✒7. Mood

17.2K 1K 5
                                    

.Amanda Kanesa.
-In Mulmed-

"Tha turun." Arden mengeplak kepala Aretha dari depan. Meski tidak bisa melihat bagaimana reaksi Aretha, Arden paham betul bahwa Aretha sedang dalam mode mood yang sangat jelek.

Tentu saja, karena rencana balapan mereka harus diganggu oleh seorang Delvian yang tiba-tiba muncul di rumahnya. Tidak ingin acara kabur untuk balapan gagal, maka keduanya mengajak Delvian.

"Aretha, gue mau boncengin Amanda." Tukas Arden lagi kali ini dibalas dengusan sebal dari Aretha.

"Kenapa gak Amanda ajasih yang naik semotor sama orang itu." Aretha tidak mau melirik Delvian. Apalagi menunjuknya.

Juga Delvian, yang sibuk sendiri melihat ke ponsel dan asik sendiri tanpa meperhatikan perdebatan kecil si kembar.

Amanda baru saja keluar dari pagar rumahnya. Melihat kedua anak kembar itu kembali berdebat, Amanda segera geleng-geleng kepala. "Adik sama kakak itu harusnya kompak. Kenapa sih, berantem mulu dah."

Arden melirik kebelakang, lantas kesamping kirinya. Motor tersandar enak disebelahnya, membuat sepasang bola mata dari Amanda melotot sempurna. "Del,vian." Amanda meneguk ludahnya saat mendapati reaksi tidak bersahabat dari Aretha. Juga Delvian yang menoleh singkat.

"Duh gak cocok nih." Amanda menggaruk kepalanya. "Pasti Aretha gak mau diboncengin dia ya." Bisik Amanda pada Arden. Meski jelas-jelas Delvian bisa mendengarnya.

Arden mengangguk pasrah.

"Tapi Den, lo kan mau nganter gue ke rumah nyokap dulu." Amanda menggaruk kepalanya, melirik Aretha yang tidak minat turun dari motor. Amanda segera melihat ke Delvian.

"Yan. Lo gakpapa kan boncengin Aret,-"

"AMANDA!" Teriak Aretha menggelengkan kepalanya tegas pada Amanda.

"Yah gakpapa kan Yan. Arden soalnya mau nganterin gue dulu." Senyum Amanda tanpa memperhatikan gerutuan Aretha di tempatnya.

Delvian seperti berfikir sejenak, namun tak pelak mengangguk juga. "Silahkan." Singkat, namun sangat dingin.

"Tuh Tha lo,-"

"GAK MAU!" Lotot tajam Aretha pada Amanda yang kini mendengus dan merengek memohon ke Arden.

Arden menghela nafasnya pelan, lantas dengan cepat ia turun dari motor, membuat keseimbangannya agak goyah karena Aretha betul tidak mau turun. Aretha adalah orang ter-batu sepanjang abad. Jadi, kalau gak diseret, mustahil Aretha menurut.

Arden menarik lengan adiknya turun lantas dengan cepat menangkap tubuh gadis itu yang goyah ingin terjatuh. Meski sambil menggerutu, Arden tidak peduli. Lagipula, Arden tau betul bagaimana perasaan Aretha yang sebetulnya tidak bisa move on dari Delvian.

"Tha, gue ada urusan penting dulu sama Amanda. Lo sama Delvian duluan aja ke tempat balapan. Oke!" Penekanan kata terakhir Arden membuat Aretha mendengus menahan sebal. Sedangkan Amanda sudah meringis namun membentuk jarinya dengan kata damai.

Amanda naik ke motor Arden lalu dengan cepat Arden tancap gas.

Meninggalkan Aretha yang masih diam. Sama sekali tidak ingin memijakkan kaki di motor merah milik Delvian. Sudah lama, sejak seminggu yang lalu. Terakhir dia naik di motor merah itu, karena Delvian mengantarnya ke supermarket beli susu coklat.

Delvian menaikkan standarnya, masih tidak mau menatap Aretha, Delvian memakai helmnya.

Diam. Tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut Delvian.

The Bad Twins [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang