✒ 31. Hubungan itu bernama?

10.7K 716 8
                                    

Aretha melirik jengah kearah Kanoa yang sejak tadi tidak berhenti tersenyum, wajahnya seakan riang sepanjang hari meski jelas disini mereka sedang kedinginan karena hujan. Apesnya sepeda motor yang dikendarai Kanoa mogok dijalan, dan mengakibatkan keduanya harus bersusah payah menuntun benda itu sampai menemukan sebuah ruko sepi yang kini dijadikan sebagai tempat persinggahan.

"Tau gini gue gak mau diajak bolos." Cicit Aretha meremas ujung baju olahraganya yang basah. Sedangkan Kanoa kembali melirik Aretha dengan senyuman yang lagi-lagi membuat Aretha kesal.

"Jangan sok akrab, brengsek." Sapaan itu terdengar aneh ketika justru Kanoa memberikan handuk kecil yang ada didalam ranselnya untuk disampirkan dikepala Aretha.

Aretha membeku, karena dinginnya angin yang menerpa juga karena kelembutan Kanoa yang muncul seakan disengaja tanpa balasan kata kasar.

"Tha?" Panggil Kanoa melepas jaketnya lalu ikut meremasnya. Air di benda itu banyak sekali menetes seakan ia baru saja selesai mencuci, cuaca tidak juga membaik meski keduanya terjebak di tempat itu selama hampir 10 menit.

"Tha?" Lagi-lagi Kanoa memanggil Aretha, dan kali ini gadis itu menoleh kepadanya dengan dahi berkerut.

"Lo kenapa sih! Sikap lo aneh tau gak dari tadi, kalau ngajak berantem bilang, kalau mau ngerjain gue bilang, gak usah jadi sok manis! Gak cocok sama sifat lo." Celoteh Aretha makin membuat dirinya sendiri kesal karena baru saja ia mendengar Kanoa tertawa singkat.

"Kalimat terpanjang yang pernah gue denger dari mulut seorang Aretha." Ujar Kanoa sambil terkekeh.

Aretha menautkan kedua alisnya, "gak jelas lo." Cicitnya mendadak menjadi agak canggung.

"Udah reda." Kanoa melihat kelangit, diikuti oleh Aretha. Hanya gerimis yang tersisa disana.

Syukurlah!

"Lo mau dorong atau setir?" Tawaran itu tiba-tiba mematikan gerak tubuh Aretha yang ingin segera melangkah menuju motor.

Aretha menoleh, tanpa menjawab apapun. Mendadak dia teringat kejadian beberapa tahun lalu.

"Dorong atau setir?" Kanoa mengulanginya.

Aretha baru mengerti sekarang, "kunci." Dengan begitu Aretha telah memilih menyetir motor dari pada mendorongnya.

"Lihat kekiri, gue pernah liat bengkel gak jauh dari sini." Tutur Aretha kemudian mengenakan helmnya lalu mencoba menstater motor milik Kanoa.

"Coba stater terus, gue bantu dorong." Kanoa mengerahkan seluruh tenaganya untuk membantu kaki Aretha menjalankan motor.

"Berisik lo. Udah liat aja bengkelnya." Tolehan Aretha yang singkat mampu membuat sekali lagi Kanoa tersenyum.

Tidak butuh beberapa menit sampai akhirnya benda itu kembali bekerja.

Nggrengg... Nggrengg...

"Eh bisa!" Aretha memperlihatkan deretan giginya setelah bersusah payah mencoba menstater motor Kanoa. Ia senang karena tidak lagi harus membawa benda berat itu dengan kakinya.

"Bisa Tha?" Kanoa berlari kecil menuju kedepan, ia melihat spidometernya kembali bergerak normal. Cowok itu tersenyum untuk kesekian kalinya, bukan karena motornya sudah tidak mogok lagi. Tapi baru saja ia melihat pantulan wajah Aretha tersenyum lebar dari pantulan spidometernya.

The Bad Twins [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang