Episode 17

29.6K 1.8K 6
                                    

Ray terburu buru keluar dari mobilnya. Dia baru saja menyelesaikan syuting iklan dan kakinya sekarang memasuki sebuah rumah besar dengan konsep eropa yang begitu indah.

Baru saja Ray memasuki rumah itu, dia sudah tau dimana harus mencari ibunya. Wanita yang paling dirindukannya saat ini.

Begitu memasuki daerah kekuasaan  ibunya, dapur. Ray sudah bisa mencium bau coklat yang merebak ke seluruh ruangan. Dari sini, Ray  juga bisa melihat seorang perempuan paruh baya yang masih sangat cantik dengan celemek motif bunga bunga sedang mengeluarkan cup cake dari dalam oven.

"Hai buu" sapa Ray dan langsung mencium pipi kanan ibunya.

Ibunya tersentak dan hampir saja menjatuhkan nampan berisi cup cake itu.

"Ray!" Ibunya mencubit pelan perut Ray.

"Maaf bu" Ray menggaruk tengkuknya lalu beralih pada nampan yang berada ditangan ibunya, "Ini cup cake untuk Ray kan? Waahh, ini hal yang paling Ray rindukan dari ibu" Ray mencomot satu dan langsung memakannya.

"Ini yang selalu kamu lakukan jika ibu membuat cup cake. Mereka tidak pernah bisa ibu hias dengan cantik karena semuanya telah berpindah keperut besarmu itu" ibunya menyikut pelan perut Ray.

Ray terkikik, "karena tidak ada cup cake yang enak selain buatan ibu. Bahkan aku pernah berkeliling dunia tapi tetap tidak ada yang seenak buatanmu ibu" Pujinya.

Ibunya memutar bola matanya malas, "Itu hanya jika kamu ingin dibuatkan cup cake oleh ibu. Pujian basi!" ucap ibunya Ray sambil meninggalakan dapur.

"Ayah mana bu?" Tanya Ray sambil mengekor ibunya dari belakang lalu duduk disofa ruang keluarga.

"Ada, diruangan kerjanya."

"Selalu. Apa disaat berlibur seperti ini ayah juga bekerja?" Tanya Ray.

"Ya, ini juga tidak akan terjadi jika anak laki lakinya mau menggantikan tugas ayahnya untuk memegang perusahaan yang ada disini" Sahut ibunya saklak.

"Ibu" Ucap Ray malas. Dia agak sensitif jika harus membahas hal ini berulang ulang.

"Memang benar kan."

"Baiklah. Akan aku pikirkan bu" Ray kembali mengambil cup cake dan memakannya.

"Sebaiknya jangan hanya dipikirkan, tapi beri kami keputusanmu Ray. Hey, jangan makan terlalu banyak. Apa kamu tidak menjaga tubuhmu, heem?"

"Aku tidak akan gendut hanya karena memakan cup cake bu" jawab Ray sebal.

Ibunya tersenyum, "jadi apakah kamu sudah menemukan wanita yang bisa membuat cup cake lebih enak dari ibumu ini?" Kini ibunya telah melipat kedua tangannya didada.

Seperti mempunyai indra ke enam, Melani ibunya Ray bertanya tentang wanita yang bisa menarik hati anaknya ini, ya walaupun Ray tak tau apakah Syabila bisa membuat cup cake apa tidak dan Ray memilih untuk tidak menjawab, dia hanya sibuk dengan cup cakenya itu.

"Ray berhentilah bermain main" Ucap ibunya lagi.

"Aku tidak pernah bermain main bu. Ibuku yang cantik ini tentu tau aku lebih dari siapapun kan?"

"Maka dari itu, carilah wanita yang pantas untukmu. Bukan seperti wanita wanita yang sering keluar masuk berita gosip denganmu. Mereka semua tidak lolos menjadi menantu ibu"

Ray tertawa, "mereka hanya ingin ketenaran bu. Biarlah mereka berbuat begitu" sahut Ray santai.

"Tapi ibu tidak suka kalau anak ibu terkesan seperti seorang player" jawab ibunya kesal.

"Yang penting ibu tidak menganggapku begitu" Ray mengerling nakal.

"Ish! Ini anak memang susah dikasih tau orang tua"

"Buu, bisakah kita lanjutkan nanti. Cup cake ini sangat enak" rayu Ray.

"Baiklah, terserah padamu saja. Ibu akan ke atas memanggil ayahmu untuk makan malam" ucap ibunya sambil pergi meninggalkan Ray sendirian di sofa.

---

Setelah makan malam mereka bertiga duduk santai diteras belakang yang menyajikan pemandangan taman dan kolam renang.

Rumah ini begitu terawat walau ayah dan ibunya hanya pulang satu bulan sekali. Mereka menetap di Singapore untuk mengurus perusahaan mereka yang berpusat disana.

"Ray..." Ayahnya memulai percakapan mereka setelah mereka saling diam sambil menikmati angin malam, "jadi apakah kamu sudah memutuskan?" Tanya Baskoro ayah Ray.

Ray mengambil cangkir tehnya dan meminumnya, "Akan aku pikirkan dulu ayah dan aku juga akan segera memberikan jawabannya pada ayah. Ray janji" jawab Ray.

Mata Baskoro memandang lurus ke depan, "Jangan terlalu lama nak. Ayahmu ini tidak muda lagi. Biarkan ayah sedikit bersantai" Ayahnya kini memandang Ray. Anak laki lakinya ini begitu mirip denganya waktu dia masih muda dulu.

Sedangkan ibunya hanya menjadi penonton dan pendengar yang baik. Dia tau jika saat ini mereka bedua harus bicara tanpa dirinya.

"Ayah, apa yang ayah rasakan waktu bertemu dengan ibu pertama kali?" Tanya Ray tiba tiba.

Baskoro mengerutkan dahinya dan kemudian tersenyum, seolah mengerti kemana arah pembicaraan ini akan berakhir, "30 tahun yang lalu, saat ayah masih sangat muda. Ayah bertemu dengan ibumu pertama kali" Baskoro memegang tangan istrinya dan tersenyum lembut.

"Apa yang ayah rasakan pada ibu waktu itu?"Tanya Ray penasaran

"Cinta...itu yang ayah rasakan."

"Seperti apa? Cinta sejati?" tanya Ray lagi.

"Ya, ayah tidak pernah merasakan itu sebelumnya pada wanita lain. Hanya ibumu" Jelas ayahnya dan pipi Melani merona seketika.

Ray tampak berfikir. Seperti itulah yang dia rasakan saat bersama Syabila. Ray tidak mengerti semua itu mulai sejak kapan tapi yang Ray tau pasti sekarang itu adalah yang namanya cinta. Dia pernah menyayangi seseorang tapi kali ini sangat berbeda.

Kali ini seperti disaat kamu telah pergi jauh untuk merantau dan tiba tiba kamu menemukan rumah yang nyaman untuk bertahan.

Memang tidak mudah untuk dideskripsikan tapi bisa dirasakan. Seperti itulah cinta. Kamu hanya perlu tunjukkan bukan hanya sekedar omong kosong belaka.

Ibunya memperhatikan wajah Ray. Dia mengerti jika saat ini putra tunggalnya ini sedang jatuh cinta.

"Apakah ibu bisa tau siapa wanita itu Ray?" Tanya Melani.

Ray melihat ke arah ibunya dan tersenyum, "belum saatnya bu, aku harus banyak berjuang untuk yang satu ini" jawab Ray.

"Ibu harap dia bukan salah satu dari mereka."

Ray terkekeh, "tenang saja bu. Dia memenuhi semua kriteria yang ibu inginkan tapi memang agak sedikit galak" Ucap Ray sambil terkekeh.

"Wow...benarkah? Ibu semakin penasaran ingin bertemu dengannya. Wanita itu pasti luar biasa karena bisa membuat putra ibu jatuh cinta seperti ini."

"Mungkin dia sedikit galak sepertimu sayang" Ucap Baskoro sambil menggoda istrinya.

"Owh, jadi aku galak ya?" Tanya Melani kesal.

"Ya, sedikit" Baskoro tertawa dan diikuti oleh Ray.

Melani memukuli pelan tangan suaminya itu.

Ray tersenyum bahagia, saat saat seperti inilah yang dirindukan oleh Ray. Saat dimana berkumpul bersama keluarga tercintanya.

***

Lagi males banyak ngomong nih..haha

Langsung aja ya.. jangan lupa VOTE DAN KOMEN nya yaaaaa...

Makasiihh ^^

Banjarbaru, 11 Juli 17

Mengejar HALALnya Syabila (SELESAI) SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang