Saat halaman buku mencapai lembar terakhir, maka semua kenangan juga akan berakhir.
¤¤¤
Sudah satu minggu sejak Aretha menghindar dari Delvian.
Dan sebaliknya.
Arden malah sibuk mencari Hairin yang hilang entah kemana. Seperti Hairin sengaja menghindari Arden.
Semuanya tampak tenang, dua macan yang biasanya menggemparkan seisi sekolahan diam. Baik Aretha maupun Arden, sama sekali tidak berkutik, mereka tertib dan tidak bergerak sedikitpun. Membolospun tidak, meski sering tidak mengerjakan PR dan dihukum berdiri didepan kelas. Tapi Aretha dan Arden tidak protes seperti biasanya.
Mereka berdua benar-benar sedang dalam masa hibernasi.
Aretha menidurkan kepalanya di meja ketika bel istirahat baru saja berbunyi. Begitu pula dengan Arden yang memilih untuk memainkan game Mobile Legend di ponselnya dengan hikmat tanpa gangguan.
Sedangkan teman sebangku keduanya, Amanda dan Azam, sibuk bertukar pikiran lewat tatapan mata. Menerka apa yang sebenarnya terjadi diantara keduanya. Membuka percakapan telepati dengan menaik-turunkan alis saat kemudian Azam lelah dan memilih nenghampiri bangku Amanda.
"Aretha kenapa sih?" Azam memberikan buku tulis biologinya pada Amanda. "Nih, jangan sampe hilang." Alisnya kembali naik, masih kepo dengan apa yang terjadi pada teman sebangkunya,Aretha.
Amanda hanya menaikkan bahu lalu mengambil buku milik Azam, "makasih. Besok gue balikin. Gue gak nyontek suer cuma mau nyocokin aja sama punya gue. Hehe."
Azam berdecak pelan, "sama aja."
"Akhir-akhir ini gue lagi gak konsen sih. Sorry." Amanda nampak murung, matanya melihat sekilas kearah samping kanannya. Lalu berdecak kesal seiring kepergian Azam.
"Maen game mulu lo gak bosen apa!" Sedikit membentak, namun berhasil membangunkan Arden dari tatapan kosongnya ke layar ponsel. Sebetulnya Arden tidak betul-betul sedang bermain.
Hanya, dia sedang mengalihkan pikirannya tentang Hairin.
Arden mematikan layar ponselnya, bangku Amanda ditarik secara tiba-tiba kesamping hingga gadis itu sempat terlonjak karena kaget. Karena posisi duduknya menghadap Arden jadi tubuhnya sempat tersungkur kedepan. Matanya mengintimidasi Arden atas kelakuan yang baru saja cowok itu lakukan.
Cepat, singkat, dan berhasil membuat deguban aneh datang dari dada Amanda. Semoga Arden tidak mendengarnya. Itu harapan Amanda sekarang ketika Arden malah sibuk merapikan anak rambut Amanda yang jatuh ke mata. Bahkan Amanda sekarang bisa mendengar deruan nafas Arden yang naik turun.
Oh shyit!!
Mereka sungguh dekat, dengan jarak hanya beberapa centi.
"Menurut lo Hairin kenapa Nda?" Nafas Arden menusuk ke hidung Amanda, bau mint, khas pasta gigi Aretha.
Amanda mengerjab sebentar sebelum ia terlena untuk lebih mendekatkan wajahnya ke Arden, seperti mereka sedang berancang-ancang ingin ciuman. Dan sebelum hal itu terjadi, Amanda segera mendorong bahu Arden untuk menjauh dan mendorong kursinya kebelakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Twins [COMPLETE]
Fiksi Remaja[BUKU 3] Arden dan Aretha adalah satu kesatuan yang gak bisa dipisah kayak magnet dua kutub. Saling tarik menarik dan saling mempengaruhi. Mereka murid kembar yang menggemparkan seisi sekolah. Sebut saja sekolah hening tanpa mereka. Siapa yang gak...