✒40. Sepenuhnya Move On

10.3K 696 20
                                    

Hari ini sabtu, harusnya libur tapi sekolah masuk karena sebuah pertandingan. 

Arden menelfon Amanda disaat Aretha sedang sibuk mengemas perlengkapan yang ia butuhkan. Cowok itu mengangguk serta berdehem seperti hanya itu saja yang bisa ia perbuat karena sepatah kata yang hendak ia ucapkan takut membangunkan macan yang kini masih tenang ditempatnya. 

Aretha sibuk mengucir kuda rambutnya dengan ikat berwarna kuning. Lalu slayer yang memiliki warna sama dengan ikat rambutnya disampirkan indah dilehernya seperti sangat siap untuk berpartisipasi di arena lapangan. Dia menoleh kearah Arden yang kini mengangkat dagu menyuruh Aretha buru-buru sambil menyudahi telfonnya. 

"Yuk." Aretha dan Arden bersamaan turun kelantai bawah untuk mengucapkan salam kepergian mereka ke sekolah, setelah menyempatkan menegak segelas susu dan sepotong kecil roti isi coklat buatan Vanda. 

"Eh eh salim dulu ih ke papa." Vanda menarik kedua ransel anaknya lantas memutar balikkan tubuh keduanya dengan gemas. 

Arden dan Aretha sama-sama mendengus lalu berlari untuk hanya sekedar berpamitan dengan Reval yang masih berada didalam kamar. 

"Mau kemana kok pakai baju olahraga?" tanya Reval bangkit sambil menyalami satu persatu tangan anaknya. 

"Itu ada pertandingan bola di sekolah, antar SMA." Jawab Arden. 

Reval mengangguk, "kamu ikut main?" Tanya Reval lagi membuat kedua anaknya berdecak karena sudah kesiangan. 

Arden mengangguk, lalu Aretha berusaha mencium pipi sebelah kiri papanya. "Udah ya pah tanya jawabnya, kita udah telat nih. Dah papa, Assalamualaikum."

Reval menggelengkan kepala, "Waalaikumsalam, jangan lupa nanti malam ada acara keluarga ya. Jam 5 harus sudah di rumah." 

***

Aretha turun dari motor Arden, tangannya sibuk melepaskan pengait helmnya. Bersamaan dengan itu ia melihat Amanda datang dari kejauhan dengan senyum yang lebar. Mengerti kemana langkah perempuan itu menghampiri, Aretha buru-buru melepas helmnya sambil menepuk bahu Arden dan berlari kearah Amanda sebelum gadis itu menghampirinya duluan. 

"Cus." Aretha langsung merangkul bahu Amanda untuk berputar kearah lain. 

Amanda mendelik lalu mencoba melepaskan rangkulan itu meski sia-sia, "ih lepasin, mau kemana sih buru-buru amat lo. Lapangan masih sepi kali." 

"Halah gak usah alasan. Lo mau nyamperin Arden kan." Tebak Aretha membuat Amanda mendengus. 

"Yailah Tha bentar doang mau ngobrol sama Arden, pelit amat lo." Cibir Amanda agak kesal karena harusnya pagi ini dia bisa mengucapkan selamat pagi pada Arden, atau setidaknya menyemangati Arden karena ingin bertanding. 

Aretha menggeleng, "Arden gak perlu di semangati kok. Dia kan cuma pemain cadangan." Seperti peramal, Aretha selalu mengetahui isi didalam hati Amanda. 

Dan Amanda sukses dibuat kesal oleh Aretha. Oke, bukan Amanda namanya jika dia tidak bisa membalas Aretha. 

"Semalem gimana? Udah baikan sama Delvian?" Amanda tersenyum miring. 

Aretha reflek mendorong tubuh sahabatnya menjauh ketika mendengar nama itu disebut. "Sue, lo tau dari mana Delvian ke rumah?" 

Mereka menghentikan langkah dengan saling berhadapan. Amanda bersendekap tangan didada, sedangkan Aretha sudah khawatir jika Amanda mengetahui semuanya. 

The Bad Twins [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang