Twenty Five - Self problem

662 120 36
                                    

Hari ini adalah hari pengadilan Ayah Atha yang artinya hari ini juga akan ditentukan bersalah atau tidaknya beliau.

Sejak tadi pagi, Gio dan yang lain sibuk kesana kemari. Mencoba mencari bukti yang bisa meringankan hukuman beliau.

drrt drrt

Getaran pada ponselnya membuat Gio buru-buru mengangkatnya.

"Halo"

"Yo, gue Sera mau otw ke Pengadilan. Si Marsel jemput Aira katanya nanti. Lo dimana?" Suara Jeff terdengar dari seberang sana.

"Gue masih ngurus sesuatu. Habis ini gue jemput Atha"

"Oke, cepet kelarin and don't forget to cheer her up later"

Gio menghela nafasnya pelan "Pasti- tut" telepon itu dimatikan secara sepihak. Saat ini pikiran Gio benar-benar ricuh. Otaknya masih memikirkan seberapa lama Om Hamid akan dihukum dan seberapa sedihnya Atha jika itu terjadi.

"Gio?"

Suara barusan membuat Gio nendongak kepalanya. Seorang gadis berambut coklat terurai baru saja membukakan pintu, Rachel.

"Lo ngapain kesini?"

Gio menghela nafasnya perlahan, "Tentang hukuman Om Hamid, lo udah bujuk bokap lo?"

Rachel menatap kaget Gio. Sorot mata Gio benar-benar serius sehingga membuat satu bagian dihati Rachel sakit. Gio really loves Atha. "Setidaknya, hukuman Om Hamid diringankan. Gue minta tolong. Nyokap dan Kakaknya Atha udah pergi ninggalin dia, dan sekarang satu-satunya tulang punggung keluarganya terjerat korupsi. Atha bakal sedih banget, Cel. Gue ngga mau itu. Bisa lo tolong gue?"

Rachel diam. Setiap kata yang diucapkan Gio menyakitkan. "Iya, gue bakal bantu sebisa gue ya Yo"

"Makasih Cel"

Sorry Yo. Gue ngga bisa bantu lo - Rachel

*

*

*

Bagi orang awam, untuk gadis 20 tahun seperti Atha ia adalah gadis yang cengeng. Gadis yang hanya bisa menangis meratapi keluarganya tanpa berbuat apa-apa, itu memang betul.

Bahkan Atha pun sudah lelah. Semua komenan jahat diakun sosial medianya hampir 80% adalah sumpah serapah untuknya karena memiliki seorang ayah koruptor.

Mama dan kakaknya pun tidak ada disisinya, saat ini ia harus melawan sebuah perang yang amat besar sendirian. Walau teman-temannya ada disisinya, tetap saja yang sangat ia butuhkan adalah support keluarganya.

"Non Atha?". Atha menoleh saat pembantunya menyenggol pelan bahunya. Ia terlalu banyak melamum.

"Mas Gio udah ada dibawah, Non"

"Oke bi"

Atha berlalu. Ia menuruni tangga dengan pelan, dan mendapati seorang lelaki dengan kemeja putih sedang duduk diruang tamu.

"Atha" . Atha membalas Gio dengan senyuman tipis. Ia siap, walaupun batinnya tidak siap untuk kenyataan yang menunggunya.

Gio berdiri dan mendekat pada gadis itu, "Are you ready?"

"I need to be ready". Gio mengangguk sambil mengelus pelan kepala Atha.

"Anyway, lo sudah sarapan?" Pertanyaan Atha membuat Gio mengerutkan keningnya sambil menunjukan senyum tipisnya.

"What happen to you? Ngga biasanya lo nanyain gue"

Atha mengerucutkan bibirnya sambil menatap Gio, "Lupakan, I just trying to be nice at you"

BEAUTIFUL YOUTH (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang