Amanda mengunyah permen karetnya sambil menyuapi Arden nasi kotak yang ia dapat dari tim PMR. Gadis itu mengangguk lalu menggeleng dengan semua pertanyaan Arden.
Kesal karena semua pertanyaan Arden tak dijawab, cowok itu memilih mengapit kedua pipi Amanda dengan kedua tangannya.
"Evash ih navha.." mulut Amanda mengkerut sempurna hingga bicaranyapun belepotan.
"Buang dulu permennya. Kan gue lagi tanya." Lotot Arden mengunyah sisa nasinya di mulut.
Amanda meneduhkan mata, lalu mengangguk seperti boneka. "Buihh." Gadis itu membuang permen karetnya yang masih manis dengan setengah kesal. "Ih kan masih manis, sayang kan." Renggutnya.
"Bodo. Gimana cepet jawab pertanyaan gue,- suapin lagi." Arden membuka mulutnya lebar. Mendapat suapan selanjutnya ia mendengarkan Amanda bercerita. Ada untungnya dia menjadi pemain cadangan jadi waktu yang dihabiskan tidak banyak sehingga di jam istirahatnya ia bisa mengunjungi Amanda.
"Lo nanya apasih tadi? Tunggu." Amanda mengkerutkan dahinya sebentar. "Oh. Lo tanya kenapa Kanoa tiba-tiba gangguin Aretha lagi?"
Arden mengangguk sambil masih mengunyah makanannya.
"Itu, masa lo gak tau dia suka sama adik lo."
Arden berhenti mengunyah, "tau." Jawabnya singkat. "Masih suka Aretha dia?" Tanyanya lebih jelas.
"Masih. Dari dulu sampe sekarang. Hebat dia." Kekeh Amanda menyuapi kembali Arden dengan menyempilkan kepala udang di sendoknya dengan hati-hati.
Memergoki itu Arden melotot, "gue kan gak suka udang Nda. Buang." Katanya kesal.
Amanda tertawa, "iya iya. Ah ketahuan deh. Padahal enak tau." Dia kembali menyendok nasi dan lauk dengan benar.
"Terus gimana tadi?"
"Iya dia hebat, hebat nahan perasaan selama itu. Kalau gue jadi dia, mungkin gue nyerah." Tandas Amanda mencoba memikirkan ucapannya.
Terkekeh, Arden mencubit gemas pipi Amanda. Sepertinya pernyataan Amanda lebih seperti bumerang bagi gadis itu.
"Kalau nyerah kok sampe sekarang lo masih suka sama gue?" Arden memainkan bentuk alisnya lalu tersenyum.
Sial. Amanda tidak bisa menahan rasa malunya. Dia melihat kesembarang arah demi untuk mengalihkan pandangan dari mata jahil Arden.
"Itu beda." Jawab Amanda pelan dan singkat.
"Beda kenapa coba?" Arden masih asik memainkan pipi kanan Amanda yang rasanya dari hari kehari semakin kenyal seperti jelly.
Sadar karena terlalu lama pipinya disentuh, Amanda mengelak. "Iya beda. Kan Kanoa udah suka Aretha dari SMP. Malah sebelum pacaran sama Delvian. Dia aja cupu gak berani ngomong. Eh keduluan Delvian deh, apesnya Delvian dan Aretha malah tunangan. Terus,-"
"Udah Nda." Arden membungkam mulut Amanda karena kebisingan. "Lo kan juga suka gue dari SMP. Sama kayak Kanoa, lo gak ada bedanya." Ujarnya menyentil pelan dahi Amanda.
Amanda melotot tajam, "kok lo tau sih,- Ah anjir Aretha ember..." kesalnya meringik.
Arden terkekeh karena wajah lucu Amanda. "Tapi gue dulu juga suka tau sama lo Nda. Percaya?"
Amanda berdesis, dia tau Arden sedang mempermainkannya. "Gak percaya tuh. Ble." Gadis itu memeletkan lidah lalu mengusap gusar rambut Arden sampai cowok itu mengelak dan menangkap pergelangan tangan Amanda.
"Gak sopan." Ujar Arden segera bangkit karena pertandingan babak kedua akan segera dimulai.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Twins [COMPLETE]
Teen Fiction[BUKU 3] Arden dan Aretha adalah satu kesatuan yang gak bisa dipisah kayak magnet dua kutub. Saling tarik menarik dan saling mempengaruhi. Mereka murid kembar yang menggemparkan seisi sekolah. Sebut saja sekolah hening tanpa mereka. Siapa yang gak...