Twenty One - Superheroes

639 124 23
                                    

"Ta"

Gadis itu masih sesegukan. Kepalanya menunduk kebawah dengan posisi kedua tangan yang bergetar.

Atha tidak mengubris panggilan Gio. Satu hal yang terlintas dipikirannya sekarang hanyalah Ayahnya.

Tadi, disela sesi curhatnya dengan Aira dan Sera ia mendapat kabar dari salah satu pembantu rumah tangganya jika Ayahnya masuk rumah sakit karena kecelakaan. Itu bukan sama sekali berita yang ia harapkan setelah menunggu hampir sebulan.

"Can we go home already, please Yo" Atha terisak. Gio menghela nafasnya pelan lalu mengusap kepala gadis itu dengan lembut. "Oke, kita pulang. But please stop crying" ujar Gio dengan nada yang berat.

Ini sudah pukul 9 malam. Karena berita mendadak itu terpaksa Atha pulang saat itu juga. Dan tanpa diminta, Gio langsung menawarkan diri untuk mengantarkan gadis itu pulang dengan mobilnya.

Bagi Gio, selarut malam apapun Atha membutuhkannya ia akan selalu siap untuk gadis itu. Kapanpun.

"Gue sama Atha berangkat" pemit Gio dari balik kaca mobil yang terbuka itu, menampakkan Aira, Sera, Jeff dan Marsel yang berdiri untuk berpamitan dengan mereka.

"Take her home safely, promise me" ujar Jeff dan dibalas anggukan okeh Gio.

Mobil Gio mulai berjalan ditengah gelapnya malam. Jalanan mulai sepi bahkan tol pun tidak antri. Sukurlah, berarti mereka bisa sampai lebih cepat.

Selama dijalan, gadis itu tak henti-hentinya terisak. Gio paham betul dengan keadaannya. Gadis itu sudah terlalu rapuh bagaikan sebuah besi yang hancur. Atha sudah cukup menahan kesakitannya. Dan apa yang ia dapatkan? Berita buruk dari satu-satunya orang yang tersisa untuknya.

"Ta, please stop crying" ujar Gio sesekali menengok pada Atha.

"Maaf Yo, gue cengeng"

"Gue ngga pernah larang lo buat nangis, Ta. Tapi kali tolong sudah buat ngeluarin air mata lo. Gue ngga mau lo sakit"

Atha masih sesegukan, rambutnya yang terikat satu kebelakang saat ini sudah berantakan. Ia memaksakan senyumnya sambil menatao kearah Gio, "Gue takut gue jadi sendirian, Yo"

"Jangan takut, ada gue" kali ini Gio membiarkan tangan kirinya menggapai kepala Atha, mengelus pelan agar gadis itu tenang.

Jauh didalam benak Gio, masih ada satu hal yang ia khawatirkan. Bagaimana respon Atha jika tahu ayahnya juga sudah jadi buronan karena terjerat korupsi? Gio tidak bisa membayangkan betapa hancurnya pikiran dan mental Atha.

*

*

*

Bersyukur karena jalanan malam tidak ramai, Ia dan Atha bisa sampai jakarta dalam waktu 3 jam saja dan artinya Atha bisa lebih cepat bertemu ayahnya.

"Atha, lo mau gue antar pulang dulu?" Tawar Gio pada gadis yang sejak datang tadi hanya diam sambil menggenggam tangan Ayahnya yang terbaring lemah diranjang runah sakit.

"Engga"

Gio mendesah pelan. Ia tahu, gadis itu pasti sedang hancur dan lelah. Matanya sudah sayu, wajahnya pucat tak bertenaga dan kelopak mata yang sembab. "Lo mau makan?" Tawar Gio lagi.

"Engga, makasih Yo"

"Lo tidur aja, Ta. Ini sudah jam 2 pagi" Gio menepuk pelan pundak gadis itu agar mau menoleh padanya.

"Nanti aja"

Gio menghela nafasnya pelan. "Kata dokter Ayah lo sudah ngga papa, ngga ada luka dalam. Beliau cuma syok. Lo ngga perlu khawatir"

Atha mengangguk pelan sambil memaksakan senyumnya, "Makasih Yo, gue ngga berhutang banyak sama lo"

"Ngga papa, Ta"

"Gue sudah bikin susah lo-"

"Stt," Gio terlebih dahulu meletakkan telunjuknya didepan bibir Atha agar gadis itu berhenti berbicara, "apapun yang gue lakukan terhadap lo itu adalah kemauan gue, jangan merasa bersalah. Oke?"

Tatapan mata tajam nan dalam milik Gio menyihir Atha untuk tetap diam. Rasanya beberapa waktu lalu hampir saja jantungnya copot mendengar berita ayahnya kecelakaan, tapi disitu juga Gio datang untuk menenangkannya. "Kenapa lo sebaik ini sama gue, Yo?"

Gio menatap gadis itu, ia menghela nafasnya pelan lalu "Karena itu lo, Athalea Qiandra"

"Kenapa?"

"I'm still looking for that reason, now take some rest. I'll stay with your dad" ujar Gio sambil mengelus pelan kepala Atha.

"Gue juga jaga Ayah"

"Lo pulang kerumah, istirahat"

"Nanti Ayah ngga ada yang jagain"

Gio memasang senyum lembutnya pada Atha, "Gue bakal jaga Ayah lo"

"Tapi lo juga cape, Yo. Jangan gila"

"Gue ngga papa"

Atha mendesis pelan lalu beranjak dari kursi. Ia meraih tangan Gio dan menariknya ke sofa. "Lo juga istirahat, gue ngga mau lo juga ikutan sakit"

Gio menghela nafasnya pelan sambil menuruti perintah Atha. Disaat genting seperti ini gadis itu masih memikirkannya. "Tapi lo juga istirahat Ta" kali ini Gio menarik Atha agar duduk disampingnya.

"Ayah-"

"Gue bakal jaga Ayah lo"

"Lo-" Gio menahan bibir gadis itu lagi dengan telunjuknya "Iya, gue bakal tidur setelah jaga Ayah lo sebentar. Oke?"

Atha mengangguk pelan lalu mulai menyenderkan kepalanya disofa, mengela nafasnya perlahan "Gue cuma bakal tidur sebentar kok, Yo. Nanti kita gantian jagain Ayah"

Gio yang mendengarnya tersenyum miris. Ia salut dengan Atha, disaat begini gadis itu benar-benar terlihat luar biasa dimatanya. Tegar dan kuat. Tapi, Gio tidak tahu apa reaksi Atha jika tahu lelaki paruh baya yang sedang terbaring diranjang rumah sakit itu adalah seorang koruptor. Apakah gadis ini akan tetap kuat seperti ini?

"Sleep well, girl" Gio berbisik sambil mengelus pelan kepala Atha.

"Please be strong"

BEAUTIFUL YOUTH (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang