Dulu

116K 2.8K 36
                                    


[Berisi konten dewasa - sebaiknya berusia di atas 21 tahun!!!!]

Jangan lupa buat vote, follow dan add this story to your reading list!🌙

MOHON BANTUANNYA KALAU ADA YANG TYPO BISA TOLONG DI KOMEN. xo♠️

________

Aku perlahan melangkahkan kaki, diam-diam berjalan keluar kamarku untuk mengintip ke arah ruang tengah yang berada di lantai satu dari depan pintu kamarku yang berada di lantai dua, melihat ke arah ayah yang sedang bertengkar hebat dengan ibu. Permasalahannya pun bukan main-main, ayah ketahuan selingkuh!

'Selingkuh'! Siapa sih orang yang senang diselingkuhi oleh orang yang kita kasihi? TIDAK ADA.. Dan untuk mereka semua yang menjadi pihak ketiga dalam suatu hubungan: kalian semua TERKUTUK!

Akhir-akhir ini ayah dan ibu memang selalu saja bertengkar karena hal sepele yang menurutku bahkan tidak masuk akal untuk diperdebatkan. Entah hanya perasaan aku saja atau memang benar, akan tetapi ayah memang selalu saja memarahi ibu dan selalu menyalahkannya atas apapun yang terjadi.

Aku memang baru kelas 1 SMP, akan tetapi aku sudah mengerti sekali bahwa apa yang dilakukan oleh ayah kepada ibu itu supaya ibu tidak tahan lagi dengan ayah sehingga mereka bisa berpisah. Tentu saja hal tersebut sudah terbukti hari ini atas apa yang telah terjadi.

"Aku udah gak ada perasaan lagi ke kamu, Ella! Kamu tau kebakaran di kafe itu-" ucap ayah terhenti dengan ragu. "..Temen-temen aku sering jijik ngeliat muka kamu yang kebakar itu!"

Aku benar-benar tidak percaya apa yang baru saja dikatakan oleh ayah kepada ibu!! Bukankah dirinya terlihat menjadi orang yang sangat tidak bertanggung jawab, egois dan kekanak-kanakan dengan mengatakan hal bodoh seperti itu kepada ibu -istrinya sendiri-?!

Ibu hanya diam menangis tersedu-sedu sambil memegang dadanya yang seperti sedang merasakan kesakitan yang teramat dalam. Jangankan ibu, aku saja yang mendengarnya, merasa amat pedih.

Ibu terlihat tak menyangka atas apa yang telah diucapkan oleh ayah kepadanya. Sejak saat itu, ayah pergi meninggalkan kami berdua dan juga mengirimkan surat gugatan cerai kepada ibu dari pengadilan.

Sesekali ayah mencoba menemuiku di sekolah, akan tetapi aku selalu menghindar darinya. Jangan tanya kenapa? Apa yang telah dilakukannya kepada ibu membuat aku sangat amat membenci dirinya!

Apa ayah tidak pernah berpikir bahwa anaknya adalah seorang perempuan?! Bagaimana bila -amit-amit- kelak aku akan bertemu laki-laki brengsek lagi seperti ayah? Kira-kira apa yang akan ayah lakukan?! Memuji laki-laki itu, karena telah melakukan hal yang sama seperti apa yang ayah lakukan saat ini kepada ibu?!!

Semenjak ayah pergi, ibu perlahan-lahan mencoba bangkit dari keterpurukan dengan membuka toko kue bermodal dari hasil pemisahan harta bersama yang sudah ditetapkan pengadilan. Tidak banyak memang, tapi cukup.

Dulu sebelum pipi kiri ibu terbakar, ibu sangat cantik sekali sampai-sampai aku iri dengannya, begitu juga dengan ayah yang sangat tampan. Aku selalu merasa bahwa mereka adalah pasangan yang paling serasi yang tak kalah seperti pasangan artis bintang hollywood terkenal dan selalu menganggap bahwa diriku adalah anak yang paling beruntung karena menjadi anak mereka.

Ada banyak sekali orang yang selalu memujiku cantik, cantik dan cantik! Bukannya aku sombong, tapi nyatanya memang demikian. Kalau mau, aku bisa saja dengan mudah menunjuk dan membuat orang menjadi menyukaiku. Bukankah selama ini orang-orang selalu terpikat oleh lawan jenis berawal hanya karena dari parasnya, ya kan? Akan tetapi pemikiranku akan hal tersebut pun berubah.

Ayah dan ibu yang mengawali cerita cinta mereka dari ketertarikan yang berdasarkan paras yang rupawan membuatku menjadi benci untuk dipuji cantik, tepatnya setelah kejadian ayah meninggalkan ibu.

Banyak teman-teman di sekolahku yang menyukaiku dan menyatakan rasa sukanya padaku mulai dari teman sekelas hingga kakak kelas, baik yang paling ganteng dan keren hingga yang paling aneh. Akan tetapi, aku tidak pernah menerima cinta mereka semua karena ketertarikan mereka kepadaku hanya berdasarkan karena aku cantik. Tentu saja hal tersebut membuat aku menjadi membenci mereka karena mereka terlihat sama saja seperti ayah.

Semakin banyaknya anak laki-laki yang menyukaiku semakin membuatku kesal. Maka dari itu, aku menjadi ketus kepada orang-orang yang menyukaiku dan tidak suka berdandan untuk terlihat cantik, apalagi untuk menarik hati lawan jenis.

Saat aku sedang berjalan ke arah kantin bersama teman sebangkuku, tiba-tiba muncul seorang anak laki-laki dari arah samping yang menghampiriku.

Dia adalah kakak kelas 3 yang sudah dua kali menyatakan cintanya padaku akan tetapi aku selalu menolaknya. Aku tidak tahu siapa namanya, dan aku juga tidak mau tahu. Yang jelas, untuk usiaku yang baru kelas 1 SMP ini, rasanya belum waktunya untuk aku mulai memikirkan masalah cinta-cintaan. Atau aku terlalu naif?

Kakak kelas ini terlihat sangat culun, gendut, berkulit putih, dan terlihat gugup. Aku selalu menolaknya tentu saja bukan karena dia culun atau jelek, bukan sama sekali! Akan tetapi karena dia menyukaiku pasti karena aku cantik. Aku tahu itu karena dia sama seperti yang lainnya, dia selalu memujiku cantik terlebih dahulu sebelum menyatakan cintanya.

Berbeda dari sebelumnya, kali ini dia menembak aku dengan membawakan bunga dan boneka beruang -yang aku yakin harga kedua barang tersebut sangat mahal-. Aku tak mengerti lagi mengapa dia begitu keras kepala dengan berkali-kali menembakku?!

Dengan langsung, aku menolak dirinya dan memintanya untuk jangan lagi menembakku atau aku akan melaporkannya ke guru BK karena terus menggangguku!

Aku langsung berlari kembali ke kelasku dan tidak jadi jajan ke kantin karena seleraku sudah terlanjur hilang.

"Kasian loh, Ma.. Dia tadi sampe banyak yang ngeliatin gitu", ucap Stella, teman sebangkuku.

"Ya abisnya mau gimana lagi?! Orang dia maksa terus.." Jawabku jutek kepadanya.

Sebenarnya sih, aku merasa kasihan kepada kakak kelas itu karena tanpa sengaja aku telah mempermalukannya di depan umum, akan tetapi itu bukan sepenuhnya salahku. Dia yang salah telah menembakku di tempat dan waktu ketika orang-orang sedang berada di luar kelas, dan dia telah menembakku berkali-kali padahal aku sudah menolaknya juga berkali-kali.

Sejak saat itu, aku sepertinya tak pernah melihatnya lagi di sekolah bahkan hingga angkatannya lulus dari SMP. Apakah dia menjadi frustasi lalu selalu menghindar jika melihatku? Atau dia pindah sekolah? Mungkin dia telah benar-benar mencerna ucapanku. Bagus lah!

***

Akal Tak Sekali Tiba (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang