✒8. Patah lagi

15K 983 2
                                    

"Aaghh!" Delvian meringis saat lututnya disentuh dengan benda lembut dengan baluran warna merah di lututnya.

Aretha mengernyit, matanya menajam seraya menyuruh gumaman Delvian untuk berhenti. Tangannya kembali cekatan memerban lengan seseorang yang merengek sejak pertandingan balap liar itu berakhir.

"Pelan-pelan Tha sakit."

Mata Aretha kembali menajam saat mendapati saudara kembarnya merengek kesakitan. Arden duduk persis didepan Aretha.

"Berisik Den. Lagian lo sejak kapan sih balapan bisa jatoh begitu. Gak bagus banget gaya lo. Malu-maluin." Omelan Amanda membuat kepala Arden makin pengang.

Arden menarik tangan Amanda yang duduk disebelahnya untuk mendekat kearahnya, kemudian menjauhkan tubuh adiknya pergi. "Bicara depan gue sini." Arden berhasil membawa tubuh Amanda berada tepat didepannya. Sedangkan tubuh Aretha sudah minggir kearah lain. Menggantikan posisi Amanda duduk disebelah Arden dan duduk tepat didepan Delvian.

"Tuker Tha." Amanda merebut gunting perban dari tangan Aretha lalu memberikan kapas lembut miliknya ke tangan sahabatnya. "Gantian. Biar gue yang ngobatin abang lo. Dan elo ngobatin Delvian." Cengir Amanda dibalas desisan sebal dari Aretha.

"Males." Aretha membuang kapasnya dengan sengaja didepan Delvian yang kini malah memungut kapas tersebut. Ingin menempelkan kembali benda itu dilututnya yang tergores namun dengan cepat direbut kembali oleh Aretha.

"Bodoh. Gak tau infeksi lo ya! Kapas yang udah dibuang itu gak bagus dipake lagi."

Delvian mengerjapkan matanya heran. Juga Amanda yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik mereka dengan sengaja. Sedangkan Arden malah tertawa, memecahkan keheningan yang melanda keempatnya.

"Buahahahaha." Amanda ikut memecahkan tawanya seraya memukul pahanya sendiri. Lupa kalau dia membawa gunting, Arden segera merampas gunting tersebut dari tangan Amanda. "Apasih."

"Gunting oon. Mau nusuk anu lo biar gak bisa kawin,-Ah goblok!" Baru saja kepala Arden dikeplak keras oleh Amanda.

"Kurang ajar lo." Kesal Amanda ingin menusuk saja perut Arden menggunakan gunting kalau saja tidak ada dua saksi mata adik kandung Arden sendiri dan Delvian.

"Berisik lo berdua!" Toleh Aretha sebal karena merasa dijadikan bahan candaan. Sedangkan Delvian sama sekali tidak memperdulikannya, membuatnya semakin kesal saja. "Cabut. Udah mau pagi." Aretha bangkit lantas berlari kearah motor Arden.

Amanda mengangguk juga ikut berlari,"yuk. Gue nginep deh." Ujarnya segera naik ke jok motor Arden sebelum tubuhnya diseret turun oleh Aretha.

"Aretha." Arden kembali menarik Aretha turun dari motornya. "Amanda sama gue." Ujar Arden menolehkan kepala Aretha ke arah Delvian yang terpincang-pincang berjalan menuju motornya.

Melihat wujud Aretha yang marah, Arden lantas menggeleng lalu mengangguk. "Amanda gak bisa nyetir Tha. Lo setirin Delvian, kasihan tuh kakinya pincang."

Aretha berdecih, "bohong. Amanda bisa nyetir kok. Udah sih Amanda aja yang boncengin orang itu. Lagian manja banget."

"Lah kok bohong sih Tha. Gue emang gak bisa kalau nyetir motor sport gitu. Emang gue cewek jadi-jadian kayak elo. Lagian gue pendek Tha, gak nyampek kaki gue pake motornya Delvian." Penjelasan Amanda membuat Aretha makin gemas dan melototi kedua orang didepannya, Arden dan Amanda.

"Tha cepetan. Ini udah mau subuh!" Perintah Arden berhasil membuat Aretha pasrah. Lagi-lagi akhirnya Aretha menurut dengan Arden.

Tanpa basa-basi atau apapun lagi Aretha segera mengambil kunci motor dari tangan Delvian. Segera saja dia naik dan memakai helm cowok itu di kepalanya. Lalu segera saja Delvian naik ke jok belakang motornya tanpa disuruh.

The Bad Twins [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang