✒5. Move On

20.7K 1.1K 5
                                    

.Hairin Salma Niar.
-In Mulmed-

"Hairin berhenti." Arden menghadang langkah Hairin keluar dari kelas. Matanya meleleh saat bertubrukan dengan mata teduh milik Hairin.

Hairinpun sama, selalu tidak bisa menatap langsung mata bersinar milik Arden.

Arden melihat sekeliling, tidak tepat, semua teman sekelas Hairin sedang memandanginya seperti pengintai yang siap melayangkan aksi memotret dan memvidio segala aksi Arden. Cowok most yang disia-siakan oleh seorang anak kelas 10 bernama Hairin yang dengan tidak hormatnya mendapat rentetan makian dari para fans Arden.

"Aretha." Panggil Arden memijit pangkal hidungnya bosan. Untung ada Aretha, sekali melotot, oh bahkan tidak usah melotot. Hanya dengan tatapan datar Aretha saja sudah bisa membuat semua murid kelas 10 bubar jalan.

Kosong, dengan cepat keadaan menjadi kosong melompong. Menyisakan Hairin dan Arden serta Aretha disana.

"Es krim korneto mini dua box." Kata Aretha berujar seraya pergi meninggalkan keduanya.

Awkward. Baik Arden maupun Hairin tidak ada yang mau membuka mulut kecuali angin yang sedang menerpa rambut panjang milik Hairin.

Cantik dan indah, mungkin dua kata itu sangat cocok untuk menggambarkan seorang Hairin bagi Arden.

"Udah lama?" Ujar Arden seperti biasa, matanya berkeliling kesana kemari. Seperti baru saja dia bertemu dengan Hairin dan ingin melangsungkan PDKT. Gugup menderanya lebih dalam saat angin berhembus ke wajah Arden.

Betul kata orang, debaran itu akan dahsyat lagi ketika kita sudah tidak lagi memiliki hubungan apapun.

"Cantiknya?" Tanya Hairin tersenyum didalam tundukannya, persis saat waktu pertama kali mereka berkenalan.

"Bukan." Kata Arden menarik senyum segaris tak terlihat diujung bibirnya.

Hairin mendongak, "eh, terus." Merasa kegeeran, Hairin kembali menunduk malu lantas menarik rambutnya kebelakang telinga.

Arden terkekeh, "manisnya." Kata Arden mampu membuat semburat merah kembali muncul dipipi Hairin.

Detik selanjutnya keduanya kembali canggung. Namun detik berikutnya, Hairin sadar bahwa mereka tidak seharusnya terjebak didalam situasi seperti itu.

"Maaf kak. Aku harus pulang, sudah dijemput." Kata Hairin melewati tubuh tegap Arden.

"Aku bukan kakak kamu." Arden berujar. "Panggil aku kayak biasanya, Arden." Arden kembali menghadang langkah Hairin yang masih setia menundukkan kepalanya.

Arden menarik nafasnya pendek, lalu dirinya menarik dagu gadis itu untuk mendongak. "Udah berapa kali aku bilang kalau jalan yang tegap. Gak pake nunduk." Arden menggeleng lalu meminggirkan tubuhnya untuk memberi Hairin jalan.

"Pergi, kalau kamu emang mau pergi. Tapi jangan harap aku mau kembali." Penuturan Arden mampu membuat dada Hairin berdesir karena merasa bersalah.

Arden pergi, meninggalkan Hairin yang terpaku ditempatnya. Tidak bergerak selangkahpun.

Tidak sampai lima langkah jalan, Arden sudah membalikkan badan kembali. Kali ini matanya instens meluru ke mata milik Hairin.

"Tapi Rin," panggil Arden membuat Hairin mendongak tidak enak. "aku kangen." Kata Arden lalu pergi dan tidak lagi berbalik.

¤¤¤

"Alasan?"

Satu kata itu mampu membolak-balikkan perasaan Arden. Mengingat Hairin, cowok itu jadi bingung sendiri. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Hairin saat gadis itu memutuskan hubungannya dengan Arden. Bahkan sampai sekarangpun Arden bingung dia salah apa.

The Bad Twins [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang