Thirty Five - Anger

465 109 62
                                    

"Kemaren kemana?" Pertanyaan itu membuat Atha menoleh kaget. Gio sedang memberikannya tatapan mengintrogasi dari meja makan.

"Ke kampus, ada yang belum kelar" jawab Atha sambil meletakkan sebuah panci kecil berkepul asap diatas meja. "Gue cuman manasin sup yang ada dikulkas ya" lanjutnya lalu menarik kursi didepan Gio.

"Gue kan bisa anter, kebetulan kemaren juga gue ke kampus"

"Mama papa lo kapan balik? Soalnya persediaan makanan didapur lo menipis. Gue khawatir lo cuma makan mie instan karena kebiasaan aneh lo" ucap Atha sambil mengaduk sup yang masih panas sebelum menuangkannya dimangkuk kecil milik Gio.

"4 hari lagi"

Atha mengangguk lalu menuangkan sedikit demi sedikit kedalam mangkuk kecil didalam genggamannya, "Go get your food, jangan makan mie instan"

"Mie instan juga makanan"

"Tapi itu ngga sehat" sanggah Atha sambil menatap Gio.

Lelaki itu pasrah sambil menghela nafasnya. Kedua orang tua Gio pergi ke Pekan baru karena ada urusan pekerjaan, alhasil Gio ditinggal sendiri dirumah.
Dirumah Gio memang ada beberapa bibi yang ikut tinggal disana. Gio juga bukan tipe anak yang ribet, ia lebih memilih untuk memakan makanan instan jika disaat seperti ini karena itulah yang paling simpel tanpa merepotkan orang lain.

"Kalau begitu lo harus temenin gue belanja bahan makanan disupermarket" ucap Gio dengan nada datar.

"Manja banget sih" sindir Atha.

"Oke, gue bakal makan mie instan"

"Gosh, fine. Nanti gue temenin" Atha pasrah sambil menghela nafasnya. Gio tersenyum tipis menandakan ia menang. Ia senang bisa menyuruh Atha untuk datang kerumahnya, bahkan walau hanya untuk memanaskan sup sisa.

"Nice choice" jawab Gio sebelum menyeruput kuah sup disendoknya. Sedangkan Atha menggeleng pelan melihat kelakuan Gio.

*

*

*

Banyak orang berlalu lalang, tetapi lelaki bertubuh tinggi itu tetap berdiri sambil menyandarkan tubuhnya pada dinding dekat pintu, menunggu seseorang keluar dari sana.

Marsel juga sesekali mengecek ponsel yang sengaja ia genggam dengan gelisah. Ia menunggu hasil pemeriksaan seseorang dari dalam sana.

"...makasi ya" suara itu muncul bersamaan dengan seorang gadis berambut coklat panjang terikat sedang tersenyum pada suster dari dalam ruangan, itu Aira.

"Ra"

"-ya ampun lo ngagetin gue, Sel. Kenapa malah berdiri didepan gini sih?" Tanya Aira sambil mengelus pelan dadanya karena kaget.

"Udah lo periksanya? Apa kata dokter?" Tanya Marsel.

Aira mengerutkan keningnya lalu menyodorkan marsel sebuah amplop sedang berwarna putih vetisijan hasil pemeriksaannya. "I'm fine. Kata dokter penyakit gue sudah mulai jinak. Gue juga ngga perlu obat-obat sebanyak itu lagi buat sekarang. Katanya obatnya bakal lebih sedikit dan gue juga dikasih resep masakan sehat buat ngebantu imun gue supaya tetap kuat" jelas Aira panjang lebar membuat Marsel tersenyum tipis lalu menepuk pelan puncak kepala Aira. "Don't be sick again"

Aira tersenyum sambil melepas pelan tangan besar Marsel dari kepalanya, "Ya, tapi tolong singkirin tangan raksasa lo dari kepala gue. Nanti rambut gue berantakan"

"So cute" Marsel menyempatkan untuk mengacak-acak lagi rambut Aira sebelum benar-benar menyingkirkan tangannya.

Drrt drrt

BEAUTIFUL YOUTH (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang