.Arden dan Aretha.
-In Mulmed-"ARDEN... ARETHA..." Teriak Miss Sani mencengangkan kedua telinga Arden dan Aretha.
Tercatat di buku paket bahasa inggrisnya di halaman paling belakang.
Arden dan Aretha, telat 20 kali selama satu semester.
"Iya Miss..." Jawab keduanya dengan lesu. Tidak usah disuruh, keduanya sudah memilih berdiri dipinggir papan tulis dengan mengangkat kedua tangannya di telinga.
Mereka sudah hafal diluar kepala hukumannya.
Dan sontak saja mengundang tawa dari seisi kelas.
Kesal, Aretha melototi teman-teman sekelasnya yang kini sudah menertawakan dirinya dan kembarannya dengan tanpa rasa takut.
"Sudah-sudah!" Miss Sani berteriak lagi sambil sesekali melirik tidak suka kepada dua bocah kembar yang selalu menggemparkan seiisi kelas. Ah, bahkan seiisi sekolah.
Tidak ada guru yang tidak hafal dengan kelakuan kedua bocah itu. Selalu tidak sopan dan sengaja telat masuk kelas. Kalau saja mereka bukan cucu dari pemilik sekolah, mungkin Miss Sani sudah dengan tegas mengeluarkan surat pindah sekolah sendiri untuk mereka yang selalu kurang ajar padanya. Sayangnya, Miss Sani hanyalah seorang guru bahasa inggris. Belum PNS lagi!
"Sudah ya Miss." Aretha berdadah ria sambil mendorong Arden duduk ke kursi masing-masing.
Dan semua berakhir sama. Seiisi kelas kembali gempar dengan ledakan tawa sedangkan Aretha sudah cengar-cengir sendiri di kursinya sambil menatap menggoda ke Miss Sani.
Tidak butuh waktu lama, hingga Miss Sani kembali berteriak kesal karena baru saja stopwatch di tangannya dihentikan paksa.
Tercacat, waktu dimana Arden dan Aretha mendapat hukuman. 2 menit 55 detik. Turun 5 detik dari hukuman sebelumnya.
"Sabar San. Ini cuma cobaan." Miss Sani mengelus dadanya menahan emosi sedangkan Amanda sudah cekikikan dideretan bangku paling depan. Dan tentu saja dia mendengar keluhan Miss Sani.
"Bukan cobaan miss, tapi ujian." Celetuk Amanda.
"Hahahaha." Seiisi kelas kembali tertawa meledek guru satu itu.
Beruntung Miss Sani masih muda. Kalau sudah ibu-ibu kan mereka bisa kualat.
Aretha ikut tersenyum kecut di kursinya, namun enggan ikut terbahak bersama yang lain. Sedangkan disebelahnya terlihat Azam sedang menggebuk-gebuk meja karena saking gelinya.
"Berisik Zam." Ketus Aretha melirik tajam ke Azam yang kini memilih untuk menghentikan tawanya. Bukan, Azam bukanlah tipe laki-laki seperti itu. Hanya saja Azam memilih mengalah dibandingkan meladeni Aretha.
Disisi lain, Arden nampak dingin di kursinya. Sesekali cowok itu melihat ke jendela, namun tidak jarang juga menoleh kebelakang, melihat kearah Aretha.
"Apa Hairin disiksa sama Aretha ya tadi." Pikirannya menerka-nerka. Perasaannya pada Hairin yang jatuh pingsan sangat tidak enak, membuat Arden menimbang apakah dia harus bolos kelas atau tidak.
"Kenapa lo?" Tanya Amanda yang duduk persis disebelahnya. Di bangku paling depan, tepat sekali.
Tempat duduk hasil rolling yang menyebalkan.
Arden menggeleng namun masih dengan tatapan kosongnya. Gak lama, Arden mengangguk lantas mengangkat tangannya ke udara.
"Ada apa lagi Arden?" Senyum Miss Sani terpaksa. Padahal dia baru saja mulai mengajar. Perasaan dia tidak bertanya apapun sehingga membuat salah satu muridnya mengangkat tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Twins [COMPLETE]
Teen Fiction[BUKU 3] Arden dan Aretha adalah satu kesatuan yang gak bisa dipisah kayak magnet dua kutub. Saling tarik menarik dan saling mempengaruhi. Mereka murid kembar yang menggemparkan seisi sekolah. Sebut saja sekolah hening tanpa mereka. Siapa yang gak...