✒19. Baikan

10.1K 683 38
                                    

Cinta itu menurut kami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cinta itu menurut kami ... ?

¤¤¤

Aretha stress, sama sekali dirinya tidak bisa mengerjakan apa yang ada didepan matanya saat ini. Pensil dan bukunya seolah menertawakan tatapan Aretha. Gadis itu berusaha fokus, namun seluruh angka disana sudah bentul-betul membuatnya pusing bukan kepayang.

Matematika? Rumit seperti masalah percintaan!

"Arrrghhh!" Aretha menempelkan kepalanya ke buku. Matanya memejam tatkala otaknya kembali memikirkan Delvian. "Kenapa besok harus sekolah? Gue benci sekolah." Rutuknya mengetuk-ngetukkan pensil dikepala.

"ARDENN..." Teriak Aretha menopang dagu di meja. Dia menoleh, baru saja mendapati saudara kembarnya terbangun dengan mata sembab.

"Lo berisik Aretha. Udah jam berap,-ASTAGA!" Arden buru-buru bangkit mengambil jaket hitamnya di kursi. Ingin lekas keluar dari kamar Aretha, namun bingung mencari-cari kunci motor.

"Kunci gue mana?" Arden gelagapan, matanya melirik jam dinding dengan mata melotot. Padahal sesungguhnya dia mengantuk berat.

Aretha menaikkan alis, "gue buang." Ceplosnya kembali mencoba fokus ke buku matematikanya. Kalau saja bukan karena besok ada tes dadakan, Aretha tidak akan mau membuka mata sampai hampir jam 12 malam.

Setidaknya Aretha lebih manusiawi tentang hasil rapotnya ketimbang Arden yang bodo amat.

Arden mengobrak-ngabrik kasur, lalu meja belajar Aretha. "Serius Tha. Gue ada balapan. Lo gak lupa kan sekarang hari ap,-ADUH!" Arden mengusap lututnya karena ditendang Aretha.

"Sakit ah!" Keluh Arden.

"Baca!" Aretha memberikan ponselnya persis didepan mata Arden.

Tertulis disana chat masuk dari Senka.

Tha, bilangin Arden kita off dulu hari ini. Si exel bilang kalau tempat balapan kita lagi dijaga polisi.

"Kenapa gak bilang onta." Arden menoyor kepala Aretha lalu dengan enaknya langsung menidurkan diri kembali ke kasur. "Jangan berisik Tha gue capek." Tambahnya segera memejamkan mata.

"Ye somplak! Tadi aja ngebet." Aretha melempar penghapusnya sampai mengenai lengan Arden. "Dasar pelor!" (Pelor=nempel molor)

Arden sudah pulas, entah bagaimana kembarannya itu terlelap begitu tenang. Aretha menarik nafas panjang, ia bangkit menuju Arden. Tangannya cekatan melepas jaket yang Arden pakai. Lalu dirinya sendiri sudah lelah. Ia ikut tertidur disebelah Arden, meninggalkan lembar kerjanya di meja belajar dengan pasrah.

The Bad Twins [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang