Four - Strong girl he knows

1K 255 77
                                    

Gadis itu berdiam diri diujung ranjangnya sambil meringkup kedua lututnya kedalam pelukannya. Rambutnya berantakan,matanya sembab dengan pipi yang masih basah. Atha menangis semalaman sampai rasanya matanya sakit.

Sebuah kertas undangan berwarna goldrose diatas ranjangnya adalah salah satu alasan kenapa ia menangis.

Ayah dan Ibunya sudah berpisah sejak satu tahun yang lalu. Alasan Ibunya meninggalkan Ayah adalah karena Ayah terlalu workaholic sampai-sampai melupakan Ibu,kakak,dan Atha sendiri sehingga mereka memutuskan untuk berpisah.

Renatta, Kakak satu-satunya Atha memutuskan untuk mengikuti Ibunya pindah lebih jauh sedangkan Atha ditinggal begitu saja.

Keinginan Atha untuk mengembalikan keluarganya utuh seperti semua adalah salah satu alasan kuat kenapa ia harus bertahan. Tapi saat undangan itu dikirim kerumahnya dan mendapat kabar jika Ibunya akan menikah lagi apa yang bisa ia harapkan? Keluarga yang ia damba-dambakan hancur saat ini juga.

Ia tidak menyangka menjadi anak dari orang tua yang broken home akan sesakit ini.

Dari puluhan juga orang didunia ini kenapa harus ia yang tertimpa masalah ini?

"Happy Birthday Girl"

Sebuah suara muncul membuatnya buru-buru menghapus sisa air mata dipipinya.

Seorang lelaki dengan tshirt polos putih dengan sebuah kue yang tidak terlalu besar ditangannya.

"Gio,ngapain lo kesini?"

Gio menghela nafasnya lalu menghampiri Atha yang masih duduk dilantai. "To celebrate your party"

"Forget it,Yo"

Gio melirik kalender diatas meja belajar Atha. "Today is your special day, let we celebrate it"

Atha menunjukan seulas senyumannya lalu hendak beranjak,tapi tangan Gio menahannya. "Kenapa lo nangis?"

"I'm fine"

"Lo ngga bakal nangis kalo bukan masalah besar,Ta"

"Then it must be big probs,isn't it?" Gadis itu tertawa lalu melepas paksa genggaman Gio. Ia berdiri menghadap meja belajarnya,menatap satu bingkai foto berisikan foto keluarganya. "I lost something I expected..

...My beautiful family"

"Ta"

"Lo udah denger kabar Aira?" Gadis itu berbalik, memaksakan senyumnya pada Gio yang menatapnya sendu.

"She has what I wants. Friends,Family and .. Love"

"Lo-"

"Bukan,gue bukan cemburu atau iri,Yo. Jangan salah paham. Gue cuma bahagia sebagai sahabatnya"

"Bukan itu, Lo nangis Ta" ujar Gio berjalan mendekat pada Atha dan sontak membuat gadis itu buru-buru mengipas matanya dengan jari-jarinya sambil tertawa, "Gue nangis karena terharu,Yo-"

"I know you broken" suara Gio merasuki indra pendengaran Atha dengan sangat pelan. Gio memegang kedua pundak gadis itu, "Then let me help you to recover your self,Ta"

Sejujurnya Atha adalah gadis yang paling tidak mau menunjukan kesedihannya didepan lelaki, tapi kali ini ia tidak dapat menahannya lagi. Rasanya kehadiran Gio benar-benar dibutuhkannya sekarang.

Terlalu banyak rasanya sakit. Ia langsung menangis sejadi-jadinya dalam dekapan Gio. Tak perduli betapa basahnya baju Gio sekarang. Keberadaan Gio adalah salah satu yang ia butuhkan sekarang,tempat bersandar dan tanpa disuruh Gio datang untuk menjadi sandarannya.

Atha bukanlah orang yang bisa menahan semua masalahnya. Bukan, Atha tetaplah gadis yang menangis jika tersakiti. Batin dan hati,Atha merasakan dua-duanya. Disaat jatuh-jatuhnya ia sekarang, hanya Gio yang datang dan menawarkan pundaknya untuk tempat menangis Atha. Ia sadar, lelaki itu selalu ada untuknya bahkan ketika tak ada yang ingat hari ulang tahunnya, Gio selalu menjadi yang pertama mengucapkannya.

Atha baru sadar jika Gio lah yang selalu ada untuknya. Kapanpun itu.

*

*

*

"Lo mau makan?" Tawar Gio duduk dipinggir ranjang Atha. Menatap gadis lemah itu.

Atha yang sedang bersandar disandaran ranjang hanya menggeleng sambil tersenyum. "Makasih,Yo"

"Lo terlalu sungkan buat ngeluarin masalah lo,Ta"

"Gue cuma ngga mau nambah masalah"

Gio mengangguk,tatapannya tenang. "Menyimpan masalah bukan berarti menyelesaikan masalah"

Atha terdiam. Entah kenapa setelah menangis tadi ia merasa sedikit lega. Setidaknya ia bisa mengungkapkan amarahnya dan melampiaskannya pada Gio. "Maaf baju lo jadi basah" Arah tatapan Atha tertuju pada sisi kanan baju Gio, karena baju itu putih dah sedikit basah jadi dadanya sedikit tereskpos walau masih berbayang.

"Ga papa Ta" Gio beranjak sebentar dari ranjang Atha lalu mengambil kue ulang tahun yang ia bawa tadi.

"Kita rayain ulang tahun lo" ujar Gio mendekatkan kue itu lalu mengambil sebuah korek api dari dalam kantong jeansnya.

"Lo punya korek? Lo ngga ngerokok kan?" Atha menatap intens Gio.

"Engga Ta,gue beli ini cuma buat nyalain lilin ulang tahun lo" bela Gio lalu menyalakan lilin angka diatas kue yang dipenuhi coklat itu.

"You know right I hate smooking people the most?" Tanya Atha membuat Gio menunjukan sedikit tawanya. "I know"

"Happy 20th Birthday Athallea Qiandra" Gio menyodorkan kue itu didepan Atha. "Tiup lilinnya"

Atha tak bisa menahan senyumnya,kue itu cantik dan dipenuhi coklat. Atha loves chocolate till die. "Ok" Atha meniup pelan kedua lilin itu sampai padam.

"Then make a wish"

Atha mengangguk lalu memejamkan natanya sambik menggenggam kedua tangannya.

"I hope it will be a good story with the happy ending"

"What story?"

"Our story" ujar Atha pada akhirnya lalu membuka matanya perlahan. Gio terdiam dibuatnya.

"Makasih,Yo buat selalu ada buat gue"

"Makasih buat selalu bisa ngerti gue"

Gio perlahan memunculkan seulas senyum tipisnya.

"Lo selalu jadi yang pertama buat ngucapin ulang tahun ke gue. Selalu"

Gio menatap Atha sambil tersenyum, "I will always be there for you,Ta"

*

*

*

It's useless if I always be the first one for you but never be the first one in your heart - D.F

BEAUTIFUL YOUTH (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang