Episode 15

31.5K 1.6K 23
                                    

Yang di atas sebagai Syabila El-Barack...
.
.
.

"Persis seperti orang gila lo Ray, senyum senyum sendiri" Rudi yang baru saja masuk langsung mengambil tempat di sebelah Ray.

Ray hanya memandang Rudi sekilas, "Apaan sih lo. Gimana? lo bisa kan atasi para wartawan itu?" Tanya Ray langsung.

"Kenapa kali ini lo ga mau berita ini dimuat Ray?" Tanya balik Rudi.

"Gue rasa ini belum saatnya Rud. Ini baru awal, gue baru bisa pergi makan berdua dengannya dan kalau langsung ada berita ini itu tantang kami, lo bisa bayangin kan?"

Rudi menganggukkan kepalanya, lalu Rudi melihat ke arah Ray, baru kali ini sahabatnya begitu berbeda memperlakukan wanita. Rudi merasa jika saat ini Ray telah benar benar jatuh cinta.
.
.
.

"Bil, gue baru sempet nanya nih. Ray yang kemarin itu siapa?" Tanya Mily yang baru saja bergabung duduk dengan Syabila di meja kantin kantor.

"Hmm..." Syabila nampak menimbang nimbang antara ingin bercerita atau tidak dengan Mily.

"Bil, lo denger gue kan?" Tanya Mily lagi.

"Eh.. anu mil..itu" Syabila tersenyum kikuk.

"Apaan sih bil, gue ga ngerti kalau lo ngomongnya cuman anu..itu.. apa coba?" Mily tampak kesal.

"Jadi gini mil- "

"Hai...Syabila" sapa seseorang dari belakang  yang berhasil mengehentikan kalimat Syabila.

Mily mengerjap ngerjapkan matanya beberapa kali. Seolah yang sedang berdiri dihadapannya sekarang hanya halusinasi.

Syabila memejamkan matanya sejenak. Dia mengenal suara itu. Yaa walau mereka hanya sempat beberapa kali bertemu tapi Syabila yakin itu suara milik siapa.

"Ray...Ma...hen...dra" ucap Mily pelan dan tergagu.

Syabila berbalik dan langsung mendapat senyuman dari Ray. Dan ada apa dengan jantungnya ini? Benar benar tidak bersahabat!

"Ada apa kemari?" Tanya Syabila langsung tanpa pembukaan.

Ray tersenyum, "Boleh aku duduk dulu ga ?" Tanya Ray.

Syabila tampak tak suka tapi dia mempersilakan Ray untuk ikut bergabung duduk dengan mereka dan apa tadi dia bilang "aku" ? Sok akrab sekali dia, padahal baru bertemu beberapa kali.

"Jadi?" Ucap Syabila lagi.

Ray mengulum senyumnya saat melihat tingkah Syabila yang menurutnya begitu unik.

"Kamu memang tidak sabaran ya?" Kemudian Ray terkekeh.

"Ray!" Syabila menarik nafas lalu mengehembuskannya.

Sedangkan Mily melongo memeperhatikan dua insan ini berinteraksi. Seolah olah sedang menonton adegan drama korea. Anggap saja begitu...

"Bisa kita bicara sebentar?" Tanya Ray.

Syabila mengerutkan dahinya, "Bicara saja sekarang"

"Tidak disini Syabila. Bisa ikut aku sebentar?"

"Saya tidak bisa. Bicara saja disini sekarang atau tidak sama sekali!"

Ray menghela nafasnya. Wanita yang dihadapannya ini begitu keras kepala.

"Baiklah tapi bisakah kita hanya berdua. Maksud aku ada hal yang ingin aku bicarakan berdua denganmu."

Ray melirik ke arah Mily dan itu membuat Mily langsung salah tingkah.

"Aku akan meninggalkan kalian disini. Karena aku ada sesuatu yang harus dikerjakan."

Syabila menatap kesal kepada Mily dia memberi kode pada Mily lewat matanya agar Mily tidak meninggalkannya.

Tapi sepertinya Mily memang pengertian. Dia beranjak pergi dan menepuk pelan bahu Syabila, "Aku tunggu di atas ya" pesannya sebelum menjauh.

Ray tersenyum ke arah Mily seakan mengucapkan terimakasih.

Syabila kembali menatap Ray. Dia harus menuntaskan ini segera. Karena mereka telah menjadi perhatian semua karyawan yang sedang berada di kantin.

"Kamu ikut saya sekarang" Syabila berjalan keluar kantin.

"Aku kira kita akan bicara disini" Ucap Ray pelan sambil mengikuti langkah Syabila dari belakang.

Sekarang mereka berada disebuah taman yang terletak di tengah tengah bangunan gedung ini.

Syabila duduk dibangku taman dan diikuti oleh Ray yang duduk berhadapan dengannya.

"Kenapa kamu tidak menelpon saja? Aku kira kamu sibuk dengam duniamu."

Ray terkekeh, "Tidak juga. Aku memang sengaja meluangkan waktu untuk berkunjung kesini" jawab Ray santai.

"Hanya untuk menyampaikan berapa tagihan yang harus aku bayar?" Tanya Syabila tak percaya.

"Bukan. Tapi itu salah satunya" jawab Ray.

Syabila menatap bingung Ray Kalau bukan apa yang akan laki laki ini ingin bicarakan ? Batin Syabila.

"Syabila... begini..aku tidak ingin kamu membayar semua tagihan itu. Sebenarnya aku tidak pernah mempermasalahkan itu" Ucap Ray dengan nada yang terdengar tulus di telinga Syabila tapi membuat Syabila menjadi bingung.

"Maksudnya apa?" Tanya Syabila.

"Maksud aku, lupakan saja masalah itu."

"Jadi?"

"Jadi, anggap saja itu tidak pernah terjadi."

Syabila benar benar bingung. Sebenarnya gimana sih jalan pikiran lelaki yang ada dihapannya ini.

"Baiklah jika itu maunya kamu" Ucap Syabila sambil ingin beranjak pergi.

"Tapi sebagai gantinya aku ingin kamu menjadi pacarku" Ucap Ray dengan percaya diri.

Syabila berbalik dan menatap Ray dengan horor, "pacar ??"

"Bagaimana?" Tawar Ray lagi.

***

Selamaatt malammm.. aku Up tapi ga panjang yaa...hee

Akuh lagi baik loh..haha

Jangan lupa VOTE DAN KOMEN yaaa..

Makassiihh ^^

Mengejar HALALnya Syabila (SELESAI) SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang