Sudah hampir seminggu Ririn sekolah di sekolah barunya dan Ririn merasa nyaman-nyaman saja. Tapi ada satu hal yang sekarang Ririn pikirin, ada satu orang diantara saudara-saudaranya yang memberi jarak dengan dirinya."Rin, pulang bareng siapa?" El yang masih menunggu Sehun bertanya pada Ririn yang ada di sebelahnya.
"Hmmm, gak tau deh, gue ada urusan dulu ke perpus."
"Ngapain?"
"Nyari buku lah El, masa ia gue nyari makan di perpus." El tertawa seakan menyadari pertanyaan bodoh yang keluar dari bibirnya.
"Yang, pulang yuk!" Sehun tiba-tiba muncul dan meraih tangan Elfira lalu menggenggamnya.
"Eh, udah selesai?" Sehun ngangguk dengan senyuman yang tak luntur dari wajahnya.
"Rin, lo pulang sama siapa?"
"Gue nunggu yang lain, kebetulan gue mau ke perpus dulu, Hun."
"Yaudah, Rin. Gue sama El duluan ya. Kalo mau pulang chat Dio aja, soalnya tadi dia bilang ada urusan dulu jadi bakal telat pulangnya." Sehun menarap jam tangannya sejenak. "Nanti gue chat Dio supaya nyamperin lo dulu ke perpus." Ririn mengangguk mengiyakan.
Sehun ini walaupun terlihat selalu menyebalkan saat bersama Ririn, tapi dia juga bisa menjadi sangat perhatian seperti sekarang ini.
"Ok, gue pamit duluan ya," kata Sehun lalu me0narik tangan Elfira.
"Dahhh, Rin." Elfira ngelambaiin tangan kirinya yang bebas.
Ririn melangkahkan kakinya ke perpustakaan, mencari buku yang akan menjadi bahan tugasnya.
Cukup lama Ririn mencari buku yang diincarnya. Setelah setengah jam lamanya barulah Ririn menemukan buku yang cocok dengan tugas yang diberikan oleh gurunya.
"Huffft, gak kerasa gue udah setengah jam lebih di perpus. Mendingan gue pulang sekarang." Ririn melangkahkan kakinya ke luar dan menyusuri lorong yang sepi bagai tak berpenghuni.
"Gue ngerasa kalo perhatian Mama sekarang pindah semua ke Ririn."
"Maksud lo apa sih? Gue gak ngerti."
Langkah Ririn melambat lalu terhenti dan mencari sumber suara yang dikenalnya.
Ririn masih terdiam untuk mendengar apa yang selanjutnya akan terucap. Tapi Ririn sudah tak tahan untuk mendengarnya lebih lanjut, pada saat itu perasaan Ririn hancur, kepercayaannya sudah hilang.
Ternyata kata-kata yang selama ini terucap hanya kebohongan, dia tak menerima kehadirannya dengan baik seperti di awal.
Ririn mundur perlahan dan melangkah pergi tanpa suara. Tanpa disadari, langkah kakinya mengarah ke rooftop sekolah.
Ririn duduk di pinggir atap dengan kaki yang dibiarkan menjuntai bebas. Ririn memikirkan kata-kata yang keluar dengan indahnya dari mulut yang tak Ririn kira bisa mengeluarkan kata-kata yang seperti itu.
Cukup lama Ririn merenung sendiri, tak lama Ririn melihat orang itu berjalan ke parkiran bersama orang yang dia kenal juga. Pikiran Ririn kembali pada kata-kata tadi.
Setelah melihat orang itu pergi, Ririn segera beranjak turun dari rooftop dan berjalan pulang.
'Menyusahkan.'
'Merebut.'
'Manja.'
Tiga kata itu sekarang bergemelut di dalam pikiran Ririn.
***
"Eh, ada yang liat Ririn gak?" tanya bang Lay yang baru duduk di sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
1#StepBrother⭐EXO ✔
FanfictionComplete (Private sebagian)✔ Apa kalian pernah membayangkan kalau kalian mempunyai ibu tiri dan saudara tiri? Pasti tak pernah. Itu juga yang ada di pikiran Ririn setelah ibunya meninggal 5 tahun lalu karena kecelakaan. *** Yuk cek! Happy reading g...