✒33. Perasaan Tersembunyi

9.8K 665 22
                                    

Arden hampir melompat dari motornya karena jam ditangannya sudah menunjukkan jam 3 lewat. Cowok itu berlari kedalam rumah, hari ini rumahnya sepi dan itu sangat menguntungkan untuk membuatkan Amanda pesta sederhana disana. Berhasil masuk kedalam rumah dengan tergesa, Arden menarik nafas ketika mendapati Senka dan Fanya sudah memajang diri di meja sambil mengguntingi kertas warna-warni.

Mengetahui kedatangan Arden, keduanya melirik kearah cowok itu jengkel, "dari mana aja lo?" Tanya Senka melihat betapa banyaknya barang bawaan Arden.

"Iya ih lama, udah setengah 4 juga." Perjelas Fanya makin membuat Arden makin panik.

"Udah sampe mana?" Arden melepas baju sekolahnya lalu melemparkannya dengan asal ke sofa. Meninggalkan kaos pendek berwarna hitam di tubuhnya serta keringat yang memberikan aroma khas Arden.

Senka merampas bawaan Arden lalu meletakkannya di meja. Sedangkan Fanya sudah selesai mengaitkan kertas warna warni itu menjadi satu bagian, sisanya adalah tugas Senka untuk memasangnya kedinding.

"Bawa ke ruang tengah aja." Teriakan seorang gadis menggema, membuat Arden menoleh cepat. Arden lupa bagaimana rumah ini bisa terbuka ketika sedang tidak ada dirinya, rupanya adiknya yang membukakan pintu untuk Senka dan Fanya.

Syukurlah dia sudah kembali.

Arden mengernyit meminta penjelasan sedangkan gadis yang baru saja teriak dari lantai dua memilih turun terlebih dahulu.

"Mandi dulu lo ganti baju. Bau." Ledek gadis itu mendekat pada Arden. "Bau banget suer." Kembali meledek gadis itu mendapat jitakan kasar di kepalanya.

"Lo utang penjelasan ke gue Tha." Ujar Arden sambil mencium bau tubuhnya sendiri, merasa aneh dia langsung memilih lari ke lantai 2 untuk mandi. Kalau sudah ada Aretha, Arden tidak perlu lagi khawatir acaranya gagal.

"Sialan." Umpat Aretha berpaling kearah Fanya. "Fan coba lihat apa yang dibeli Arden." Aretha membuka bungkusan hitam berisi balon yang sempat ia beli tadi bersama seseorang, bersiap ingin meniupnya Aretha menggebungkan pipi sambil menarik nafas. Sambil matanya melirik kearah bungkusan yang dibuka Fanya.

"Chiki, coklat, balon,-" Fanya melirik Aretha yang sudah meniup setengah besar balonnya. "Nih gue tambahin." Fanya melempar balon yang dibeli Arden pada Aretha.

"Terus, minumannya.." Fanya mengangguk setuju dengan minuman pilihan Arden, "lalu, Argghhhh!" Fanya berteriak sambil menutup matanya menggunakan semua jari tangan, namun dibalik jemari itu matanya bisa mengintip seolah itu adalah hal yang baru pertama kali ia lihat terang-terangan.

"Si goblok!" Aretha terbatuk-batuk karena saking kagetnya, balon yang ia tiup kembali kempes. Pipi Aretha sakit, nafasnya tersenggal gara-gara melihat benda bodoh yang dibeli Arden.

Lebih bodoh lagi karena kasir supermarket meletakkannya dalam satu kantong plastik.

Aretha langsung mengambil benda itu dari bungkusnya lalu membawa benda itu ke kamar Arden. Terdengar Fanya bergumam, "Astagfirullah, gue aja belum pernah liat punya Senka." Gelengan kepala dari Fanya membuat Aretha berdecak tidak percaya.

"Punya bapak lo, adek lo." Celetuk Aretha menambahkan sambil melangkah lebar-lebar menaiki tangga, "SENKA PACAR LO LEBAY!" Teriaknya sambil terkekeh.

"Den," Aretha langsung membuka pintu ketika justru Arden berteriak menutup dada lapangnya dengan tangan. Cowok itu hanya memakai handuk di bagian bawah, bagian terpentingnya, baru saja dia selesai mandi dan ingin menyemprotkan bodyspray.

"Biasa aja kali,-Nih." Aretha melempar sebuah kotak ke Arden. Kembarannya itu langsung menangkapnya dengan satu tangan, sadar dengan benda itu Arden segera menepuk jidat. Dia merasa sangat sial hari ini, sungguh.

The Bad Twins [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang