(BonChap) Siapa dia?

8K 587 81
                                    


Chapter yang ini gue tambah dengan banyak kata di ujungnya. Jadi readers lama jangan abaikan ya. Baca sampe akhir!

Happy reading guys.

***

Aku menyukainya dari awal ia memasuki sekolah ini.

Tapi aku tidak berani mendekatinya. Dia adik kelas yang lucu, sipatnya berubah-ubah.

Hatiku gemas saat melihatnya cemberut.

Hatiku akan teriris sakit saat melihatnya bersedih.

Hatiku akan bahagia sekaligus sedih saat melihatnya tertawa karena orang lain.

Hidupku sangat menyedihkan, aku dicap playboy sekolah tapi aku tidak bisa apa-apa saat melihat orang yang aku cintai dari jauh. Aku selalu bermain-main dengan wanita. Bukan bermain dalam arti "lain". Aku hanya bemain-main dengan menarik ulur hati mereka.

Aku tau namanya, tapi aku yakin dia tidak tau namaku. Bahkan tau diriku ada pun pasti tidak.

Semua terus berlanjut, hingga ia tidak sekolah selama berhari-hari. Sampai akhirnya aku mendapat kabar burung bahwa ia mendapatkan kejadian buruk, sangat buruk.

Aku pernah berniat menjenguknya, tapi niatku urung saat melihat selalu banyak orang berada di sekitar ruangannya.

Hingga aku nekat tengah malam menyelinap untuk melihat keadaannya.

Keberuntunganku malam itu, tidak ada yang menjaganya. Pertanyaan bermunculan dalam benakku. Tapi peduli apa aku pada mereka, yang aku pedulikan saat ini adalah dirinya.

Aku mendekatinya yang tertidur di ranjang, melihat setiap inci dari wajahnya yang terdapat luka. Tanganku menyentuh pipinya lembut, baru kali ini aku benar-benar dekat dengannya.

Tiba-tiba matanya terbuka, membuatku refleks menjauhkan tanganku. "Siapa kamu?" tanyanya serak.

"Tidurlah lagi, aku tidak berniat jahat padamu. Aku hanya ingin menjengukmu." Tatapannya memicing, mungkin dia mencari kebohongan dari mataku.

"Siapa kamu?" Lagi, pertanyaan yang sama terlontar dari bibirnya.

"Hhhh... apa kamu sangat ingin tahu namaku?" Ia diam, hanya memandangku tanpa ada suara yang keluar dari bibirnya.

"Panggil saja aku Calm." Ia mengeryitkan dahinya.

"Jangan melihatku seperti itu!" titahku.

"Kenapa?"

"Apanya yang kenapa?"

"Kenapa aku harus memanggilmu Calm?"

"Seperti artinya, tenang. Dan aku akan selalu menenangkanmu saat kita bertemu."

"Selalu?" Aku mengangguk. "Bagaimana caranya? Dokter saja tidak bisa dan selalu menyuntikku dengan obat." Ia mendengus.

"Kau mau tau caranya?" Dia hanya berguman tak yakin.

"Tidur, pejamkan matamu!"

"Aku tidak ingin tidur!" sentaknya. Aku hanya tersenyum dan meyakinkannya untuk mengikuti kata-kataku.

"Rileks, kau harus bisa tenang. Ingat saat ibumu menyanyikan lagu tidur untukmu dulu?" Ia mengangguk dengan matanya yang terpejam. "Ingatlah masa-masa itu. Masa dimana kau tidak kenal dengan dunia. Masa dimana kau tidak akan memikirkan tugas-tugas yang melelahkan. Masa dimana Ibumu tersenyum dengan semua tingkahmu." Aku berucap sambil mengusap punggung tangannya. Aku tau dia mulai tenang, tapi aku juga tau bahwa dia belum sepenuhnya berada dalam ketenangan.

1#StepBrother⭐EXO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang