Aretha menyalami Vanda yang kebetulan mengantarnya dan Arden kedepan pintu. Vanda sangat khawatir kedua anaknya jatuh sakit karena hujan terus mengguyur bumi sejak tiga hari lalu. Belum lagi Arden sangat susah diberitahu, padahal ada supir yang akan siap mengantar mereka ke sekolah. Tapi tetap saja kedua anaknya ngeyel, dan ingin tetap menaiki motor tak beratap milik Arden.
"Assalamualaikum Ma." Salam Aretha telah siap mengenakan jas hujan.
Vanda mengangguk, "Waalaikumsalam, hati-hati. Ohya, Tha itu mama lihat pot bunga di halaman belakang punya siapa? Kamu beli." Tanya Vanda membatu memberikan kunci motornya ke Arden lalu menyalaminya.
Aretha mengernyit, sedangkan Arden langsung menjawab karena tau jawabannya. "Punya Amanda, kemarin nginep." Ujarnya.
"Oh iya punya Amanda kayaknya Mah, lupa kemarin dia bawa-bawa pot gitu terus nitip lupa dibawa pulang kali." Jelas Aretha masih berfikir, "tunggu deh." Sebelum gadis itu menaiki motor bersama Arden, dia melirik kakaknya dengan tanya.
Vanda menggeleng bingung, "kok ke rumah bawa-bawa pot bunga."
"Itu kado ulang tahun Mah." Jelas Arden menghela nafas siap menjadi bahan tertawaan mama dan adiknya.
"Pfftt.." Aretha menahan tawa sambil melirik mamanya yang sepertinya ingin ikut meledek.
"Dari kamu?" Tanya Vanda lagi-lagi menggelengkan kepala.
Arden mengangguk sambil mengenakan helm.
"Buahaha," Aretha tertawa seketika membuat Arden melotot dari balik helm full face-nya.
Vanda justru tersenyum, "kamu kurang ide ya sampe kadoin Amanda pot bunga." Kekeh Mamanya membuat Arden Makin menghela nafas panjang.
"Iya tuh. Padahal jelas-jelas buket bunga lebih bagus dari pada ribet pake pot." Aretha masih diam ditempatnya tanpa berniat naik ke jok motor Arden.
Cukup sudah, telinga Arden mulai panas. "Mah, Tha, coba kalau aku beli buket buat Amanda. Pasti gak bisa tahan lama bunganya, seminggu juga udah layu. Kan kalau beli sepotnya enak, bisa dirawat sampe bunganya gede." Penuturan Arden dari balik helm membuat Vanda dan Aretha saling melirik menahan tawa.
Vanda mengangguk, justru Aretha tertawa makin keras. "Sok banget romantis lo Den, padahal sih gagal mulu Mah mau nembak Amanda."
Arden melotot tajam.
Vanda melebarkan kelopak mata, sambil ber-oh ria, mama si kembar terkekeh dengan gaya khas ibu-ibu jahil. Menutupi mulutnya dengan tawa yang sengaja ditahan sambil menoel hidung anaknya dari balik helm.
"Ada-ada aja. Yasudah sana kalian berangkat keburu hujannya Makin deras. Hati-hati."
"Dah Mama sayang. Assalamualaikum lagi."
Vanda mengangguk, "Waalaikumsalam."
***
Aretha mengantuk selama pelajaran berlangsung, sudah diluar hujan, dapat pelajaran membosankan pula. Siapa yang tidak ingin tidur jika guru bahasa dengan nada pelannya membacakan kumpulan soal latihan ujian dengan cerita lebih dari dua paragraf. Melihat LKS saja Aretha malas, apalagi mengikuti guru itu mengeja berpuluh-puluh huruf disana.
"Penyiksaan ini mah." Aretha mengeluh dengan membenamkan wajahnya dikedua tangan yang dilipat dimeja.
Azam berdesis menyuruh Aretha diam, dirinya sangat serius menyimak, sangat berbeda dengan Aretha yang rasanya ingin minggat saja dari kelas.
Beberapa menit telah berlangsung, dan doa Arethapun terkabul. Seorang guru masuk kedalam kelasnya dan membuat keributan kecil dengan memanggil namanya keras-keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Twins [COMPLETE]
Novela Juvenil[BUKU 3] Arden dan Aretha adalah satu kesatuan yang gak bisa dipisah kayak magnet dua kutub. Saling tarik menarik dan saling mempengaruhi. Mereka murid kembar yang menggemparkan seisi sekolah. Sebut saja sekolah hening tanpa mereka. Siapa yang gak...