Thirty Seven - One last time

499 111 54
                                    

Gadis itu mengintip dari jendela kamarnya, seorang lelaki berambut coklat tengah bersandar disisi pintu mobil sambil menatapi ponsel ditangannya.

Senyum Atha muncul perlahan saat menatapi Gio sudah ada didepan rumahnya. Ia buru-buru mengambil tas selempangnya diatas ranjang lalu keluar kamar agar segera menghampiri Gio.

"Are you tired waiting?" Suara itu muncul tiba-tiba ditengah fokusnya Gio menscroll timeline instagramnya. Lelaki itu mendongak dan tak dapat menahan senyumannya. "I never tired of waiting, especially its you"

Kalimat yang terucap dari bibir Gio tidak pernah gagal untuk membuat Atha tersipu. Bahkan ia akan terus menerus merasakan pacuan tidak normal dijantungnya setiap kali bersama lelaki ini. "Gombal" cibir Atha sambil menepis tangannya pelan, berusaha menutupi semburat merah dipipinya.

Gio terkekeh lalu segera membukakan pintu mobil untuk Atha, "You look gorgeous" ucapnya membuat Atha berhenti melangkah dan menatapinya.

"Gio, please. Are you going to tease me everysingle time?" Atha terlihat sedikit frustasi disela wajahnya yang sedang tersipu. Atha itu menggemaskan, dan Gio tidak tahan akan itu.

"So cute" lelaki itu menyentil pelan ujung hidung Atha menggunakan telunjuknya.

Gadis itu menyerah sambil menggeleng pelan kepalanya. Gio memang tidak pernah gagal membuatnya tersipu.

"Ready to spend the day with me?"

Satu senyuman muncul dibibir Atha. "Of course"

*

*

*

"Gue benci" dua kata itu keluar dari bibir Sera. Tatapan menusuk dan penampilan yang sedikit berantakan.

"Sera.." Jeff melangkahkan kakinya perlahan pada gadis yang berada didalam kamar itu.

"Jeff!"

"Sera, jangan gila!" Jeff gerak cepat lalu mengambil gunting yang ia tahu sejak tadi ada didalam genggaman Sera. Beruntung ia berhasil mengambilnya sebelum Sera bertingkah lebih jauh.

"Kenapa hidup gue gini sih" Sera perlahan melemas lalu terduduk dilantai sambil menangis. Jeff menghela nafasnya kasar lalu meletakkan gunting itu jauh-jauh dari jangkauan Sera.

"Gue tau masalah lo ini berat. Tapi berurusan dengan benda tajam bukan solusinya" Jeff mendekat pada Sera lalu mengelus pelan punggung gadis itu.

"Semuanya jahat"

"Engga"

"Ngga usah menghibur, buktinya memang ada"

Jeff menghela nafasnya pelan lalu menatap Sera. "Keluarga lo ngga separah itu. Mereka juga masih memikirkan masa depan lo. Mereka bukan orang tua yang ngga bertanggung jawab. Stop jadi anak manja yang ketergantungan, diluar sana banyak anak yang bahkan jauh lebih sakit dan terlantar dari keadaan lo sekarang. Jangan berpikir pendek cuma karena masalah ini lo mau bunuh diri atau apa lah itu. Itu hina. Gue ngga paham sama diri lo yang sekarang.  Kami, sahabat lo udah stand by you disini tapi lo masih anggap kami apa? Hanya figuran. Lo memang sahabat gue, Ra. But sorry to say, gue ngga paham sama diri lo yang sekarang. Buat ukuran Sera yang gue kenal, lo terlalu lemah"

"Jeff.." Sera tercengang. Matanya menatap lelaki didepannya itu dengan tatapan tidak percaya akan apa yang baru saja ia dengar.

"Stop jadi lemah. Kita disini ada buat lo kapan pun. Tapi apa yang kami terima? Penolakan dari lo. Lo pikir gue ngga tau kalo lo ngelarang Atha sama sekali buat kesini? Sorry Ra, itu terlalu jahat. Dan Aira? Lo juga melarang dia kan? I know. Disisi lain lo membiarkan gue, Marsel dan Gio buat berkunjung. Apa alasan itu? Gue yakin lo ngga punya alasan yang singkron buat menjelaskan itu. Kita sahabat, tapi keadaan ngerubah lo jadi gini" Jeff berucap. Itu kasar, memang. Tapi ia sudah tidak tahan dengan sikap Sera yang makin menjadi. Menjauhi Atha dan Aira dengan alasan mereka yang menghancurkan persahabatan? Alasan macam apa itu.

BEAUTIFUL YOUTH (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang