Episode 49

21.2K 1.2K 79
                                    

Maaf jika ada typo yaa ^^

"Hati hati jalannya sayang." Ucap Ray sambil menuntun Syabila turun dari mobil.

Mereka baru saja pulang dari tempat praktek dokter kandungan untuk pemeriksaan rutin. Senyuman menghiasi wajah keduanya setelah mengetahui jenis kelamin anak mereka.

Sesampainya di dalam kamar, Ray membantu Syabila untuk tiduran di atas kasur dan Ray menyusul dengan berbaring disamping Syabila.

"Gimana sayang, cape ga ?" Ray membelai kepala Syabila lembut.

"Lumayan mas. Ini kaki aku terasa kram gitu." Syabila membuka kaos kakinya dan melihat kakinya agak bengkak.

"Aduh sayang...sini mas pijitin yah." Ucap Ray sambil meraih kaki Syabila lalu memijatnya pelan.

Syabila menyandarkan bahunya dan matanya tertutup menikmati pijitan dari Ray.

"Bagaimana sayang, apa rasanya sudah lebih baik ?"

"He'em... sekarang sudah lebih baik. Terimakasih sayang " Syabila memeluk Ray "sayang, apa kamu sudah memikirkan nama untuk anak kita ?" Tanya Syabila.

Ray mengurai pelukan mereka dan menyandarkan kepala Syabila dibahunya "mas masih bingung sayang. Kita baru saja mengetahui jenis kelaminnya kan tadi sore."

Wajah Syabila merengut " ini sudah 8 bulan loh mas. Masa ga ada satupun nama yang mas pikirin?"

Ray terkekeh melihat wajah kesal istrinya itu " mas bukan ga mikirin sayang, mas mau tau dulu jenis kelamin anak kita. Nah selama ini kan si baby kita ini selalu menutupinya dan baru hari ini dia mau menunjukannya pada kita." Ray mengusap ngusap perut buncit Syabila.

"Kalau gitu biar aku aja yang ngasih nama boleh kan mas ?" Tanya Syabila antusias.

Ray tampak berfikir sejanak lalu mengangguk " memangnya kamu udah nemu nama yang cocok yang ?"

Syabila tersenyum " Alzam Faiz Putra Subiantoro. Bagaimana mas ?"

Ray menaikan satu alisnya "artinya ?"

" kasatria yang tekun putra dari keluarga Subiantoro"

Ray tersenyum kemudian memeluk tubuh Syabila " mas suka, suka sekali"

"Mas janji ya jangan pernah berubah pikiran soal nama anak ini?" Tanya Syabila tiba tiba

Ray terkikik "yaa, kita liat aja nanti."

Syabila yang kesal lalu mencubitin pinggang Ray.

"Ammpuunn...ammpunn sayang. Iya iya aku janji."

Seketika Syabila mengehentikan aksinya lalu tersenyum puas "sekarang mas pijitin aku lagi yaa" rengek Syabila manja.

"Baiklah tuan putriku "

---

"Maaass... sarapannya sudah siap!" Teriak Syabila dari arah dapur. Karena tak mendengar sahutan dari Ray akhirnya Syabila memilih untuk menyusul Ray ke kamar.

"Sayang kamu liat ga dasi aku yang warna dark blue ?" Ucap Ray sambil mencari cari dasi itu dalam tumpukan baju yang terlipat rapi.

"Mas mau nyari dasi atau membuat isi lemari berantakan sih?" Omel Syabila

"Ya maaf sayang. Habisnya mas sudah nyari ditempat biasa naroh dasi ga ada loh. Apa bi Inah lupa naroh ya."

Syabila mendengus, pasalnya ini bukan hal yang langka terjadi disetiap pagi. Ray selalu saja tidak pernah beres dalam mencari barang barangnya. Setelah menikah ini Syabila baru tau ternyata selama ini Rudi lah yang mengurus segala keperluan Ray. Semuanya Rudi yang menyiapkannya. Sekarang Syabila lah menggantikan pekerjaan Rudi. Selain teledor, tidak teliti ternyata Ray juga pandai dalam mengacak ngacak isi lemari dan Syabila kesal akan itu.

Saat mambantu Ray mencari dasinya, mata Syabila melotot karena dasi yang sedang  dicari  dirinya dan Ray di dalam lemari " ck! Mas sini deh." Panggil Syabila

Ray yang tengah asik mengacak ngacak isi lemari tampak mendekat " ada apa sayang? "

"Ini dasi yang mas cari." Ucap Syabila sambil mengangkat dasi itu setinggi wajahnya.

Ray menggaruk belakang kepalanya "padahal tadi ya yang, aku udah nyari di sana berkali kalk tapi ga nemu. Ini dasi emang manja deh, maunya kamu yang nyariin."

Mata Syabila menyipit. Suaminya ini pandai sekali mencari alasan "sini biar aku pasangin mas"

Dengan senang hati Ray mendekat dan menyerahkan dirinya pada Syabila.

"Nah selesai. Ayo sarapan dulu."

Baru saja Syabila akan menjauh tapi tiba tiba pinggangnya ditangkap oleh Ray dan tubuh mereka kembali bersentuhan.

"Apaan sih mas?"

"Duh, si dede ini paling ga suka liat ayah bundanya mau peluk pelukan. Liat aja sekarang aku udah ga bebas lagi peluk kamu sayang. Perut buncit ini mengahalangi kita yang." Rengek Ray

"Ish! Apaan sih kamu mas. Ini kan anak kita. Ini perut buncit juga gara gara siapa coba?"

Ray terkekeh " gara gara kamu suka godain aku sayang."

"Eh? Bisa ya ngomong gitu." Syabila mencubit perut Ray

"Aduhh... maaf yang...maaf...becanda akunya."

"Aku maafin tapi sekarang gendong aku sampai ke dapur ya?"

Ray melotot. Apa katanya gendong? Beratt beb... batin Ray

"Ga mau? Ya udah." Syabila berjalan keluar dari kamar tapi...

"Hup... mau kemana kamu ha?" Ray memgangkat tubuh Syabila ala bridal style " ayo kita sarapan sama sama. Suapin aku ya yang?"

Syabila tersenyum lalu mengangguk dan menyandarkan kepalanya didada Ray. Nyaman. Itulah yang dirasakan oleh Syabila ketika berada dipelukan Ray. Semoga Allah mengizinkan dirinya untuk selalu berada disisi Ray sampai ajal menjemput.

******

Selamat paggih... maaf ya chap ini pendek ^^ . Ini tangan kanan aku lagi ga bersahabat banget. Dari kemarin ga bisa buat ngetik lama lama langsung berasa nyut gituh >.<  ini udah aku pakein koyo cabe..hahaha

Aku juga mau ngucapin terimakasih buat seluruh pembaca MHS yang udah absen kota di part sebelumnya. Aku ga nyangka kalau pembaca MHS hampir di seluruh kota... *terharuu

Sekarang aku mau survei gimana menurut kalian cerita MHS ini? Tulis di kolom komentar yaa..

Makasih..

Salam manis dari akuh ^^

Banjarbaru, 7 Sept 2017

Mengejar HALALnya Syabila (SELESAI) SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang