"Den, Aretha mana deh. Betah banget di Bandung."
TIN... TIN... WUSHH...
"LO NGOMONG APA GAK KEDENGERAN." Arden mempercepat laju motornya saat baru saja dirinya menyalip mobil besar didepannya. Matanya sampai kelilipan gara-gara membuka kaca helm.
"ARETHA NGAPAIN KOK BETAH DI BANDUNG?" Tanya gadis yang duduk dijok belakang motor Arden, Amanda.
"NTAR AJA NGOMONGNYA GUE KELILIPAN." Arden menutup kaca helmnya lantas melajukan kembali motornya dengan kebut-kebutan.
"Yaelah, apa hubungannya coba ngomong sama kelilipan. Mulut sama mata kan jauh." Cibir Amanda membuat desisan pelan dibelakang punggung Arden.
Tidak lama setelah itu mereka sampai didepan gerbang sekolah, Arden tidak masuk, hanya menurunkan Amanda disana.
"Lo gak masuk?" Tanya Amanda sembari melepas helmnya.
Arden mengambil cepat helmnya sambil menggeleng, "gak. Buruan masuk kan upacara, lo harus siap-siapin obat kan."
Amanda mengernyit. "Kok lo hafal jadwal jaga gue." Ia memberikan helmnya yang kini diapit ditengah kaki Arden.
Arden mendesah, "udah gak usah banyak tanya, sana." Arden ingin mengegas motornya sebelum kemudian Amanda menghadangnya.
"Lo belum jawab pertanyaan gue tadi."
Arden menghela nafas panjang. "Tentang Aretha?"
Amanda mengangguk.
"Hari ini dia pulang. Udah ya gue buru-buru." Arden kembali ingin menancapkan gasnya sebelum untuk kedua kalinya dia dihadang oleh Amanda.
"Lo mau kemana sih." Kepo Amanda.
Arden melepas helmnya geregetan. Dia turun dari motor lalu dengan gaya dinginnya dia menyeret Amanda masuk kedalam gerbang sekolah.
"Ada urusan Nda. Udah sana masuk. Rewel lo ah."
Amanda menoleh kebelakang, "tapi Den, gue sendirian nih. Masa gak ada lo, gak ada Aretha. Gue ke kantin ntar sama siapa. Gak mau ah kalau sama Senka, pasti dia mau pacaran." Keluh Amanda membuat wajahnya tampak seperti anak kecil yang minta perhatian.
Arden balik badan. Tangannya menggaruk rambutnya sebal. Wajah Amanda yang seperti itu sungguh sangat tidak diinginkan Arden untuk saat ini. Masalahnya hal yang akan Arden lakukan sangat penting, dan Arden tidak mungkin mengacuhkannya.
Tapi, dia juga tidak mau meninggalkan Amanda sendiri.
"Nda,-"
Bersamaan dengan Arden memanggilnya, Amanda mendongak keatas, kearah speaker sekolahan yang berbunyi nyaring.
Setelah beberapa detik berfikir Arden menghampiri Amanda kembali dengan cepat, sebelum satpam dari sekolah mengejarnya.
"Den, cepetan itu Pak Kumis ngejar bego." Amanda sembarangan memakai helmnya lantas dengan kaki agak terpincang karena tidak sengaja menendang ban motor Arden, Amanda naik keatas motor dengan rusuh.
"DADAH BAPAK. SAYA SAMA ARDEN IZIN GAK MASUK DULU YA. MAU ADA URUSAN KELUARGA." Teriakan Amanda bersahutan dengan suara mesin motor Arden yang berlari sangat kencang.
Disusul oleh suara Pak Kumis yang mulai menghilang dibawa angin. "AWAS KALIAN yyaaaa...."
"Keluarga jidat lo maju. Siapa yang keluarganya siapa." Cibiran Arden jelas terdengar di telinga Amanda karena Arden tidak sempat menggunakan helmnya.
"Haha. Kita sebenernya mau kemana sih Den?"
¤¤¤
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Twins [COMPLETE]
Teen Fiction[BUKU 3] Arden dan Aretha adalah satu kesatuan yang gak bisa dipisah kayak magnet dua kutub. Saling tarik menarik dan saling mempengaruhi. Mereka murid kembar yang menggemparkan seisi sekolah. Sebut saja sekolah hening tanpa mereka. Siapa yang gak...