibalik wajahnya.

"Duo kulkas kapan kesini?"

"Sel" Aira dan Sera sama-sama melemparkan pandangan tajam mereka pada Marsel setelah melontarkan pertanyaan bodoh itu.

"Lo tega manggil mereka duo kulkas?" Tanya Aira lagi.

Marsel menggaruk lehernya yang tidak gatal sambil menunduk "Iya,canda doang gue"

"Jeff"

"Apa?"

"Mereka kapan kesini?"

Jeff beranjak dari posisi tidurnya disofa dan duduk menghadap mereka, "Atha ngga bisa kesini, lo tau kan?" Lelaki itu menggantungkan ucapannya dan memberikan tatapan yang memaksudkan kalimatnya.

"Lalu Gio?"

"He'll be staying with her" jawab Jeff.

"Baguslah, setidaknya ada Gio yang bisa jaga Atha disana" Aira bersuara. "I'm so sad about her family"

Marsel mengangguk mengiyakan ucapan Aira. Memang, diantara mereka mungkin Athalah yang memiliki problem paling complicated.

"Gio berarti sama Atha?" Semuanya menengok pada Sera. "Maksud lo Ra?"

"Haha engga, I'm just happy Gio can take care of Atha" ujarnya tersenyum.

*

*

*

Suasana malam itu tenang,sangat tenang dan damai. Langit memamerkan kilauan bintang yang mendominasi langit gelap itu.

"The night is beautiful,isn't it?"

Gadis yang tadinya sedang berdiri sendiri dibalkon itu kaget lalu menengok kebelakangnya.

"Lo ngagetin,Yo"

Gio,lelaki itu hanya mengangguk lalu mengambil tempat berdiri disebelah Atha. "Sedih lagi lo?"

Atha menyuarakan tawa kecilnya dengan tatapan mata kelangit, "Gue ngga se galau itu kok Yo. I'm fine"

"You always look fine" ucapan Gio membuat Atha menahan sedikit senyumnya, gadis itu menegok perlahan pada Gio "Because you don't need to show up your pain"

"You have to"

"Not everyone can understand about our pain,Yo"

Gio hanya berdehem karena ingin menyudahi pembicaraan berat itu.

"Jeff dan Sera udah sampai di Singapur"

"Oh ya? Bagus lah" Atha mengangguk-anggukan kepalanya. "Lo dikabarin Sera?"

"Bukan,tapi Jeff"

Atha lagi-lagi mengangguk, "Maaf ya Yo, lo jadi ngga bisa ikut kesana"

Gio yang sedang menumpu kedua tangannya dibalkon langsung menegok pada gadis disebelahnya itu, "Maaf untuk apa?"

"Lo harusnya bisa ikut ke Singapur kan? Tapi lo malah tinggal dan nemein gue"

Gio tertawa garing sambil menatap langit, "Jangan Ge-er, Ta"

"Lalu?"

"Gue tinggal karena karena tugas" ujar Gio. Jawaban lelaki itu membuat Atha mengangguk, "Baguslah kalo gitu gue ngga usah merasa bersalah"

"No need to feel guilty"

"Anyway,lo ngapain kesini? Bibi-bibi dibawah udah tau lo dateng? Lo kasih salam ngga?" Pertanyaan beruntun Atha membuat Gio tertawa sedikit.

"Lo jadi banyak omong Ta"

"Oh god,gue diem salah banyak omong juga salah" Atha berdecak kesal sambil memalingkan wajahnya kearah lain.

"I'm not saying that was wrong, girl" Gio menarik dagu Atha dengan pelan agar gadis itu sepenuhnya menatapnya.

"I like the way you talk that much" lanjutnya. Suara Gio terasa berat sehingga membuat Atha sedikit deg-degan.

Oh god.

"Yo"

"Mm?"

Atha menghela nafasnya sebentar sebelum kembali menatap lelaki didepannya, "Gue harus datang ke pernikahan Mama"

"Lo mau?"

Atha menggangguk yakin. Ia yakin secara fisik tapi secara batin mungkin.... tidak.

"Gue bakal nemenin lo kesana, jangan takut"

Atha tertegun. Gio memberikannya tatapan hangat itu. Rasanya hangat dan tenang. Sama seperti langit malam ini. Gio seolah memberikannya kedamaian ditengah hatinya yang bergejolak,tanpa Atha sadari.

Gio heal Atha like Doctor treat her patient.

This realitionship isn't goes like triangle love or friendzoned, but it's more like people that can't show up about their real feeling with word but they can show it with their gesture -Beautiful Youth.2017

BEAUTIFUL YOUTH (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang