Pukul 04: 45
Shania masih terlelap dalam tidur nya. Dengan selimut membaluti hampir menutupi kepalanya. Ia terlihat tidur dengan nyaman dan juga lelap.
Namun saat cahaya lampu yang tiba - tiba menyala membuat nya sedikit terganggu sehingga dengan perlahan ia membuka kedua matanya.
Ia masih belum bergerak masih mencoba menyesuaikan matanya dengan cahaya lampu yang menyala terang. Kemudian ia mulai menerka tentang apa yang di lewati semalam.
"Huh.. " lenguh Shania saat merasa kepalanya sakit luar biasa saat ia hendak bangun. Dan saat itu ia sadar kalau ia berada di ruangan yang asing. Dan semakin tersentak saat melihat pakaiannya yang telah berganti. Bukan lagi dress yang kemarin ia kenakan saat ia pergi dari rumah.
Ia melihat selimut yang tidak asing di matanya. Kemudian mengitari matanya ke sekitar dan saat itu lah ia melihat Ares yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi dengan mengenakan boxser dan seragam kemeja putih sekolah yang belum terkancing ,sambil mengeringkan rambut dengan handuk.
Ia mendesah lega saat mulai sadar di mana ia berada. Dan mulai melenguh lagi karena kembali merasakan pusing. Membuat Ares menoleh.
"Kakak udah bangun " ujar Ares berjalan ke meja bar di depan pantry yang juga nampak jika di lihat dari tempat tidur di karenakan kamar yang memang langsung tersambung hanya meja bar sebagai pemisah. Ares mengambil segelas teh hangat yang ia buat tadi sebelum ia mandi.
Dan kembali berjalan menuju ranjang di mana Shania duduk bersandar menatap nya.
"Minum dulu " ujarnya dengan nada santai. Shania meraih gelas tersebut dan meneguknya sedikit sambil matanya melirik pada Ares. "Seharus nya aku bisa ikut ujian dengan tenang hari ini. Tapi kakak mengacaukan semuanya. Mabuk di tengah malam. Dan... ckckc.. ini bukan kakak banget. Kakak terli...."
"Bisa kamu diam, dan peluk aku sekarang? Itu jauh lebih membantu dari pada kamu bicara tidak penting " Sela Shania dengan nada datar membuat Ares terdiam. Ia menatap Shania dengan lekat lebih ke menyelidik. Kemudian ia menghela napas berat.
Memilih berbalik untuk bersiap - siap. Shania mendengus kesal. Ia meletakkan gelas di nakas yang ada di samping. Kemudian turun dari kasur berjalan menghampiri Ares yang sedang mengenakan celana sekolah nya.
Gerakkan mengancingi baju seragam nya terhenti karena Shania membalikkan badan Ares hingga mereka saling berhadapan.
Dan Shania mengambil alih mengancingi seragam Ares.Ares hanya memandangi Shania dan sesekali mengalihkan mata untuk meredam suara detakkan jantung yang mungkin di dengar Shania.
Dan Ares makin kesal ketika Shania mengulum senyum membuat nya malu sendiri. Karena Shania pasti mendengar suara jantung nya. Pikir Ares.
Dan benar saja, saat Shania selesai mengancingi kemeja lengan pendek Ares ia mengangkat kepalanya menatap Ares yang tadi nya sedang memandangi nya langsung reflek mengalihkan mata nya ke lain arah.
"Kenapa ?" Tanya Shania dengan nada sedikir meledek. Ares melirik nya sebentar.
"Apa nya ?" Tanya Ares salah tingkah. Yang lagi - lagi membuat Shania mengulum senyum manis.
"Ares " panggil nya sambil mengalungkan kedua tangan nya di leher Ares. Tapi Ares belum berani menatap Shania. "Kalau kita bukan saudara..."
"Aku tidak suka berandai - andai " sela Ares menatapnya membuat Shania diam.
"Kalau gitu, bisa enggak. Kamu anggap aku bukan saudara kamu. Begitu juga sebaliknya. Kita nikmati perasaan ini sebentar. Paling tidak kita bisa berjuang bersama dengan..."
![](https://img.wattpad.com/cover/112959666-288-k392879.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior (GreShan) End
FanfictionDi tengah sepi nya dunia ku, aku menemukan setitik keramaian saat aku bertemu dengan mu. Di tengah gelapnya hidup ku, aku menemukan setitik cahaya dari mu. _ Shani Indira Kamu tidak sendiri. Aku tidak akan membiarkan mu sendiri lagi. Aku akan selalu...