"Gue suka elo Tha."
Aretha belum berhenti tertawa, matanya menajam tatkala wajah Kanoa tidak berubah barang sedikitpun. Tidak biasanya Aretha melihat ekspresi itu. Gadis itupun akhirnya diam, lengannya menepis ketika Kanoa malah mengeratkan cekalannya.
"Lepas!" Sengit Aretha. Dia betul-betul waspada dengan perubahan sikap Kanoa. Bisa saja setelah ini Kanoa macam-macam dengan Aretha. Semua orang tau mereka seperti kucing dan tikus. Aneh rasanya kalau Kanoa tiba-tiba bilang suka padanya. "Gue bilang lepas brengsek!" Aretha mengeluh karena lengannya malah ditarik paksa oleh Kanoa hingga gadis itu terduduk kembali di kursinya.
"Es krim lo belum habis." Ujar Kanoa datar sambil memainkan kembali sendok es krimya, dia mengalihkan satu kata yang baru kali pertama ia ucapkan pada seorang gadis, rasanya seperti tercekat dan Kanoa tidak mau mengucapkannya lagi. Alih-alih mencari topik lain untuk mengalihkan pembicaraan, matanya malah melirik kearah Aretha, sebaliknya Aretha justru membuang muka sambil berdecak.
"Gila!" Cibir Aretha, sudut matanya menemukan dua sosok manusia yang baru masuk kedalam kedai. Seperti sudah kenal dengan paras salah satunya, Aretha kembali manarik diri dari kursi. "Jangan bikin gue nonjok lo disini Kanoa!" Sedikit hentakan namun ekspresi Aretha berhasil terbaca oleh Kanoa.
Aretha sangat ingin meninggalkan kedai ini, sekarang!
Cowok itu seperti tidak kehabisan akal, dia kembali menarik lengan Aretha. Bukan untuk menyuruhnya duduk dan menghabiskan es krim bersamanya, tapi untuk memeluknya. Kanoa tau siapa dua orang tadi. Diapun hafal dengan parasnya.
"Kali ini lo harus berterima kasih sama gue." Kanoa mengeratkan pelukannya, membungkam mulut Aretha didalam dekapannya. Gadis itu pasti sedang mengumpat nama-nama hewan. Kakinya bergelayut ingin menendang tulang kering Kanoa tapi tidak berhasil karena Kanoa berdiri sangat tegap. Cowok itu setengah berbisik pada Aretha ketika melihat kedua orang tadi mendekat. "Mereka disini."
Deg. Sekujur tubuh Aretha mendadak lemas, matanya seperti menumpuk butiran air mata dan mendadak menetes karena seseorang bersuara.
"Aretha." Suara rendah itu benar-benar berhasil melemaskan seluruh bagian tubuh Aretha.
Aretha membalas pelukan Kanoa, dia mencengkram erat ujung jaket Kanoa sambil menahan tangis. Dia tidak mau melihat pemilik suara itu, apalagi orang yang sedang bersama pria itu. Aretha tidak sanggup harga dirinya diijak dua kali oleh Latisa. Yah, cowok itu Delvian, sedang bersama Latisa datang ke kedai dengan bergandengan tangan.
"Jangan minum es krim disini Tha, banyak kecoanya." Kanoa menggiring Aretha dengan tetap memeluk kepala gadis itu. Meski susah berjalan, tapi Kanoa berhasil menyembunyikan wajah Aretha didalam dekapannya. "Kecoanya gede-gede!" Ulang Kanoa lagi merutuki ekspresi wajah Delvian dan Latisa. Delvian terlihat cemburu dan tidak percaya, sedangkan Latisa tampak meremehkan.
"Kecoa pala lo!" Umpat Latisa seperti ingin mencakar wajah menyebalkan Kanoa.
Kanoa menaikkan alis tebalnya, berdesis sambil menajamkan mata pada Delvian dan Latisa lalu membawa Aretha menghilang dari balik parkiran. Cepat-cepat Kanoa memakaikan helm full face-nya pada Aretha sebelum ada yang menyadari Aretha sedang menangis. Kanoa menyuruh Aretha naik saat kemudian membawa kedua tangan Aretha memeluk pinggangnya untuk sekedar berpegangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Twins [COMPLETE]
Teen Fiction[BUKU 3] Arden dan Aretha adalah satu kesatuan yang gak bisa dipisah kayak magnet dua kutub. Saling tarik menarik dan saling mempengaruhi. Mereka murid kembar yang menggemparkan seisi sekolah. Sebut saja sekolah hening tanpa mereka. Siapa yang gak...