Epilouge

686 102 50
                                    

"Can you come? Please. At least show your face, for her" Gio berucap.

Desahan nafasnya kian berderu saat mendengar jawaban yang tidak ingin ia dengar. "She can't be alone in her special day, you have reason to come as a family. Come and congrats her. She has been in pain for thousand times"

"I know" lagi Gio berucap dengan nada pasrah. Ia menundukan kepalanya sambil masih menggenggam telepon yang menepel ditelinga kanannya. "My presence isn't enough for her even she doesn't tell me. She just need her family to appreciate her. Okay, gue udah nyari nomor lo dengan susah payah. She never even forget about her family, no matter how bad is her past...

..so, I hope you can come, as her older sister, Renatta. As Atha's sister" Gio memutuskan panggilan itu. Nafasnya terdengar semakin gusar saat ia menutup matanya sejenak dan merenggangkan tubuhnya.

"Hey"

Marsel datang dari arah pintu sambil membawa satu kaleng soda ditangannya. Ia ikut bergabung bersama Gio dibalkon, sekedar menatap bintang.

"Kenapa lo? Nih" lelaki itu melempar pelan soda itu pada Gio. "Thanks, anyway mana Jeff?

"Dia balik duluan, nyiapin buat besok katanya"

"Oh"

Marsel berdehem lalu kembali menatap langit malam. "I used to enjoy the night like this"

"Really?"

"Sama Aira. Itu sudah lama, dan gue kira gue ngga akan pernah ada kesempatan lagi. At least see her face. Karna gue kira dia bakal kecantol sama bule-bule Singapur"

Gio diam mendengarkan Marsel yang bercerita. Dari yang Gio dapati, Marsel tersenyum menatap bintang.

"Ngga cuma Aira. All of you too. Semua. Gue kira perpisahan kita itu adalah dimana semuanya mulai hancur. Ya, walaupun kita sering kabar-kabaran tetep aja gue ngga bakal nyangka kita berakhir begini"

"Bertemu lagi dengan rasa yang sama tapi cerita yang berbeda. Kita itu bagai air didalam baskom yang abis diobok-obok, tau gak? Airnya bergoyang-goyang lalu tenang kembali seiring berjalannya waktu. Ya kaya kita. Pisah lalu sama-sama lagi"

"I'm so thankful. Makasih buat bikin semuanya kembali lagi, seperti semula. Thanks for being my best fucking friend, be my part of my youth, and thanks for be the only man for her" Marsel mengakhiri ucapannya lalu menoleh kepada Gio. "Makasih buat selalu jagain Atha bahkan disaat kita-kita pada ngga ada"

Gio menghela nafasnya pelan lalu tersenyum. Entah kenapa apa yang diucapkan Marsel membuat kegugupannya akan hari esok perlahan hilang.

Ia meletakkan kedua tangannya dipagar balkon lalu menatap lurus cahaya malam. "Thanks to you. Gue dulu cuma manusia kaku yang mungkin hidupnya akan sedatar talenan nyokap didapur. Tapi setelah gue mengenal 5 anak aneh, hidup gue jadi ada undakannya. I mean in a good way. Jadi, thanks buat terlambat hari itu. Kita berenam ngga bakal pernah bisa ketemu kalo ngga kena hukum buat bersihin toilet belakang 10 tahun yang lalu"

Marsel tertawa pelan mendengar ocehan panjang Gio. "Lucky you"

"Yes, I am" jawab Gio pasti.

"Fuck you HAHA"

Gio ikut tertawa sambil menggunakan kedua tangannya sebagai tumpuan badannya dipagar. "I am, soon to be the most lucky man in this universe. Tomorrow I'm gonna marry one of the most beautiful woman in my life. I'm gonna make her as my home as my star as my everything"

Marsel tersenyum memandang bayangan wajah Gio dari samping. Ia turut bahagia, sangat. Siapa yang bisa menyangka jika mereka ditakdirkan bersama, setidaknya sampai maut memisahkan. "Promise me one thing"

BEAUTIFUL YOUTH (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang