Ririn kembali bersama Dio, duduk di boncengan dengan badan yang tak bisa dibilang baik-baik saja.Cukup lima belas menit Dio dan Ririn sampai. Setelah keduanya turun, Dio melangkah lebih dulu meninggalkan Ririn yang berjalan lamban di belakannya.
Ririn memasuki rumahnya yang terbilang sepi, mungkin karena saudaranya yang lain belum pulang.
Sesampainya di dalam, Ririn menjatuhkan badannya di sofa. Lemas dan pusing yang ia rasakan saat ini. Suhu tubuhnya juga semakin naik.
"Sssss, kok makin pusing ya." Ririn memijat kepalanya yang semakin berdenyut kuat. Mencoba berbaring di sofa dan memejamkan matanya.
Ririn tidak ingin mengambil resiko terjatuh dari tangga dan membuat tubuhnya memar atau malah lebih parah
***
"Hufttt, gue harus minta maaf! Harus!" Dio meyakinkan dirinya setelah mengingat percakapannya semalam. Sebenarnya Dio tak tega kemarin, tapi egonya lebih tinggii dan sekarang Dio baru sadar, tak seharusnya dia bersikap seperti itu.
Dio bangkit dan berjalan menuju kamar Ririn. Mengetuknya pelan lalu menunggu. Namun, setelah beberapa menit, tak ada jawaban apapun dari dalam.
'Apa mungkin Ririn tidur ya? Hmmm... bisa jadi, tadi dia kayaknya emang gak enak badan.' Dio membatin lalu berjalan menjauh dan turun saat mendengar deru mesin motor dari arah luar.
"SAMLIKUMMM BAEKHYUN YANG GANTENG NAN IMUT SUDAH KEMBALIIII!" Suara Baekhyun yang berteriak menggelegar di dalam rumah. Memang tadi Baekhyun, Chanyeol dan juga Kai memisahkan diri pas jalan pulang, katanya mau nyari seblak dulu. Sedangkan Sehun? Pasti tau ya, Sehun kan udah gak jomblo lagi sekarang.
"Waalaikumsalam, kalo salam itu yang bener, Baek! Harus lengkap," ucap Dio sambil berjalan menuruni anak tangga.
"Hehe. Assalamualaikum," kata Baekhyun kembali mengucap salam dengan cengiran imutnya.
"Eh, ini Ririn kenapa tidur di sini?" Pertanyaan Kai membuat seluruh perhatian terfokus pada seseorang yang berbaring gelisah di sofa panjang.
"Lah, gue kira Ririn di kamarnya. Kenapa dia malah tiduran di sini." Dio mendekat dan mencoba membangunkan Ririn. Tapi, bukannya membangunkan Ririn, Dio langsung menggendongnya dengan panik, dan itu membuat tiga cowok yang ada di ruangan itu ikut panik tanpa tau apa masalah yang membuat saudaranya tiba-tiba panik.
Dio berlari menaiki tangga sambil berseru lalu menyuruh siapapun memanggil Dokter. Dengan sigap, Chanyeol yang ada di sebelah telepon rumah langsung menghubungi Dokter pribadi keluarga mereka.
Baekhyun yang ikut lari mengikuti Dio, membantu membuka pintu. Dio segera masuk lalu membaringkan Ririn di kasur dan menyelimutinya sampai batas leher. Chanyeol muncul dengan napas terengah-engah, mungkin dia berlari setelah mentelepon Dokter.
"Yo, Ririn kenapa? Lo bikin gue jantungan tahu."
"Lo pegang aja sendiri!" Suruh Dio yang berdiri di sisi ranjang sambil melipat tangan dengan kalem. Namun, kekhawatiran terlihat jelas pada kedua matanya.
Chanyeol berjalan mendekat, duduk dan mendekatkan punggung tangannya pada Ririn. "Kenapa panas banget? Gue kayak kebakar megangnya."
"Hoy, kalian keluar dulu! Dokter mau meriksa," ucap Kai yang membawa Dokter di belakangnya.
Semuanya langsung keluar dan menunggu.
"Hei, kalian ngapain berdiri di situ?"
Semuanya langsung memandang pada orang yang bertanya dan menemukan Suho yang bingung melihat adik-adiknya berdiri di depan pintu.
Suho berjalan mendekat, "Ada apaan sih?" Suho menoleh pada kamar Ririn yang pintunya terbuka. "Loh, dokter Lisa kenapa ada di sini?"
"Ririn, Bang. Tadi kita mau bangunin dia yang tidur di sofa, tapi pas Dio megang badan Ririn, Dio langsung gendong Ririn sambil nyuruh kita panggil Dokter," ucap Baekhyun tanpa jeda.
"Dan pas gue pegang badan Ririn. Badannya panas banget, gue berasa kayak kebakar." Chanyeol menyambung perkataan Baekhyun.
"Lebay lo, Chan," timpal Kai, sedangkan Suho mengangguk mengerti.
Dokter Lisa berjalan keluar dan disambut tatapan bertanya dari lima laki-laki yang menunggu penjelasan darinya.
"Kalian tenang aja, Ririn cuma kelelahan dan daya tahan tubuhnya sedang menurun. Dia cuma butuh istirahat total untuk memulihkan kondisinya. Oh iya, satu lagi, jangan sampe Ririn banyak pikiran, itu bisa mempengaruhinya," kata Dokter Lisa dan tersenyum sambil memberikan obat pada Suho yang ada di depannya.
"Ok, Dok. Makasih. Mari saya antar." Dokter Lisa berjalan di depan, sedangkan Suho menyusul setelah memberikan obatnya pada Kai.
***
Malamnya semua berkumpul di kamar Ririn, Xiumin yang tadi baru datang langsung berlari ke kamar Ririn setelah diberitahu oleh asisten rumah tangganya, kalau semua berkumpul di kamar Ririn.
Umin langsung menerobos masuk tanpa mengetuk pintu, semua orang berjengit kaget mendengar pintu dibuka dengan tak sabaran.
"Astogeh, Bang. Gue ampe kaget. Masuk itu bilang salam ke apa ke, lah ini!" Xiumin tak mendengarkan celotehan Baekhyun, dia langsung berjalan dan duduk di samping Ririn yang tidur kembali setelah meminum obatnya tadi.
Kekhawatiran tergambar dengan jelas pada raut wajah Xiumin. "Tenang aja, Bang. Ririn gak papa kok, dia cuma butuh istirahat total dan jangan banyak pikiran aja."
Mendengar penjelasan Suho, Xiumin menghela napas lega. Mengusap kening Ririn yang mengeluarkan keringat akibat demamnya.
"Semuanya keluar ya, biarin Ririn istirahat. Gue takutnya Ririn bakalan keganggu karena terlalu banyak orang di kamarnya." Semua saling memandang satu sama lain, lalu mengangguk dan bangkit satu persatu meninggalkan kamar Ririn.
***
Huaaa, pengennya punya abang kaya mereka, sayang gue gak punya abang. :(
Dio kapan minta maapnya ye.
Vote
Comment
And follow me.30 Jul 2018
Rinmy98

KAMU SEDANG MEMBACA
1#StepBrother⭐EXO ✔
FanfictionComplete (Private sebagian)✔ Apa kalian pernah membayangkan kalau kalian mempunyai ibu tiri dan saudara tiri? Pasti tak pernah. Itu juga yang ada di pikiran Ririn setelah ibunya meninggal 5 tahun lalu karena kecelakaan. *** Yuk cek! Happy reading g...