"Apa brengsek!"
Kanoa menggeser kertas HVS dan bulpoin tepat didepan Aretha, cowok itu berdehem dua kali lalu mengetuk kertas miliknya dengan jari telunjuk.
"Apanih maksudnya." Aretha melirik jengah kekertas tersebut lalu mendongak kesal ketika ia menyadarinya. "jangan bilang lo mau minta gue rangkumin punya lo."
Kalimat terakhir Aretha langsung dibalas anggukan mantap oleh Kanoa dengan alisnya yang sengaja dinaik turunkan. Wajahnya sangat menyebalkan asal tau saja, Aretha bahkan ingin menggigitnya karena kesal.
Aretha menarik nafas panjang, jika permainan ini yang dimau oleh Kanoa, Aretha dengan setengah hati akan mengikutinya. Setidaknya hanya untuk hari ini, untuk menghilangkan rasa bosannya di sekolah. Sudah beberapa hari ini, jujur saja Aretha jenuh dan malas datang ke sekolah. Bahkan untuk ikut belajar, hendak masuk melewati pagar sekolah saja gadis itu enggan. Tentu saja dia selalu teringat Delvian, mantan kekasihnya yang selalu berhasil memenuhi fikiran kosong Aretha dengan segala bentuk rupa dan gaya. Seakan-akan Delvian hidup dimana saja dan berpose seenaknya hanya untuk menghantui Aretha.
"Gimana kalau lo ngerjain punya gue." Aretha tersenyum membalas perilaku Kanoa lantas mendorong semua lembar HVS didepan cowok itu.
Kanoa menaikkan satu alisnya, "boleh. Gantinya nanti malem gue jemput ya." Ujar Kanoa menatap lurus kearah Aretha.
Aretha memasang wajah datar setelah kalimat itu, ada yang bergejolak didadanya saat Kanoa bicara. Seperti sihir, semua kalimat cowok itu selalu berhasil menaikkan emosi Aretha namun mampu menghilangkan semua nama Delvian yang mengelilingi kepalanya.
"Kalau mau gue usir ya silahkan." Aretha melebarkan senyumannya dengan paksa lantas salah satu jarinya mengetuk di kertas hvs. "Tulis dulu deh mendingan."
Kanoa terkekeh melihat ekpresi Aretha yang menahan kesal namun sangat menggemaskan itu, "oke. Jam 7 ya." Kanoa mengerlingkan mata lalu tangannya dengan cekatan membuka buku sejarah sebagai pilihan pertamanya untuk menulis sebuah kalimat.
Sebetulnya Kanoa hanya formalitas, sama sekali tidak akan pernah membaca buku tersebut.
Aretha berdecak pelan sambil menelungkupkan wajah kembali diatas meja, "kalau udah selesai bilang. Gue mau tidur." Ujar Aretha langsung mendapat jeweran ditelinganya setelah beberapa menit.
Seseorang yang menyebalkan mendadak muncul entah dari mana dan sejak kapan.
"Breng.." Aretha membungkam mulutnya ketika mengetahui siapa yang menarik telinganya. Ia kira Kanoa akan mulai menjahilinya dengan melarang Aretha tidur. Rupanya ada yang lebih menggugah emosi Aretha. "Pak Joko." Aretha tersenyum lebar, dengan cepat ia merampas kertas yang telah selesai ditulis Kanoa beberapa baris.
Melotot, Aretha meraung dalam hati.
Aretha Kanoa Aretha Kanoa Aretha Kanoa....
"Sialan." Aretha merutuk Kanoa diam-diam. "Maaf Pak."
Pak Joko menggelengkan kepala, "jangan coba bercanda dengan saya Aretha. Dan kamu Kanoa, tulis kalimat yang benar, apa ini.." Guru itu melihat jeli ketulisan cakar ayam khas Kanoa dengan tampang meneliti. Tulisan yang sangat berbeda dari yang dituliskan Kanoa pada kertas Aretha, tulisan disertai gambar yang mampu membuat guru itu merasa terancam.
Pelan namun cukup terdengar ditelinga kedua murid yang kini sedang terkejut dan menahan tawa. Mereka mendengar Pak Joko menyebutkan salah satu nama hewan terkenal dikalangan semua manusia untuk dijadikan sebagai umpatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Twins [COMPLETE]
Teen Fiction[BUKU 3] Arden dan Aretha adalah satu kesatuan yang gak bisa dipisah kayak magnet dua kutub. Saling tarik menarik dan saling mempengaruhi. Mereka murid kembar yang menggemparkan seisi sekolah. Sebut saja sekolah hening tanpa mereka. Siapa yang gak...