.Arden Denata Sharon.
-In Mulmed-"WOOOO... ARDEN... Huuuuu..."
Teriakan demi teriakan tidak melunturkan semangat Arden untuk melaju dengan kecepatan diatas rata-rata. Matanya menajam menelusuri sepanjang jalan mulus tanpa lubang didepannya. Kilatan cahaya bertubi-tubi datang padanya. Seperti flashlight yang sengaja dinyalakan untuk mendukungnya di tepi arena.
Arden terus melaju, tanpa menoleh kebelakang. Kedua lawannya sudah tersungkur di aspal, tersisa satu lagi yang membuntuntutinya dengan setia tanpa berminat menyalipnya. Arden makin gempar, motornya disetel banter agar melaju dengan kecepatan maximal. Beberapa detik lagi dia akan sampai di garis finish dan menang.
Lalu, inilah akhirnya. Arden, sang jawara tak terkalahkan dengan kedudukan tetap di singgah sana.
"Anjing menang lagi itu anak." Umpat beberapa gerombolan pemuda yang kini tengah mengeluarkan uang taruhan didalam saku celananya.
Arden membuka helm fullface-nya. Dia tersenyum menang, dan kini matanya menangkap seorang cewek yang tengah mengambili uang hasil taruhan. Cewek cantik dengan balutan jaket jins hitam serta celana ketat hitam dikaki jenjangnya. Dia Aretha, tidak lain dan tidak bukan adalah kembarannya sendiri.
"Lain kali jangan cupu pasang duit segini." Aretha mengacungkan uang pecahan seratus ribu didepan wajah salah satu gerombolan yang mengumpat tadi. Salah satu geng dari pembalab yang dikalahkan Arden. Namanya Kanoa, cowok beralis tebal yang diyakini adalah penghianat dari sekolahnya.
"Ck. Bangsat!" Umpat Kanoa dibalas kekehan meledek dari Aretha.
"AYO SIAPA LAGI YANG BELUM BAYAR NIH!" Teriak Aretha membuat gembungan kecil dari pipi Arden mencuat.
Arden turun dari motornya, menaruh helmnya di atas ninja hitam itu lalu ber-highfive dengan ketiga orang lawannya.
"Hebat juga lo. Gue Bangkar, dari SMA Wijaya." Katanya memperkenalkan.
Arden mengangguk, "gue Arden, dari SMA Alber." Senyumnya ramah namun sangat dingin pada Bangkar.
"Seneng bisa gabung di arena ini." Kata Bangkar melepas jabatannya lalu bersalaman kepada sisanya.
Ada Senka dan Exel. Jika Senka satu sekolah dengan Arden, beda halnya dengan Exel yang tidak sekolah. Exel itu pemuda pekerja paruh waktu yang putus sekolah sejak kelas 1 SMA. Dan entah bagaimana bisa bertemu Senka dan Arden di arena balap liar lalu kemudian menjadi sahabat.
"Lain kali lo ikut lagi bro. Buat ngalahin sang juara bertahan kita." Exel menepuk pundak Arden dengan semangat, sedangkan Senka balas mengangguk sambil mengelusi lututnya yang tergores karena aspal.
"Kaki aman tuh?" Tanya Arden dibalas dengan ekspresi memelas dari Senka.
"Atit tau." Rengeknya kemudian kepalanya berhasil ditoyor oleh Exel.
"Lo bukan temen gue sat!" Cecar Exel diberi sahutan tawa oleh Bangkar dan Arden.
"Kar buru." Teriak Kanoa menyuruh Bangkar tidak usah berlama-lama mengobrol dengan Arden, Senka dan Exel.
"Duluan ya." Pamit Bangkar ramah dibalas senyuman singkat oleh Arden, Senka dan Exel kemudian berlalu.
"Bangkar B aja, kenapa Kanoa yang sewot." Kesal Exel melirik tidak suka ke Kanoa dan gerombolannya termasuk Bangkar pergi dari area balap liar.
"Penghianat mah bebas." Senka masih merengek karena lututnya yang sakit. Sedangkan Arden hanya geleng-geleng kepala saja.
PRANGGGG!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Twins [COMPLETE]
Teen Fiction[BUKU 3] Arden dan Aretha adalah satu kesatuan yang gak bisa dipisah kayak magnet dua kutub. Saling tarik menarik dan saling mempengaruhi. Mereka murid kembar yang menggemparkan seisi sekolah. Sebut saja sekolah hening tanpa mereka. Siapa yang gak...